5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Studi Kasus Terhadap Hasil
Belajar
Belajar menurut Hilgrad Nasution 2004 adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan baik dalam laboratorium atau
dalam lingkungan alamiah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima informasi dari proses belajar. Di dalam
taksonomi Bloom, rumusan hasil belajar terdiri atas 3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual.Ranah afektif berkenaan dengan sikap.Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.Jadi hasil belajar
adalah perubahan perilaku siswa yang ditunjukkan dengan kemampuan- kemampuan siswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdiri atas
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil penelitian penggunaan metode pembelajaran berbasis studi kasus
dalam pembelajaran menunjukkan hasil yang positif. Menurut hasil penelitian Meil 2007 yang berjudul “The Use of Case Studies in Teaching Undergraduate
Neuroscience” dilaporkan bahwa pembelajaran dengan metode studi kasus dapat
meningkatkan motivasi belajar dan menstimulasi berpikir kritis siswa serta membuat pelajaran menjadi lebih nyata dan berkesan bagi siswa. Selain itu
menurut hasil penelitian Irby 1994 yang berjudul “Three Exemplary Models of Case-
Based Teaching”, pembelajaran berbasis kasus terbukti dapat melibatkan siswa secara aktif di kelas dan menciptakan lingkungan belajar kolaboratif di
mana siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok diskusi.Menurut hasil penelitian Norman 2007 pembelajaran berbasis kasus baik digunakan sebagai
strategi mengajar karena pembelajarannya berpusat pada siswa dan mengajak siswa secara belajar berkelompok untuk memecahkan sebuah kasus kompleks.
2. Pembelajaran Berbasis Kasus Penyakit
Metode pembelajaran berbasis kasus pertama kali diperkenalkan pada tahun 1870-an dan sudah digunakan selama bertahun-tahun oleh sekolah bisnis
dan hukum di Universitas Harvard. Kemudian, metode pembelajaran ini diadopsi pada berbagai bidang seperti bidang kesehatan dan teknik Kaddoura 2011.
Pembelajaran berbasis kasus biasanya menyajikan kasus yang sudah terstruktur, berdetail kontekstual, dan berhubungan dengan materi yang dipelajari Prince dan
Felder 2007. Pembelajaran berbasis kasus merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa.
Siswa disajikan sebuah narasi tentang sebuah kejadian cerita atau narasi inilah yang disebut sebagai „kasus‟. Kasus yang akan dijadikan bahan diskusi di
kelas adalah kasus penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia. Kasus-kasus semacam itu banyak sekali dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari.Misalnya, serangan jantung, stroke, hipertensi, dan leukemia.Pada pembelajaran, diharapkan siswa merasa familiar dengan kasus tersebut.
Inti dari pembelajaran berbasis kasus adalah kasus itu sendiri.Kasus dapat diambil dari kasus yang pernah terjadi maupun kasus rekaan.Kasus
diusahakan dibuat semenarik dan senyata mungkin bagi kasus rekaan, hal ini bertujuan agar siswa lebih tertarik dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, kasus
untuk pembelajaran harus disiapkan sebaik mungkin dan setidaknya memiliki kriteria Herreid 1998 berikut:
a. A good case tells a story. Sebuah kasus yang baik memiliki alur menarik dan berhubungan dengan pengalaman siswa. Sebuah kasus yang baik juga
memiliki bagian awal, tengah, dan akhir. Bagian akhir akan ada setelah siswa selesai mengambil kesimpulan.
b. A good case is set in the past five years. Sebuah kasus yang baik dibuat seaktual mungkin dan berhubungan dengan isu-isu terkini. Hal ini bertujuan
agar kasus yang didiskusikan dirasa penting oleh siswa. Akan lebih baik lagi bila siswa pernah mendengar kasus tersebut dari berita atau lainnya.
c. A good case creates empathy with central characters. Kasus dibuat dengan memikirkan sudut pandang dari karakter yang dipakai. Bukan hanya agar
siswa merasa lebih terlibat dengan kasus tetapi juga agar pemikiran dari si karakter tersebut menjadi pertimbangan siswa dalam mengambil kesimpulan
terhadap suatu kasus. d. A good case includes quotations. Tidak ada cara yang lebih baik untuk
mendapatkan empati dari siswa selain membiarkan karakter berbicara dengan suaranya sendiri, sehingga digunakan kalimat langung dalam penuturan
narasinya. e. A good case is conflict provoking. Kasus sebisa mungkin mengangkat topik
yang kontroversial. f. A good case is decision forcing. Tidak semua kasus memiliki pilihan dilema
yang diperlukan untuk menyelesaikannya, tetapi adanya kesegeraan dan keseriusan dalam pengambilan keputusan dalam sebuah kasuslah yang harus
ditekankan. Sehingga pada gilirannya siswa tidak hanya mengomentari sebuah kasus melainkan juga berperan sebagai pengambil keputusan.
g. A good case is short. Lebih mudah mempertahankan perhatian seseorang pada waktu pendek. Kasus harus cukup panjang untuk memperkenalkan detailnya,
tetapi tidak terlalu panjang hingga membosankan pembacanya. Keunggulan pembelajaran berbasis kasus yaitu : a Meningkatkan
kemampuan siswa mengingat. b Meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah. c Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. d
Melatih kemampuan siswa untuk berpikir objektif dalam pengambilan keputusan. e Melatih kemampuan siswa dalam mengidentifikasi isu-isu yang relevan. f
Membantu siswa untuk melihat sebuah masalah dari berbagai sudut pandang Prince dan Felder 2007.
Pembelajaran berbasis
kasus juga
mempunyai keterbatasan-
keterbatasan. Beberapa keterbatasannya yaitu : a Memerlukan waktu lama untuk mempersiapkan perangkat pembelajarannya. b Bagi siswa yang belum terbiasa
berpikir kritis akan merasa kurang nyaman dengan pembelajaran berbasis kasus sehingga pada akhirnya mempengaruhi hasil belajarnya. c Pembelajaran berbasis
kasus dapat memberikan siswa pemahaman yang sifatnya lebih praktikal, terkadang detail tekstual menjadi terabaikan.
3. Pengembangan Desain Pembelajaran Berbasis Kasus Penyakit