Fase Inflamasi Aktivitas sediaan salep ekstrak batang pohon pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) dalam proses persembuhan luka pada mencit (Mus musculus albinus).

15 mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan 6 Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.

2.6.2 Proses Persembuhan Luka

Persembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel. Fase persembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan. Proses biologis tersebut terjadi dalam beberapa fase persembuhan luka yaitu: fase peradangan Inflamasi, fase perbanyakan sel proliferasi dan fase maturasi Somantri 2007.

a. Fase Inflamasi

Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 7 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis penghentian perdarahan akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin menghubungkan jaringan dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka dan juga mengeluarkan substansi vasokonstriksi yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris Local sensory nerve endding, local reflex action dan adanya substansi vasodilatator histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin. Histamin tersimpan dalam granul pada sel mast, basofil, dan platelet. Pelepasan senyawa ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, yaitu agen fisik seperti trauma atau dingin, reaksi imunologik, suatu fraksi dari komplemen yang disebut sebagai anaphilatoxins, dan adanya histamin-releasing factor yang dikeluarkan oleh neutrofil Vegad 1995. Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi oedema jaringan dan keadaan lingkungan tersebut menjadi asidosis. Scab keropeng juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh 16 mikroorganisme. Dibawah scab sel epitel berpindah dari luka ke tepi. Se epitel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Fase inflamasi juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler yang berfungsi untuk mengeliminasi benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan nutrisi yang diperlukan pada proses persembuhan. Sehingga pada daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Proses peradangan mencakup perekrutan sel-sel radang dari pembuluh darah menuju jaringan luka. Sel-sel yang menginfiltrasi daerah luka diantaranya adalah neutrofil, makrofag dan limfosit. 1. Neutrofil Neutrofil merupakan sel pertahanan pertama terhadap kontaminasi mikroba pada peradangan. Neutrofil disebut juga sebagai polimorfonuklear PMN, berdiameter 14-20 µm. Mempunyai bentuk sel bulat atau oval, sitoplasma berwarna merah muda, warna merah muda ini berasal dari granul sitoplasma yang bersifat neutrofilik dan sedikit azorofil. Neutrofil diproduksi di dalam sumsum tulang belakang. Pelepasan neutrofil dipengaruhi oleh Neutrophil Releasing Factor NRF. Neutrofil memiliki masa hidup yang relatif singkat. Di dalam sirkulasi neutrofil dapat bertahan selama 4-6 hari. Neutrofil segera akan mati setelah melakukan fagosit terhadap benda asing yang masuk dan akan dicerna oleh enzim lisosom, kemudian neutrofil akan mengalami autolisis yang akan melepas zat-zat degradasi yang masuk ke dalam jaringan limfe. Jaringan limfe akan merespon dengan mensekresikan histamin dan faktor leukopoetik yang akan merangsang sumsum tulang untuk melepaskan neutrofil muda untuk melawan infeksi Dellman dan Brown 1992. Fungsi utama dari neutrofil adalah fagositosis dan mikrobisidal. Neutrofil merupakan sel leukosit yang pertama berespon terhadap adanya benda asing yang ada pada luka, cara kerja neutrofil dalam memberikan respon imun adalah dengan menggunakan enzim lisosom yang dapat mencerna beberapa dinding sel bakteri, enzim proteolitik, ribonuklease, dan fosfolipase secara bersama yang dapat menghancurkan beberapa bakteri Tizard 1982. Proses fagositosis ini kemudian dibantu oleh monosit yang mengalami tranformasi ketika sel ini memasuki jaringan ikat dan menjadi sel-sel fagositik yang besar yang disebut 17 sebagai makrofag jaringan. Semua proses ini merupakan metode pertahanan tubuh yang bersifat non-spesifik. 