SALEP Aktivitas sediaan salep ekstrak batang pohon pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) dalam proses persembuhan luka pada mencit (Mus musculus albinus).

22 1. Infeksi Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih. 2. Perdarahan Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing seperti drain. Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan dan luka di bawah balutan jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan. 3. Keloid Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul tidak terduga dan tidak pada setiap orang.

2.7 SALEP

Salep adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar. Pemakaian salep adalah untuk daerah topikal yang diperuntukan sebagai protektan, antiseptik, emolien, antipruritik, keratolitik, dan astringensia. Pemilihan dasar salep yang tepat sangat penting untuk efektivitas fungsi yang diinginkan. Untuk salep yang berfungsi sebagai protektan, maka dasar salep harus bersifat melindungi kulit dari kelembaban, udara, sinar matahari, dan faktor eksternal lainnya. Salep antiseptik digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Seringkali infeksi oleh bakteri terjadi jauh di dalam lapisan kulit, sehingga dasar salep untuk pembuatan salep antiseptik harus memiliki kemampuan untuk meresap ke dalam kulit dan melepaskan bahan aktif yang berfungsi sebagai obat Hezmela 2006. Salep adalah gel dengan perubahan bentuk plastis yang ditentukan untuk penerapan pada kulit sehat, sakit atau terluka, atau pada selaput lendir hidung, mata. Voigt 1994 menyatakan, salep pada pokoknya berlaku untuk terapi lokal, salep biasanya mengandung obat-obatan yang dipakai di luar tubuh dan memiliki 23 konsistensi yang kuat, yang apabila dioleskan pada kulit akan melunak dan membentuk lapisan di atas kulit. Proporsi bahan dalam sediaan salep dapat berubah-ubah untuk mempertahankan konsistensi, sedangkan proporsi bahan aktif di dalamnya tidak berubah. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang sesuai. Pemerian salep tidak boleh berbau tengik. Salep yang mengandung obat keras atau obat narkotika, kadar bahan obatnya adalah 10. Respon klinik yang akan timbul ketika kita memakai suatu sediaan salep pada kulit yang sakit terdiri dari tiga proses, yaitu: 1 pelepasan obat dari pembawa, diikuti oleh 2 penetrasinya melalui barier kulit dan 3 pengaktifan respon Farmakologis yang diinginkan Departemen Pertanian 2001. Menurut Ansel 1989, salep dapat mengandung obat baik dalam keadaan tersuspensi, terlarut atau teremulsi,. Salep juga bisa tidak mengandung obat. Salep yang tidak mengandung obat disebut sebagai salep dasar basis ointment dan digunakan sebagai pembawa dalam penyiapan salep yang mengandung obat. Dasar salep digolongkan ke dalam 4 kelompok besar, yaitu: 1 dasar salep hidrokarbon, 2 dasar salep absorbsi, 3 dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan 4 dasar salep larut dalam air. Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi dari salep tergantung pada beberapa faktor penting, antara lain: a. laju pelepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep, b. keinginan peningkatan oleh dasar salep absorpsi perkutan dari obat, c. kelayakan melindungi lembap dari kulit oleh dasar salep, d. jangka lama atau pendeknya obat stabil dalam dasar salep, dan e. pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau lainnya dari dasar salep. Semua faktor-faktor ini dan lain-lainnya harus ditimbang satu terhadap lainnya untuk memperoleh dasar salep yang paling baik Ansel 1989. Berdasarkan distribusi bahan obat dalam medium penyangganya, maka salep dibedakan atas salep larutan, salep suspensi, dan salep emulsi. Salep larutan dan salep suspensi berbeda, tergantung pada sifat kelarutan dari bahan obat terlarut atau tersuspensi dalam dasar salep. Salep mengandung air dengan penambahan emulgator secara umum dinyatakan sebagai salep emulsi Voight 1994. 24 Salep emulsi terdiri atas dua jenis, yaitu jenis minyak dalam air ow dan jenis air dalam minyak wo. Dasar salep ow memiliki keuntungan, yaitu dapat dicuci dengan air sehingga tidak meninggalkan kesan lengket yang tidak disukai. Lebih dapat diterima sebagai dasar sediaan kosmetika, dan umumnya cocok untuk sediaan salep obat. Dasar salep wo memiliki keuntungan, yaitu stabilitas emulsinya yang tinggi Voigt 1994. Menurut Ansel 1989, salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu pencampuran dan peleburan. Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama sampai sediaan yang homogen tercapai. Pencampuran dilakukan dalam sebuah lumpang dengan sebuah alu untuk menggerus bahan bersama-sama. Dalam metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur bersama, dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen- komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk. Bahan-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen. Dalam skala kecil, peleburan dapat dilakukan pada cawan porselen atau gelas piala.

2.8 Penetrasi Kulit Oleh Obat

Dokumen yang terkait

Studi Pemakaian Tepung Pisang Ambon (Musa acuminata AAA) sebagai Anti-aging Dalam Sediaan Masker

6 108 86

Aktivitas sediaan gel dari ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis Mill.) pada proses persembuhan luka mencit (Mus musculus albinus)

0 13 6

Kajian Aktivitas Fraksi Air Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus albinus)

0 5 70

Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus Albinus.)

0 10 88

Aktivitas dan uji stabilitas sediaan gel ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) dalam proses persembuhan luka pada mencit (mus musculus albinus)

8 74 65

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK BONGGOL PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebaga

3 11 17

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK BONGGOL PISANG Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pa

0 3 12

PENDAHULUAN Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus.

0 3 14

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus.

0 3 4

PENGARUH PERAWATAN LUKA DENGAN PEMBERIAN GETAH TUNAS PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum) TERHADAP KOLONI BAKTERI FASE INFLAMASI LUKA BAKAR GRADE II PADA MENCIT (mus musculus) STRAIN Balbc

0 0 16