Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XI IPA di SMAN 2 Boyolali, Jawa Tengah.Hasil penelitian terdiri dari: 1 Desain pembelajaran yang digunakan oleh guru Biologi, 2 Pengembangan desain pembelajaran Biologi berbasis kasus penyakit pada materi sistem peredaran darah manusia, dan 3 Pengaruh penggunaan desain pembelajaran berbasis kasus penyakit pada materi sistem peredaran darah manusia terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAN 2 Boyolali. Berikut disajikan data-data hasil penelitian. 1. Desainpembelajaran yang digunakan oleh guru Biologi Data jenis desain pembelajaran yang digunakan oleh guru Biologi pada materi sistem peredaran darah manusia diperoleh dari dokumen perangkat pembelajaran guru dan dari angket wawancara.Data disajikan pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Data jenis desain pembelajaran yang digunakan oleh guru pada materi sistem peredaran darah manusia Desain pembelajaran Keterangan Metode pembelajaran Ceramah, tanya jawab, diskusi, dan eksperimen Sumber belajar buku paket BSE dan referensi lainnya Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11 Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pada materi sistem peredaran darah manusia pada Tabel 8 meliputi ceramah, tanya jawab, diskusi, dan eksperimen. Kemudian menurut guru Biologi, metode pembelajaran yang paling sesuai bagi materi sistem peredaran darah manusia adalah pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, serta pembelajaran berbasis penemuan.Pada dokumen Silabus dan RPP milik guru, tercantum bahan ajar yang digunakan berupa buku paket BSE dan referensi lainnya. 2. Pengembangan desain pembelajaran Biologi berbasis kasus penyakit pada materi sistem peredaran darah manusia a. Silabus Data kelayakan silabus yang digunakan di kelas eksperimen pada materi Sistem Peredaran Darah Manusia diperoleh dari angket kelayakan yang telah divalidasi oleh dosen ahli.Hasil uji kelayakan validasi silabus oleh pakar disajikan dalam Tabel9 berikut. Tabel 9. Hasil uji kelayakan validasi silabus oleh pakar No Aspek yang dinilai Skor Penilaian 1 Terdapat komponen-komponen silabus identitas sekolah, SK, KD, indikator, kegiatan pembelajaran, penilaian, sumber belajar, alokasi waktu 4 2 Kesesuaian bahasa yang digunakan dalam silabus dengan EYD 3 3 Kesesuaian pemilihan subpokok bahasan 3 4 Kesesuaian indikator dengan KD 3 5 Kesesuaian bidang kajian dengan indikator 3 6 Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan indikator 3 7 Kesesuaian penilaian dengan indikator 3 8 Kesesuaian instrumen penilaian dengan bentuk instrumen 3 9 Kesesuaian sumber belajar dengan indikator 4 10 Materi dan kegiatan dalam silabus berorientasi pada keterampilan proses membuat hipotesis, melakukan pengamatan, dan penjelasan 4 11 Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi yang diharapkan 4 12 Ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi sesuai dengan karakteristik peserta didik tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik 3 13 Komponen silabus mengandung unsur berbasis kasus 3 14 Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor 4 15 Materi dan kegiatan pembelajaran dalam silabus menekankan siswa belajar secara kooperatif 4 jumlah skor 51 Persentase skor kelayakan 85.0 Persentase kelayakan silabus secara keseluruhan adalah 85 yang termasuk kategori “layak”.Meskipun sudah masuk kategori layak, beberapa perbaikan dilakukan atas saran pakar yang berkenaan dengan kesalahan pada format penulisan.Perbaikan dilakukan pada kolom indikator afektif. Di kolom hanya terdapat enam indikator yaitu, perilaku ingin tahu, berani, percaya diri, kerja sama, kreatif, dan toleransi. Sedangkan di RPP, selain keenam indikator perilaku tadi, juga tertapat indikator perilaku teliti.Sehingga pakar menyarankan untuk merevisinya dengan menambahkan satu indikator lagi yaitu indikator perilaku teliti agar isi silabus sesuai dengan isi RPP.Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 berikut. a b Gambar 3Silabus kelas eksperimen a Sebelum revisi, indikator afektif belum memuat “perilaku teliti” b setelah revisi sudah memuat indikator „perilaku teliti‟ b. RPP Data kelayakan RPP yang digunakan di kelas eksperimen pada materi Sistem Peredaran Darah Manusia diperoleh dari angket kelayakan yang telah divalidasi oleh dosen ahli.Hasil uji kelayakan validasi RPP oleh pakar disajikan dengan skala penialaian 1-4 yang dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. Tabel 10. Hasil uji kelayakan validasi RPP oleh dosen pakar No Aspek yang dinilai Skor Penilaian 1 Kesesuaian dengan silabus 3 2 Kesesuaian bahasa dengan EYD 3 3 Keterkaitan dan keterpaduan antar komponen-komponen RPP 4 4 Tujuan pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar 4 5 Kegiatan pembelajaran menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai 4 No Aspek yang dinilai Skor Penilaian 6 Kegiatan pembelajaran menekankan pada kemampuan berpikir dalam membuat hipotesis, melakukan eksperimen, dan menganalisis hasil kegiatan 4 7 Skenario pembelajaran terinci dengan jelas mengandung unsur-unsur pembelajaran berbasis kasus dan alokasi waktu terinci jelas pada setiap tahap 3 8 Memperhatikan partisipasi aktif peserta didik 4 9 Mendorong siswa untuk membaca dan menulis 4 10 Kesesuaian alokasi waktu dengan kegiatan pembelajaran 3 jumlah skor 36 presentase skor kelayakan 90 Persentase kelayakan RPP secara keseluruhan adalah 90 sehingga termasuk kategori “layak”.Beberapa perbaikan dilakukan atas saran pakar yang berkenaan dengan kesalahan pada format penulisan di langkah-langkah pembelajaran.Terdapat penulisan singkatan yang tidak lazim pada kegiatan pendahuluan, yaitu „KM‟.Peneliti bermaksud menyingkat gabungan kata “Ketua Murid” menjadi “KM”.Setelah mendapat saran dari pakar, singkatan “KM” diganti dengan gabungan kata yang lebih lazim digunakan dan tanpa disingkat yaitu “ketua kelas”.Selengkapnya dapat dilihat dalam gambar 4dan gambar 5 berikut. Gambar 4 RPP sebelum direvisi, singkatan „KM‟ pada RPP merupakan singkatan yang tidak lazim digunakan Gambar 5 RPP setelah direvisi, singkatan KM pada RPP kemudian diganti dengan „ketua kelas‟ c. Lembar Kerja Siswa LKS Berbasis Kasus Penyakit Uji kelayakan oleh pakar yaitu oleh dilakukan dua kali, yaitu pada desain awal produk validasi I dan desain produk setelah selesai revisi validasi II.Data hasil uji kelayakan Lembar kerja Siswa LKS Berbasis Kasus Penyakit Pada Sistem Peredaran Darah Manusia oleh pakar disajikan dalam Gambar 6 berikut. Gambar 6 Grafik hasil uji kelayakan validasi LKS berbasis kasus penyakit pada sistem peredaran darah manusia oleh pakar Persentase kelayakan LKS pada validasi pertama meliputi kelayakan isi 85, kelayakan penyajian 68 dan kelayakan bahasa 81 atau secara keseluruhan persentase kelayakan LKS pada validasi pertama adalah 78, termasuk kategori “cukup layak”. Kemudian persentase kelayakan LKS pada validasi kedua meliputi kelayakan isi 89, kelayakan penyajian 95, dan kelayakan bahasa 81 atau secara keseluruhan persentase kelayakan LKS pada validasi kedua adalah 88,3 yang termasuk kategori “layak”. Terdapat kenaikan persentase sebesar 10,3 dan dari kategori “cukup layak” menjadi kategori “layak”. Kelayakan isi meliputi aspek kesesuaian uraian materi dengan SK dan KD, cakupan jenis soal latihan, kemutakhiran materi, mendorong keingintahuan, dan peluasan wawasan.Persentase jumlah kelayakan isi pada validasi pertama adalah 85 dengan kategori “layak”.Pakar menyarankan agar LKS dilengkapi dengan contoh kejadiankasus yang terjadi di Indonesia.Setelah diperbaiki, pada validasi kedua persentasenya meningkat men jadi 89 dengan kategori “layak”. Pada kasus 1 “Serangan Jantung” dan kasus 2 “Stroke” di tambahkan hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas Indonesia tahun 2007 tentang prevalensi penyakit serangan jantung dan stroke di Indonesia. Pada kasus 3 “Hipertensi” ditambahkan dengan pemberitaan dari koran Kompas dan Harian Umum Republika mengenai perkiraan jumlah penderita hipertensi di Indonesia yang mencapai sepertiga dari populasi penduduk Indonesia serta laki-laki lebih beresiko terkena hipertensi daripada pere mpuan. Terakhir pada kasus 4 “Leukemia” ditambahkan