2. Makrofag Monosit yang ada di dalam jaringan dinamakan makrofag. Makrofag merupakan sel yang sangat aktif pada saat terjadinya perlukaan. Makrofag dapat bersatu dan membentuk sel raksasa yang dinamakan giant cell dengan tujuan dapat memfagositosis antigen yang berukuran lebih besar Martini et al 1992. Makrofag mempunyai kemapuan fagositosis yang lebih hebat dari neutrofil yang lain, bahkan mampu memfagosit 100 bakteri Guyton 1996. Menurut Vegad 1995, selain memfagosit, makrofag juga aktif melepaskan beberapa bahan aktif yang penting untuk proses peradangan dan proses perbaikan luka. Bahan-bahan aktif yang dilepaskan makrofag yaitu : • Plasma protein, terdiri dari protein komplemen dalam proses fagositosis dan protein pengkoagulasi • Platelet activating factor PAF • Faktor-faktor kemotaktik • Sitokin • Faktor-faktor pertumbuhan, seperti platelet-derived growth factor PDGF fibroblast growth factor FGF, epidermal growth factor EGF, dan transforming growth factor-β TGF-β. Faktor-faktor ini mempengaruhi proliferasi fibroblast dan pembuluh darah. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis AGF yang merangsang pembentukan ujung endotel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan. Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4. 3. Limfosit Limfosit merupakan leukosit agranulosit yang terdapat dalam jumlah dominan. Limfosit dibentuk di jaringan limfoid seperti Peyer’s patches, limpa, tonsil, timus dan bursa Fabricius Melvin dan William 1993. Fungsi utama limfosit di dalam tubuh adalah berperan dalam sistim kekebalan tubuh. Limfosit akan memproduksi antibodi sebagai respon terhadap antigen yang masuk di bawa oleh makrofag Tizard 1982. Di dalam darah, limfosit terbagi atas 3 tipe sel yaitu sel B, sel T dan sel non T, non B yang disebut 18 sel null. Sel tipe B terdapat 10-12 dari keseluruhan limfosit. Sel B berperan dalam humoral imun respon. Sel T mempunyai jumlah yang lebih dominan yaitu 70-75 dari jumlah limfosit dan berperan dalam immunitas seluler Ganong 1997. Menurut Dellman dan Brown 1987, limfosit T terbagi atas 3 jenis, yaitu limfosit T-killer cytotoxicCTLs, limfosit T-helper Th cell, limfosit T- supresor Ts cells. Limfosit tidak memiliki kemampuan untuk melakukan fagositosis dan hanya memiliki kemampuan untuk melakukan kemampuan kemotaksis yang terbatas. Dalam persembuhan luka, peran limfosit adalah melepaskan limfokin yang mempengaruhi populasi dari sel-sel radang lainnya. Beberapa limfokin yang dilepaskan limfosit berpengaruh terhadap agregasi makrofag dalam proses persembuhan luka Banks dalam Handayani 2006.

b. Fase Proliferasi

Dokumen yang terkait

Studi Pemakaian Tepung Pisang Ambon (Musa acuminata AAA) sebagai Anti-aging Dalam Sediaan Masker

6 108 86

Aktivitas sediaan gel dari ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis Mill.) pada proses persembuhan luka mencit (Mus musculus albinus)

0 13 6

Kajian Aktivitas Fraksi Air Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus albinus)

0 5 70

Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus Albinus.)

0 10 88

Aktivitas dan uji stabilitas sediaan gel ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) dalam proses persembuhan luka pada mencit (mus musculus albinus)

8 74 65

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK BONGGOL PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebaga

3 11 17

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK BONGGOL PISANG Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pa

0 3 12

PENDAHULUAN Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus.

0 3 14

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus.

0 3 4

PENGARUH PERAWATAN LUKA DENGAN PEMBERIAN GETAH TUNAS PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum) TERHADAP KOLONI BAKTERI FASE INFLAMASI LUKA BAKAR GRADE II PADA MENCIT (mus musculus) STRAIN Balbc

0 0 16