Studi Keamanan Formaldehid FORMALDEHID 1. Sifat Kimia dan Fisik Formaldehid

melalui asap kendaraan bermotor, namun ini pun tergantung kebijakan suatu negara dan kualitas bahan bakarnya. Formaldehid mempunyai banyak kegunaan dalam industri. Senyawa ini digunakan dalam produksi plastik dan resin, produk intermediet, dan keperluan lain yang bervariasi seperti agen pengkelat. Salah satu penggunaannya yang paling umum adalah dalam resin urea-formaldehid dan melamin-formaldehid. Di USA, resin dan plastik yang berbasis formaldehid mencapai 60. Resin formaldehid digunakan sebagai alat perekat pada produksi triplek dan kayu. Formaldehid diaplikasikan dalam bidang medis untuk sterilisasi, sebagai pengawet, dan bahan pembersih rumah tangga. Fungsinya sebagai desinfektan untuk membunuh virus, bakteri, fungi, dan parasit baru efektif jika konsentrasi penggunaannya besar. Algae, protozoa, dan organisme uniseluler lain cukup sensitif terhadap formaldehid dengan konsentrasi akut letal berkisar 0.3-22 mgl WHO, 1969. Mekanisme formaldehid sebagai desinfektan adalah membunuh sel dengan cara mendehidrasi sel jaringan dan sel bakteri dan menggantikan cairan yang normal dengan komponen kaku yang seperti gel.

2. Studi Keamanan Formaldehid

Menurut Gracecia 2005 dan Priyatna 2005, mie basah yang dijual di daerah Jabotabek mengandung formalin dengan jumlah rata-rata di pasar tradisional sebesar 106.00 mgkg mie basah mentah dan 2 914.36 mgkg mie basah matang, di pedagang produk olahan mie sebesar 72.93 mgkg mie basah mentah dan 3 423.51 mgkg mie basah matang, dan di supermarket sebesar 113.45 mgkg mie basah mentah dan 2 941.82 mgkg mie basah matang Gracecia, 2005; Priyatna, 2005. Menurut Oktaviani 2005, mie basah mentah yang diberi perlakuan formaldehid dengan konsentrasi 300 mgkg adonan mengalami peningkatan elastisitas dibandingkan mie tanpa penambahan formaldehid. Hal ini disebabkan pembentukan ikatan silang protein yang dapat memperkuat tekstur mie. Namun, apabila konsentrasi penambahan formaldehid dinaikkan menjadi 600 mgkg adonan, elastisitas akan menurun. Selain itu, penambahan formaldehid pada mie mentah dapat menurunkan daya cerna protein. Hal itu ditunjukkan oleh menurunnya daya cerna mie yang ditambah formaldehid sebanyak 300 dan 600 mgkg adonan dibandingkan dengan mie tanpa penambahan bahan tersebut. Pengaruh lain yang timbul karena penambahan formaldehid adalah meningkatnya kecerahan warna mie basah mentah Oktaviani, 2005. Formaldehid endogenus merupakan produk metabolisme normal dan esensial bagi biosintesis beberapa asam amino dalam tubuh manusia. Formaldehid endogenus diproduksi oleh jaringan dengan kisaran 3-12 ngg jaringan. Secara alami, sejumlah kecil formaldehid diproduksi di dalam tubuh sebagai metabolit yang normal dan sebagai hasil oksidasi xenobiotics sehingga senyawa ini dapat ditemukan di hati. Formaldehid eksogenus masuk ke dalam tubuh manusia melalui asupan oral, inhalasi, dan kulit. Formaldehid yang diasup secara oral akan segera diserap oleh saluran pencernaan, sedangkan formaldehid yang diinhalasi akan diserap oleh saluran pernapasan bagian atas tetapi tidak sampai didistribusikan ke seluruh tubuh karena metabolismenya yang cepat Heck et al. 1985. Formaldehid eksogenus dalam plasma manusia akan dikonversi menjadi asam format oleh enzim aldehid dehidrogenase dengan waktu paruh 1-1.5 menit Bardana