hasil penelitian terbaru tentang leukemia di Indonesia bahwa kebanyakan penderita leukemia di Indonesia adalah anak-anak dibawah usia 15 tahun, kebanyakan kasus leukemia yang ditemukan di Indonesia adalah penyakit leukemia limfoblastik akut, dan tentang tingkat kematian pasien leukemia mieloblastik akut mencapai 80. Seluruh penambahan pustaka ini kemudian ditulis dalam daftar pustaka LKS.Berikut gambar perbandingan sebelum dan sesudah revisi. Gambar 7 LKS ebelum revisi belum dilengkapi dengan contoh kejadiankasus yang terjadi di Indonesia. Gambar 8 LKS setelah revisi telah dilengkapi dengan contoh kejadiankasus yang terjadi di Indonesia Gambar 9 Daftar pustaka LKS.Sebelum revisi, daftar pustaka LKS hanya terdiri dari 14 pustaka dan belum dilengkapi dengan pustaka contoh kejadiankasus yang terjadi di Indonesia. Gambar 10 Daftar pustaka LKS. Setelah revisi telah dilengkapi dengan pustaka contoh kejadiankasus yang terjadi di Indonesia Kelayakan penyajian meliputi teknik penyajian, pendukung penyajian, penyajian pembelajaran, dan koherensi dan keruntutan alur pikir.Persentase kelayakan penyajian pada validasi pertama adalah 68. Pakar menyarankan agar LKS dilengkapi dengan kata pengantar yang menggambarkan isi dan tujuan LKS, kata pengantar yang telah ada digunakan sebagai „rangkuman materi‟, daftar isi yang lebih rinci, penulisan daftar pustaka agar diperbaiki, dan beberapa pengutipan agar diperbaiki. Kemudian setelah diperbaiki, pada validasi kedua persentasenya meningkat menjadi 95 dengan kategori “layak”.Berikut perubahan kata pengantar dan daftar isi sebelum dan sesudah revisi. Gambar 11 Kata pengantar sebelum revisi belum menggambarkan isi dan tujuan pembuatan LKS Gambar 12 daftar isi belum memuat materi LKS secara rinci. Gambar 13 Kata Pengantar setelah revisi sudah menggambarkan isi dan tujuan pembuatan LKS Gambar 14 daftar isi yang sudah memuat isi materi LKS secara rinci. Kelayakan bahasa hanya dinilai berdasarkan satu aspek saja, yaitu aspek komunikatif. Persentase jumlah kelayakan bahasa pada validasi pertama dan kedua adalah sama yakni 81 dengan kategori “layak”. 3. Pengaruh penggunaan desain pembelajaran berbasis kasus penyakit pada materi sistem peredaran darah manusia terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAN 2 Boyolali Pengaruh penggunaan desain pembelajaran berbasis kasus penyakit pada materi sistem peredaran darah manusia terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAN 2 Boyolali dilihat dari hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. a. Hasil belajar siswa ranah kognitif Sebelum kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran, dilakukan pretest untuk mengetahui bahwa kedua kelompok berangkat dari kondisi yang sama. Rekapitulasi hasil pretest dapat dilihat dari Tabel 11. Tabel 11. Rekapitulasi hasil pretest kelompok eksperimen dan kontrol Hasil pretest Kelompok eksperimen Kelompok kontrol Rata-rata 37,55 37,91 Nilai tertinggi 50 48 Nilai terendah 20 28 Standar deviasi S 6,65 6,90 Varian S 2 44,2537 47, 6448 Data selengkapnya pada Lampiran 8 hal 81 Data hasil pretest yang didapatkan, kemudian di uji perbedaaan dua rata- rata terdapat pada Tabel 12. Tabel 12. Ringkasanuji perbedaan dua rata-rata uji t pretest antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol Kelompok Rata-rata dk t hitung t tabel Kriteria Eksperimen 37,55 89 -0,260 2,28 t hitung t tabel Tidak berbeda secara signifikan Kontrol 37,91 Data selengkapnya pada Lampiran 8 Hal 81 Berdasarkan tabel12, dapat dilihat bahwa t hitung -0,260 sedangkan ttabel untuk dk = 89 dan taraf signifikansi 5 adalah 2,28. Karena thitungberada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen tidak lebih baik daripada kelompok kontrol. Sesudah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan desain pembelajaran berbasis kasus penyakit pada materi sistem peredaran darah manusia kelompok eksperimen dan yang tanpa menggunakan pembelajaran berbasis kasus kelompok kontrol, selanjutnya dilakukan pengkuran hasil belajar posttest untuk mengetahui kemampuan kognitif kedua kelompok tersebut.Hasil