26
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Patologi dan Sub Bagian Farmasi, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi KRP, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor pada bulan Agustus 2007 hingga dengan bulan Mei 2008.
3.2 Identifikasi Tanaman
Pohon pisang Ambon yang digunakan untuk penelitian ini dideterminasi terlebih dahulu di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian
Biologi Bogor. Batang pohon pisang diambil dengan cara memotong batang pohon pisang
secara miring dan kemudian dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan di udara terbuka. Untuk mendapatkan ekstrak batang pisang Ambon dilakukan prosedur
soxhletasi dari simplisia kering menggunakan pelarut etanol 70 selama 4 jam, kemudian cairan ekstraksi dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Cara
yang digunakan untuk ekstraksi mengikuti prosedur yang dideskripsikan oleh Lee-Huang et al 1996. Batang pohon pisang Ambon yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak ± 3 batang. Berdasarkan uji pendahulu oleh Priosoeryanto et al 2006 diketahui kandungan bahan aktif diantaranya adalah,
flavonoid, tannin dan saponin yang ketiganya berpengaruh terhadap persembuhan luka. Metode yang digunakan yaitu skrining fitokimia metode
Harbone.
3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit Mus musculus albinus strain DDY umur 4-6 minggu. Mencit dipelihara di dalam
kandang individual dari plastik yang pada bagian atasnya diberi kawat kasa sebagai penutup sekaligus tempat pemberian pakan dan minum. Sebagai alas
digunakan alas sekam yang berfungsi untuk menjaga suhu dan menyerap urine. Pakan yang diberikan yaitu pakan komersil berbentuk pellet dan minum secara
ad libitum. Sekam pada kandang mencit diganti 3 hari sekali.
27
3.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70, sediaan salep ekstrak batang pohon pisang Ambon, sediaan salep komersial,
sediaan salep placebo, eter untuk euthanasia, larutan neutral buffer formalin 10 untuk fiksasi, kapas dan bahan-bahan untuk sediaan histopatologi yaitu larutan
Mayer’s Hematoxylin, larutan Eosin, Xylol, alkohol dengan konsentrasi yang bertingkat 70, 80, 90, 95, 100, larutan Lithium Carbonat, akuades,
asam asetat 1, Schiff Reagent, air sulfit, larutan Mordant, larutan Carrazi’s Hematoxylin, larutan Orange G 0,75, larutan Ponceau Xylidine Fuchsin, larutan
Phosphotungstic Acid 2,5, Anilin Blue dan parafin.
3.3.3 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kotak plastik beralaskan sekam dan kawat untuk kandang mencit, anaerobic jar untuk anasthesi,
peralatan bedah gunting anatomis untuk bedah, skalpel, plastik. Peralatan untuk membuat sediaan salep seperti timbangan, kaca arloji, sendok kecil, kertas
perkamen, cawan porselin, penangas air dan mortar. Peralatan untuk membuat sedian histopatologi seperti mikrotom, gelas objek dan gelas penutup. Untuk
pengamatan histopatologi digunakan mikroskop dan videomikrometer.
3.4 Pembuatan Sediaan Salep
Sediaan salep dibuat berdasarkan komposisi sediaan yang dibuat oleh Wintarsih et al 2007 menggunakan parafin solid, cera alba, oleum coccos,
vaseline album, dengan penambahan ekstrak batang pohon pisang. Dosis ekstrak berdasarkan kepada hasil pengujian penentuan dosis efektif yang
memiliki hasil persembuhan terbaik, yaitu dosis C . Besarnya konsentrasi yang diuji tidak disampaikan dalam skripsi ini karena mengingat memiliki keperluan
untuk pengajuan paten. Pembuatan salep ekstrak batang pohon pisang Ambon yaitu dengan teknik
peleburan. Hal yang pertama dilakukan adalah seluruh bahan yang dibutuhkan ditimbang, ekstrak getah batang pohon pisang dimasukkan ke dalam mortar lalu
tambah sebagian vaseline, lakukan homogenisasi kemudian disisihkan sebagai bahan aktif. Ke dalam cawan porselin yang berisi oleum cocos, masukkan parafin
solid, cera alba, dan sisa vaseline. Cawan diletakkan di atas penangas air sampai lumer, diaduk homogen, lalu diangkat dan diaduk kembali sampai dingin
28
hingga terbentuk basis salep. Basis salep dicampur dengan bahan aktif diaduk perlahan sampai homogen, kemudian dimasukkan ke dalam pot plastik sebagai
sediaan salep ekstrak. Pembuatan sediaan salep placebo menggunakan parafin solid, cera alba,
oleum coccos dan vaseline album, hanya sampai tahap basis salep. Salep Betadine
®
mengandung bahan aktif Povidone Iodine sebagai zat anti mikrobial. Semua perlakuan dilakukan secara aseptis.
3.5 Metodologi Penelitian 3.5.1 Perlakuan pada Mencit