dan Montanaro, 1991, sedangkan asam format sendiri memiliki waktu paruh 90 menit. Artinya, metabolisme asam format di dalam tubuh membutuhkan waktu yang lebih lama daripada metabolisme formaldehid WHO, 2001. Hati manusia dapat mengkonversi formaldehid menjadi CO 2 dengan kecepatan 22 mg formaldehidmenit Owen et al., 1990. Formaldehid yang diserap oleh tubuh akan cepat diubah menjadi asam format, melalui senyawa antara S-formilglutation, oleh enzim formaldehid dehidrogenase dan enzim-enzim lainnya. Konversi formaldehid menjadi asam format terjadi di dalam sel darah merah dan hati. Selanjutnya, asam format dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air oleh enzim formiltetrahidrofolat sintetase, yang mengkatalisa produksi formiltetrahidrofolat dari format dan tetrahidrofolat. Melalui jalur alternatif lainnya, format dapat dikonversi menjadi garam sodium yang diekskresikan ke dalam urin atau dapat juga diinkorporasikan melalui one-carbon pool untuk digunakan dalam biosintesis Bardana dan Montanaro, 1991. Formaldehid memiliki bau menyengat yang dapat terdeteksi walaupun pada konsentrasi rendah. Selain itu, uap dan larutannya juga mengiritasi mata dan kulit. Iritasi terjadi jika kulit terpapar larutan formaldehid 5-20. Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan dihasilkan dari paparan sedikitnya 1 ppm formaldehid di udara. Paparan lebih dari 50 ppm bisa mengakibatkan kerusakan yang serius terhadap saluran pernapasan Federal Provincial-Territorial Committee on Drinking Water, 1997. Konsentrasi terendah yang bisa menimbulkan reaksi pada orang yang sensitif adalah 0.05 WHO, 1969. Tabel 4 di bawah ini menunjukkan efek inhalasi formaldehid terhadap manusia. Tabel 4. Pengaruh formaldehid bagi kesehatan manusia melalui pernapasan Pengaruh bagi kesehatan Konsentrasi formaldehid ppm Tidak ada pengaruh 0.05 Ambang batas bau odor threshold 0.05-1.0 Iritasi mata 0.01-2.0 Iritasi dan kesulitan pernapasan 0.1-25 Kerusakan kronis paru-paru 5-30 Pulmonary edema, inflammation, pneumonia 50-100 Kematian 100+ iritasi mata pada 0.01 ppm terjadi karena paparan formaldehid dan polutan yang lain MFL Inc., 2004 Formaldehid sangat reaktif dan sangat larut dalam air. Oleh karena lapisan mucous epitelium saluran pernapasan 95 tersusun dari air, formaldehid dengan mudah terserap ke dalam membran mucous saluran pernapasan atas. Walaupun demikian, Heck et al. 1985 mengatakan bahwa paparan formaldehid melalui inhalasi tidak memperlihatkan pengaruh signifikan terhadap konsentrasi formaldehid dalam darah. Studi dilakukan terhadap tikus, monyet, dan manusia, dengan dosis paparan masing-masing 14.4 ppm selama 2 jam untuk tikus, 6 ppm selama 4 minggu untuk monyet, dan 1.9 ppm selama 40 menit untuk manusia. Konsentrasi formaldehid dalam darah diukur sebelum dan sesudah pemaparan, dengan hasil berturut- turut 2.242.25 gg tikus, 2.421.84 gg monyet, dan 2.612.77 gg manusia. Akan tetapi, beberapa objek yang lain memperlihatkan adanya perbedaan kandungan formaldehid yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemaparan. Hal ini membuktikan perbedaan variasi pada individu Heck et al., 1985. Kandungan formaldehid diukur pada beberapa jaringan tikus yang dipaparkan formaldehid 14 C-formaldehid selama 6 jam. Konsentrasi formaldehid tertinggi terdapat dalam esofagus, diikuti ginjal, hati, usus, dan paru-paru. Hal ini