Analisis uji hipotesis penelitian yang berbunyi “desain pembelajaran Biologi berbasis kasus penyakit pada materi sistem peredaran darah manusia yang diterapkan di kelas XI IPA SMAN 2 Boyolali berpengaruh signifikan terhadap hasil skor tes siswa pada materi sistem p eredaran darah manusia” dengan menggunakan uji t. Tabel 13. Rekapitulasi analisis uji perbedaan dua rata-rata uji t terhadap hasil belajar kognitif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Sumber variasi kelas eksperimen kelas kontrol jumlah 1680 1584 n 44 46 x 38.18 34.43 S 2 85.92 136.52 standar deviasi s 9.27 11.68 Data selengkapnya pada Lampiran 10 Hal 86 Data hasi posttest yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji perbedaan dua rata-rata uji t untuk menjawab hipotesis yang diajukan.Hipotesis yang diajukan yaitu „pembelajaran berbasis kasus penyakit pada sistem peredaran darah manusis berpengaruh signifikan terhadap skor tes siswa‟.Hasil uji perbedaaan dua rata-rata uji t disajikan dalam Tabel14 berikut ini. Tabel 14. Ringkasan uji perbedaan dua rata-rata uji t posttest antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol Kelompok Rata-rata dk t hitung t tabel Kriteria Eksperimen 38.18 88 20.06 1.99 t hitung t tabel Ada beda antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol Kontrol 34.43 Data selengkapnya pada Lampiran 10 Hal 86 Uji perbedaaan rata-rata yang disajikan Tabel 14, diatas menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelas eskperimen.Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan desain pembelajaran berbasis kasus penyakit pada sistem peredaran darah manusia mampu meningkatkan skor tes siswa kelompok ekperimen. Perhitungan peningkatan rata-rata hasil pretest dengan posttest dilakukan untuk mengetahui berapa presentase peningkatan hasil belajar siswa sesudah pembelajaran materi sistem peredaran darah manusia. Soal yang digunakan untuk pretest dan posttest adalah soal yang sama. Hasil perhitungan peningkatan hasil posttest dengan pretest dan ketuntasan belajar siswa serta selisih nilai siswa disajikan dalam Tabel 15 berikut ini. Tabel 15. Perbandingan peningkatan hasil belajar dan selisih nilai siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Kelompok x pretest x posttest Selisih nilai peningkatan Eksperimen 37,55 75,40 37,85 50 Kontrol 37,91 70,98 33,07 46 Data selengkapnya pada lampiran 9 Hal 84 Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa nilai rata-rata pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.Peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. b. Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik Hasil observasi psikomotorik siswa didapatkan dengan melakukan observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung.Kegiatan pembelajaran yang diamati ranah psikomotoriknya adalah kegiatan praktikum „bentuk dan fungsi sel darah‟.Pengamatan ini dilakukan oleh observer, menggunakan lembar penilaian psikomotorik siswa.Berdasarkan hasil rekapitulasi, terlihat bahwa pada aspek pertama, kelompok eksperimen lebih unggul ketimbang kelompok kontrol.Namun jika dilihat dari rata-rata persentase, kelompok kontrol memiliki persentase yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok eksperimen.Rekapitulasi hasil observasi psikomotorik siswa dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Rekapitulasi hasil observasi psikomotorik siswa kelompok eksperimen dan kontrol Tabel 16 menunjukkan bahwa skor rata-rata kelompok eksperimen sedikit lebih tinggi daripada kelompok kontrol.Keduanya sama-sama termasuk kategori terampil.Hampir pada semua aspek yang diamati, kelas eksperimen memperoleh skor yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol, kecuali pada aspek ketiga.Aspek ketiga merupakan aspek untuk menilai gambar hasil pengamatan.Ketika praktikum di kelas XI IPA 5, terdapat banyak siswa yang mendapat dispensasi karena ada kegiatan bersama. Sekitar 15 lima belas siswa tidak hadir dalam pembelajaran. Sehingga kegiatan praktikum hanya diikuti oleh 11 sebelas siswa.Kemudian, seluruh siswa, baik itu siswa kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol