19 pemekaran daerah ini dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat salah satunya
melalui peningkatan dan pemerataan pelayanan publik termasuk bidang prasarana jalan, kesehatan dan pendidikan sehingga secara optimal dapat mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, perlu dianalisis Dampak Pemekaran Daerah terhadap Pembangunan Infrastruktur Kabupaten
Humbang Hasundutan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Humbang
Hasundutan? 2.
Bagaimana dampak pemekaran daerah terhadap pembangunan infrastruktur di Kabupaten Humbang Hasundutan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan perkembangan pembangunan infrastruktur di
Kabupaten Humbang Hasundutan. 2.
Untuk menganalisis dampak pemekaran daerah di kabupaten Humbang Hasundutan terhadap pembangunan infrastruktur.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Sebagai bahan studi, literatur dan tambahan informasi bagi kalangan akademisi, peneliti dan mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama mahasiswa
20 Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian
selanjutnya. 2.
Untuk menambah dan melengkapi dan sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada menyangkut topik yang sama.
3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan yang
berhubungan dengan perencanaaan dan pembangunan infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan.
21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemekaran Daerah
Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Pembagian
tersebut menyangkut luas daerah maupun jumlah penduduk sehingga lebih mengecil. Pada level provinsi menghasilkan satu pola yakni dari satu provinsi
menjadi satu provinsi baru dan satu provinsi induk. Sementara pada level kabupaten terdiri dari beberapa pola yakni, pertama, dari satu kabupaten menjadi
satu kabupaten baru Daerah Otonom Baru dan kabupaten induk. Kedua, dari satu kabupaten menjadi satu kota baru dan kabupaten induk. Ketiga, dari satu
kabupaten menjadi dua kabupaten baru dan satu kabupaten induk Yuliati, 2011. Pembagian atau pecahan suatu daerah tersebut adalah dengan pembentukan
daerah baru untuk menjadi mandiri sebagai daerah otonom yang ditetapkan dengan undang-undang dan syarat-syarat pembentukan daerah ditetapkan dengan
peraturan pemerintah. Pemekaran daerah adalah upaya memperpendek rentang kendali
pemerintah untuk meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan pembangunan daerah. Konsep dasarnya adalah memberikan
wewenang kepada daerah untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan daerahnya masing-masing sesuai dengan apa yang mereka kehendaki, dan
pemerintah pusat akan membantu dan memelihara kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin dilaksanakan di daerah seperti masalah kebijakan moneter,
22 pembangunan jalan antar kota dan provinsi maupun pemeliharaan dalam sistem
pengairan yang melintasi berbagai wilayah. Tekad pemerintah pusat diadakan pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan peran pemerintah daerah dalam
mengelola daerahnya sendiriSuparmoko, 2002. Daerah melakukan pemekaran wilayah didasari atas berbagai alasan
Tarigan, 2010: 1.
Preference for Homogeneity kesamaan kelompok atau historical etnic memungkinkan ikatan sosial dalam satu etnik yang sama perlu diwujudkan
dalam satu daerah yang sama pula. Keinginan untuk membentuk daerah baru seiring dengan semakin menguatnya kecenderungan pengelompokan etnis
pada daerah lama. Hal ini muncul mengingat dalam daerah lama tidak banyak kesempatan ekonomi dan politik yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
etnik tersebut disamping tentunya faktor sejarah etnik tersebut pada masa lampau. Fitriani 2005 membuktikan bahwa historical etnic menjadi alasan
dalam pemekaran daerah melalui model ekonometrik dan hasilnya secara statistik signifikan.
2. Fiscal Spoil insentif fiskal untuk memekarkan diri, dapat dari DAUDAK,
adanya jaminan dana transfer, khususnya Dana Alokasi Umum, dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah menghasilkan keyakinan bahwa
daerah tersebut akan dibiayai. Pembiayaan tersebut melalui alokasi untuk Pegawai Negeri Sipil Daerah maupun peluang kesempatan kerja melalui
peningkatan jumlah staf pemerintah daerah. Jaminan tersebut diharapkan juga berdampak terhadap meningkatkanya aktivitas perekonomian, baik melalui
23 belanja langsung pegawai maupun pembelanjaan barang dan jasa dari aktivitas
pemerintahan. Dalam kacamata ini, akumulasi aktivitas ekonomi diharapkan berimplikasi positif terhadap kesejahteraan masyarakat.
