Neutrofil Hasil Pangamatan Histopatologi HP.

40

4.2 Hasil Pangamatan Histopatologi HP.

Persembuhan luka merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan banyak sel dan jaringan. Proses ini melalui tiga fase yang saling berkaitan. Fase pertama dalam proses persembuhan luka adalah fase inflamasi dimana sel-sel yang berperan dalam fase ini adalah sel-sel peradangan, yaitu neutrofil, makrofag dan limfosit Somantri 2007. Parameter yang diamati pada pemeriksaan histopatologi adalah jumlah sel-sel radang neutrofil, makrofag dan limfosit, jumlah neokapiler, persentase re-epitelisasi dengan menggunakan preparat yang telah diwarnai dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Untuk mengamati ketebalan jaringan ikat dengan menggunakan preparat yang telah diwarnai dengan pewarnaan Masson Trichrome.

4.2.1 Neutrofil

Fungsi utama dari neutrofil adalah fagositosis dan mikrobiosidal. Neutrofil merupakan sel leukosit yang pertama berespons terhadap adanya benda asing yang ada pada luka. Cara kerja neutrofil dalam memberikan respon imun adalah dengan menggunakan enzim lisosom yang dapat mencerna beberapa dinding sel bakteri. Enzim proteolitik, ribonuklease, dan fosfolipase secara bersama yang dapat menghancurkan beberapa bakteri Tizard 1982. Neutrofil sewaktu memasuki jaringan sudah merupakan sel-sel matang yang dapat segera memulai fagositosis. Sebuah sel neutrofil dapat memfagosit 5-20 bakteri sebelum sel neutrofil itu sendiri menjadi inaktif dan mati Guyton dan Hall 1997. Selanjutnya hasil pemeriksaan mikroskopis terhadap jumlah sel radang neutrofil pada daerah luka disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Rataan jumlah sel radang neutrofil pada pemeriksaan kulit mencit Hari ke- Kontrol Negatif Kontrol positif Salep Ekstrak 3 118,20 ± 18,54 A 163,29 ± 4,98 B 229,60 ± 15,92 C 5 242,51 ± 22,95 B 266,93 ± 38,60 C 201,49 ± 4,40 A 7 203,62 ± 28,07 C 158,51 ± 25,36 B 116,29 ± 13,44 A 14 143,71 ± 6,46 C 93,16 ± 8,78 B 67,22 ± 5,78 A 21 72,04 ± 3,13 C 46,62 ± 0,59 B 29,36 ± 12,28 A Keterangan : Huruf superscipt yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata P0,05. 41 Data pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa hasil pengujian statistik terhadap rataan jumlah neutrofil untuk ketiga kelompok pada hari ke-3 sampai hari ke-21, menunjukkan perbedaan yang nyata P0,05. Perbedaan ini menjelaskan bahwa pada masing-masing kelompok sediaan salep memiliki daya kerja yang berbeda. Daya kerja sediaan salep ini bergantung pada jumlah kandungan bahan aktif pada masing-masing kelompok salep yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya sel nutrofil pada fase inflamasi dalam proses persembuhan luka. Tingginya jumlah neutrofil hari ke-3 pada kelompok salep ekstrak batang pohon pisang, menunjukkan adanya proses pembersihan dan fagositosis bakteri ataupun runtuhan sel yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dan kelompok negatif. Menurut Vegad 1996, neutrofil bersifat kemotaksis dan menginfiltrasi radang lebih cepat. Oleh karena itu neutrofil sering disebut sebagai pertahanan seluler yang pertama. Faktor lain yang berpengaruh pada proses infiltrasi sel neutrofil adalah dasar sediaan salep dari kelompok hidrokarbon, yang menyebabkan kondisi luka berlangsung dalam keadaan lembab pada awal perlukaan. Dalam kondisi yang lembab, jaringan yang rusak karena perlukaan lebih mudah luruh. Sehingga merangsang datangnya neutrofil untuk memfagosit luruhan sel-sel tersebut. Selanjutnya grafik jumlah neutrofil disajikan pada Gambar 9. NEUTROFIL 50 100 150 200 250 300 3 5 7 14 21 Hari ke- J u m l a h N e u t r o f i l Kontrol Negatif Salep Betadine Ekstrak Batang Pisang Gambar 9 Grafik jumlah neutrofil pada ketiga kelompok perlakuan 42 Hasil pengamatan histopatologi pada ketiga kelompok menunjukkan pola rataan jumlah neutrofil yang hampir sama, yaitu tinggi pada awal dan kemudian menurun secara gradual pada hari-hari berikutnya. Semua kelompok mengalami penurunan jumlah sel neutrofil dari hari ke-7 hingga dengan hari ke-21, seiring dengan proses keringnya luka. Hal ini dikarenakan adanya beberapa mediator peradangan yang telah dikeluarkan oleh neutrofil seperti histamin, enzim-enzim lisosom dan faktor pengaktivasi platelet. Hal ini menunjukkan bahwa sel neutrofil melakukan tugasnya sebagai sel pertahanan hanya pada awal pasca perlukaan karena tugasnya segera digantikan oleh sel makrofag sebagai sel pertahanan seluler yang kedua Gambar 9. Jumlah neutrofil pada kelompok kontrol negatif paling tinggi secara nyata P 0,05, dibandingkan dengan kontrol positif dan salep ekstrak setelah hari ke- 7 hingga hari ke-21. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya bahan aktif dalam sediaan salep placebo, sehingga sangat memungkinkan masih terdapatnya mikroba dan sisa sel mati dari kerusakan jaringan. Berbeda dengan bahan aktif yang ada pada ekstrak batang pohon pisang yaitu saponin, quinon dan antraquinon yang berfungsi sebagai antibiotik. Gambar sel radang neutrofil disajikan pada Gambar 10. Gambar 10 Gambar sel radang neutrofil pada luka kelompok salep ekstrak pada hari ke-7 Pewarnaan HE, Bar 40µm 43

4.2.2 Makrofag

Dokumen yang terkait

Studi Pemakaian Tepung Pisang Ambon (Musa acuminata AAA) sebagai Anti-aging Dalam Sediaan Masker

6 108 86

Aktivitas sediaan gel dari ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis Mill.) pada proses persembuhan luka mencit (Mus musculus albinus)

0 13 6

Kajian Aktivitas Fraksi Air Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus albinus)

0 5 70

Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus Albinus.)

0 10 88

Aktivitas dan uji stabilitas sediaan gel ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) dalam proses persembuhan luka pada mencit (mus musculus albinus)

8 74 65

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK BONGGOL PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebaga

3 11 17

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK BONGGOL PISANG Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pa

0 3 12

PENDAHULUAN Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus.

0 3 14

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus.

0 3 4

PENGARUH PERAWATAN LUKA DENGAN PEMBERIAN GETAH TUNAS PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum) TERHADAP KOLONI BAKTERI FASE INFLAMASI LUKA BAKAR GRADE II PADA MENCIT (mus musculus) STRAIN Balbc

0 0 16