berarti 14 C-formaldehid cepat didistribusikan dari aliran darah ke seluruh tubuh WHO, 1989. Formaldehid dapat diserap melalui permukaan kulit. Permeabilitasnya telah diuji secara in vitro menggunakan kulit manusia. Tingkat penyerapan formaldehid pada kulit yang terpapar larutan formalin 37 adalah 319 gcm 2 jam Loden, 1986. Percobaan juga dilakukan terhadap 5 monyet dengan dosis 0.4-0.9 gcm 2 selama 24 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa penyerapan yang terjadi sangat rendah. Sejumlah 52 diuapkan melalui kulit dan hanya 0.5 dari dosis yang mampu terserap ke dalam kulit Jeffcoat, 1984. Penyerapan formaldehid pada organ pencernaan telah diuji terhadap 5 ekor anjing yang diberi formaldehid sebanyak 70 mgkg. Kandungan asam format di dalam darah meningkat cepat. Namun, lima belas menit setelah perlakuan, semua anjing memuntahkannya sehingga perhitungan secara kuantitatif tidak mungkin dilakukan Malorny et al., 1965. Kasus-kasus yang terjadi pada manusia menunjukkan bahwa formaldehid tidak potensial sebagai senyawa karsinogen. Kanker yang terjadi pada populasi yang terekspos formaldehid adalah tumor nasal. Formaldehid tidak memiliki efek terhadap reproduksi dan tidak bersifat teratigenik. Secara in vitro, formaldehid mengganggu DNA dalam sel manusia, namun tidak ada data yang berhubungan dengan akibat mutagenik. Konsentrasi formaldehid yang bersifat karsinogenik biasanya juga bersifat sitotoksik dan meningkatkan proliferasi sel di dalam hidung. Namun, bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa formaldehid tidak karsinogenik ketika masuk ke dalam tubuh melalui jalur oral. Asupan formaldehid melalui air minum selama dua tahun hanya menyebabkan iritasi perut dalam studi yang dilakukan terhadap tikus, khususnya pada konsentrasi yang tinggi Federal Provincial-Territorial Committee on Drinking Water, 1997. Tolerable Daily Intake TDI dari formaldehid dapat diturunkan dengan membagi angka NOAEL No Observed Adverse Effect Level pada hewan dengan faktor ketidakpastian uncertainty factor. TDI = 15 mgkg berat badan per hari = 0.15 mgkg berat badan per hari 100 Keterangan: • 15 mgkg berat badan adalah angka NOAEL pada tikus jantan, termasuk terjadinya perubahan patologis pada perut dan peningkatan nekrosis renal. Hasil ini didapat dari studi selama 2 tahun terhadap tikus yang terekspos formaldehid melalui air minum. • 100 merupakan faktor ketidakpastian x10 untuk variasi intraspesies dan x10 untuk variasi interspesies. Faktor ketidakpastian ekstra tidak digunakan dalam perhitungan di atas karena formaldehid dimetabolisme dengan cepat di dalam tubuh dan menginduksi tumor hanya pada hewan yang terekspos melalui inhalasi dosis tinggi yang bersifat sitotoksik. Selain itu, tidak ada bukti jelas mengenai sifat karsinogeniknya melalui jalur oral Federal Provincial-Territorial Committee on Drinking Water, 1997. Nilai batasan formaldehid dalam air minum, yang didasari pertimbangan kesehatan, dapat diturunkan dari TDI seperti tertulis di bawah ini: 15 mgkg berat badan per hari x 70 kg x 0.05 = 0.35 mgliter 1.5 literhari Keterangan: • 0.15 mgkg berat badan adalah nilai TDI • 70 kg adalah berat badan rata-rata orang dewasa • 0.05 adalah proporsi asupan harian yang dialokasikan untuk air minum • 1.5 literhari adalah konsumsi rata-rata air minum untuk orang dewasa

3. Analisis Formaldehid AOAC, 1995