3. Beaurocratic and Political rent seeking alasan politik, dan untuk mencari
jabatan pentingmobilitas vertikal. Alasan politik dimana dengan adanya wilayah baru akan memunculkan wilayah kekuasan politik baru sehingga
aspirasi politik masyarakat jauh lebih dekat. Pada level daerah tentu saja kesempatan tersebut akan muncul melalui kekuasaan eksekutif maupun
legislatif. Pada level nasional, munculnya wilayah baru akan dimanfaatkan sebagai peluang untuk dukungan yang lebih besar pada kekuatan politik
tertentu. Pada akhirnya entitas wilayah akan muncul dalam kalkulasi politik yang lebih representatif.
4. Administrative Dispersion, mengatasi rentang kendali pemerintahan. Alasan
ini semakin kuat mengingat daerah-daerah pemekaran merupakan daerah yang cukup luas sementara pusat pemerintahan dan pelayanan masyarakat sulit
dijangkau. Posisi ibukota pemerintahan menjadi faktor penentu. Hal ini juga nyata terbukti bahwa daerah-daerah pemekaran merupakan daerah tertinggal
dan miskin yang dukungan pelayanan publik maupun infrastruktur pendukungnya sangat minim.
Pemerintah mengeluarkan PP Nomor 78 tahun 2007 tentang Pemekaran Daerah yang mengatur antara lain tentang instrumen prosedural dan instrument
persyaratan pemekaran daerah. Pembentukan daerah hanya dapat dilakukan apabila telah memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. Bagi
24 provinsi, syarat administratif yang wajib dipenuhi meliputi adanya persetujuan
DPRD kabupatenkota dan bupatiwalikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi induk dan gubernur, serta
rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri. Sedangkan untuk kabupatenkota, syarat administratif yang juga harus dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD
kabupatenkota dan bupatiwalikota bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan gubernur, serta rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri. Syarat teknis dari
pembentukan daerah baru harus meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor-faktor di bawah ini.
1. Kemampuan ekonomi
2. Potensi daerah
3. Sosial budaya
4. Sosial politik
5. Kependudukan
6. Luas daerah
7. Pertahanan
8. Keamanan
Selanjutnya, syarat fisik yang dimaksud harus meliputi paling sedikit lima kabupatenkota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit lima kecamatan
untuk pembentukan kabupaten, dan empat kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan. Dalam PP Nomor 78
tahun 2007 Bab II pasal 2, dinyatakan bahwa pembentukan, pemekaran,
25 penghapusan dan penggabungan daerah bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui: 1.
peningkatan pelayanan kepada masyarakat; 2.
percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi; 3.
percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah; 4.
percepatan pengelolaan potensi daerah; 5.
peningkatan keamanan dan ketertiban; dan 6.
peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Melalui pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang kemudian dirubah menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan dirubah kembali menjadi Undang-Undang No. 23 tahun 2014
bahwa Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang- undang ini merupakan salah satu tonggak reformasi pemerintahan di
Indonesia. Dengan adanya pemekaran daerah, diharapkan mampu memanfaatkan
peluang yang lebih besar dalam mengurus rumah tangganya sendiri, terutama dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli daerah,
sumber daya alam dan pengelolaan bantuan pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada
masyarakat setempat yang lebih baik. Oleh karena itu dengan pemekaran daerah diharapkan meningkatkan dinamika kemandirian daerah yang pada akhirnya
26 bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan utama
otonomi. Bukan sebaliknya bahwa pemekaran daerah telah menguras energi pemerintah Provinsi dan prosesnya sering menimbulkan ketidakstabilan di daerah
APPSI, 2007. Pemekaran daerah menjadi suatu polemik antara banyak pihak, apakah
merupakan sebuah kebutuhan atau euforia demokrasi. ”Terbukti bahwa elitelah yang mendorong pemekaran daerah. Namun, orientasinya untuk mengejar
keuntungan politik dan ekonomi. Keuntungan politik dengan menguasai pemerintahan dan keuntungan ekonomi dengan menguasai proyek-proyek
pembangunan di daerah.” Yossihara, 2011. Pemekaran wilayah dijadikan bisnis dari kelompok elit politik di daerah yang sekedar menginginkan jabatan dan posisi