masih perlu didampingi dan pengarahan oleh guru saat menggunakan mikroskop. Berikut gambar preparat awetan apus darah dan preparat hasil praktikum siswa. No Aspek yang diamati Skor Kelompok Eksperimen Skor Kelompok Kontrol 1. Melakukan percobaan sesuai dengan langkah- langkah di LKS 3 2.86 2. Keterampilan menggunakan mikroskop 2 2 3. Menggambar hasil pengamatan 1.87 2.4 4. Menganalisis data hasil pengamatan 2 1.67 5. Membuat kesimpulan 3 3 6. Menjawab pertanyaan uraian pada bagian „G‟ 2.09 1.78 Rata-rata 13.96 13.72 Data selengkapnya pada lampiran 17 Hal 109 a b 15. Preparat apus darah a preparat awetan apus darah M=10x40 dan t apus darah siswa M=10x40. c. Hasil belajar siswa ranah afektif Hasil belajar ranah afektif siswa diambil lewat lembar obeservasi yang di isi oleh siswa pada akhir kegiatan pembelajaran.Angket ini menuntut kejujuran siswa dalam mengungkapkan karakteristik afektif diri sendiri.Hasil angket afektif siswa dirangkum dalam Gambar 15 berikut ini. Gambar 16.Hasil angket afektif siswa. Indikator ranah afektif diberi nomor 1 hingga 8 berturut-turut adalah jujur, disiplin, kerja keras dan kerja sama, kreatif, memiliki rasa ingin tahu, bersikap objektif, berpikir kritis, serta toleransi. Berdasarkan hasil perhitungan hasil angket afektif siswa, dari delapan indikator tersebut tidak ada yang mencapai persentase 50.Kemudian ada perbedaan rata-rata skor antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.Kelompok eksperimen memiliki hasil skor yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol.Artinya penerapan desain pembelajaran ini mempengaruhi hasil belajar ranah afektif siswa kelas XI SMAN 2 Boyolali. d. Keterlaksaaan LKS Berbasis Kasus Penyakit Pada Materi Sistem Peredaran Darah Pada Manusia Angket dibuat untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan LKS berbasis kasus penyakit yang digunakan oleh siswa kelompok eksperimen yaitu kelas XI IPA 2 dan XI IPA 4 di SMAN 2 Boyolali.Pilihan jawaban untuk angket keterlaksanaan LKS berbasis kasus penyakit hanya ada dua yaitu “Ya” atau “Tidak”.Hasil angket menunjukkan 89 siswa menjawab “Ya” dari kedelapan indikator tersebut atau termasuk kategori “sangat baik”.Rekapitulasi hasil angket keterlaksanaan LKS berbasis kasus penyakit pada materi sistem perdaran darah pada manusia disajikan pada Gambar 14 berikut ini. Gambar 17. Rekapitulasi hasil angket keterlaksanaan Lembar Kerja Siswa LKS berbasis kasus penyakit pada materi sistem peredaran darah manusia Indikator keterlaksanaan LKS ada 8 delapanbuah yang disusun dalam delapan pertanyaan. Delapan buah indikator tersebut antara lain: membaca tujuan pembelajaran LKS berbasis kasus penyakit, mengamati gambar dalam LKS berbasis kasus penyakit, melakukan kegiatan dalam LKS berbasis kasus penyakit dengan mudah, menganalisis dan menjelaskan hasil pengamatanpercobaan kegiatan-kegiatan dalam LKS berbasis kasus penyakit, menjawab semua pertanyaan yang ada dalam LKS berbasis kasus penyakit, merasa ingin tahu dan mencari informasi mengenai materi setelah LKS berbasis kasus penyakit, mendapat pengetahuan setelah mempelajari LKS berbasis kasus penyakit sehingga dapat menjawab permasalahanan sehari-hari. Kemudian Gambar 14 berikut ini menjealskan secara lebih rinci tiap-tiap indikator di dalamnya. Gambar 18.Persentase keterlaksanaan Lembar Kerja Siswa LKS berbasis kasus penyakit pada materi sistem peredaran darah manusia yang disajikan per-indikator. e. Tanggapan Guru Terhadap Penggunaan Desain Pembelajaran Berbasis Kasus Penyakit Pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia. Kesan guru terhadap penggunaan desain pembelajaran berbasis kasus penyakit adalah baik. Guru merasa bahwa desain pembelajaran berbasis kasus penyakit pada materi sistem peredaran darah manusia sangat sesuai dengan materi sistem peredaran darah manusia. Kemudian dari hasil angket, guru setuju bahwa desain pembelajaran berbasis kasus penyakit pada materi sistem peredaran darah pada manusia dapat menambah wawasan, dan meningkatkan kewaspadaan terhadap kesehatan sistem peredaran darah.

B. Pembahasan