dalam pemerintahan. Euforia demokrasi dan tumbuhnya partai-partai politik dimanfaatkan oleh kelompok elit ini untuk menyuarakan ”aspirasinya” yaitu
mendorong terjadinya pemekaran. Saat ini sebagian besar daerah otonom baru masih mengalami kesulitan
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan karena minimnya sumber daya atau belum tergalinya potensi pendapatan. Untuk masalah keuangan,
daerah otonom baru masih bergantung pada bantuan keuangan dari daerah induk dan alokasi anggaran dari pemerintah pusat. Dengan demikian, praktis
penambahan daerah otonom baru justru membebani APBN Helbra, 2013.Selanjutnya dalam Evaluasi Pemekaran daerah oleh UNDP tahun 2008,
terdapat perbedaan persepsi antara pemerintah pusat dan daerah dalam PP 782007, dimana pemerintah pusat berkeinginan untuk mencari daerah otonom
27 baru yang memang dapat berdiri sendiri dan mandiri. Karena itu disusunlah
seperangkat indikator yang pada hakekatnya berupaya mengidentifikasi kemampuan calon daerah otonom baru. Namun dari sisi yang lain, pemerintah
daerah memiliki pendapat yang berbeda. Pemerintah daerah melihat pemekaran daerah sebagai upaya untuk secara cepat keluar dari kondisi keterpurukan. Studi
ini menemukan konfirmasi tersebut. Daerah otonom baru ternyata secara umum tidak berada dalam kondisi awal yang lebih baik dibandingkan daerah induk atau
daerah kontrol. Bahkan evaluasi setelah lima tahun perjalanannya, daerah otonom baru juga secara umum masih di bawah kondisi daerah induk dan kontrol.
Pemekaran daerah menjadi kecenderungan baru dalam struktur pemerintahan daerah dan provinsi di Indonesia. Hal itu tampak dari semakin
marak terjadi sejak kebijakan desentralisasi digulirkan pada tahun 1999. Besarnya kehendak dan aspirasi untuk pemekaran daerah ini memaksa pemerintah, dalam
hal ini Kementerian Dalam Negeri sempat melakukan moratorium pemekaran. Kemendagri akan memperketat upaya pemekaran dengan mengusulkan adanya
daerah persiapan. Rencana ini akan memberlakukan rentang waktu lima tahun untuk mengevaluasi suatu daerah sebelum ditetapkan sebagai DOB. Usulan ini
sendiri akan dimasukkan dalam naskah RUU Pemda. Daerah persiapan merupakan cara mengantisipasi gagalnya suatu DOB terbentuk. Kondisi di atas
tentu saja memunculkan banyak kritik dan pertanyaan mengenai kebijakan pemekaran daerah, terutama jika dilihat semangat awal kebijakan ini, yakni
peningkatan kesejahteraan ekonomi. Semua pihak tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak masalah yang dihadapi daerah hasil pemekaran dalam mencapai
28 tujuan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Namun ternyata hal itu tidak
menyurutkan hasrat sebagian masyarakat untuk mengusulkan pemekaran daerah baru. Mereka seolah mengabaikan berbagai hasil kajian dan evaluasi terhadap
daerah-daerah yang telah lebih dulu dimekarkan. Oleh karena itu, akhir-akhir ini mulai muncul upaya untuk mengkaji lebih jauh kinerja daerah-daerah baru hasil
pemekaran, khususnya di tingkat kabupatenkota, dalam meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi.
Disisi lain, banyak pula argumen yang diajukan untuk mendukung pemekaran, yaitu antara lain adanya kebutuhan untuk mengatasi jauhnya jarak
rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat, serta memberi kesempatan pada daerah untuk melakukan pemerataan pembangunan. Alasan lainnya adalah
diupayakannya pengembangan demokrasi lokal melalui pembagian kekuasaan pada tingkat yang lebih kecil. Daerah otonom dimaksudkan agar daerah yang
bersangkutan dapat berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan meningkatkan potensinya agar tidak bergantung pada pemerintah pusat, oleh
karena itu daerah otonom harus mempunyai kemampuan sendiri dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya melalui sumber-sumber pendapatan yang dimiliki
sekaligus tidak menjadi beban pemerintah pusat. Pelimpahan kekuasaan pusat kepada daerah-daerah otonom, yang diharapkan akan memperbaiki kinerja
ekonomi secara lebih produktif dan berkelanjutan di masa depan. Pemekaran wilayah pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
yaitu dengan cara meningkatkan serta mempercepatkan pelayanan, kehidupan
29 demokrasi, perekonomian daerah, pengelolaan potensi daerah, keamanan dan
ketertiban, dan hubungan yang serasi antar daerah dan pusat.
2.2 Infrastruktur