Limfosit Hasil Pangamatan Histopatologi HP.

45 proses pembersihan luka dan jauh lebih baik dibandingkan dengan kontrol negatif. Makrofag menjadi aktif dan jumlahnya akan berlipat ganda apabila terjadi peradangan setelah neutrofil bekerja memfagosit partikel asing. Oleh karena itu, sel ini juga disebut sebagai sel pertahanan kedua. Sel neutrofil yang mati akan turut difagosit oleh makrofag. Makrofag pada hari hari ke-5 untuk kelompok salep ekstrak mencapai puncak tertinggi, kemudian menurun secara gradual di hari- hari berikutnya. Jumlah makrofag pada kelompok kontrol negatif, puncak tertingginya terjadi pada hari ke-7, dan pada hari-hari berikutnya jumlahnya tetap lebih tinggi secara nyata P0,05, dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dan kelompok salep ekstrak Gambar 11. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya bahan aktif yang membantu mengeliminir partikel asing pada salep placebo, sehingga tingkat inflamasi pada kelompok kontrol negatif tetap tinggi. Gambar sel radang makrofag disajikan pada Gambar 12. Gambar 12 Gambar sel radang makrofag pada luka kelompok salep eksrak pada hari ke-7 Pewarnaan HE, Bar 40µm

4.2.3 Limfosit

Fungsi utama limfosit di dalam tubuh adalah berperan dalam sistim kekebalan tubuh. Limfosit akan memproduksi antibodi sebagai respon terhadap antigen yang masuk di bawa oleh makrofag Tizard 1982. Sel limfosit 46 melepaskan limfokin yang berfungsi merangsang agregasi makrofag dan juga sebagai chemoattractant bagi makrofag. Limfosit memiliki masa hidup berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, tetapi hal ini tergantung pada kebutuhan terhadap sel tersebut Guyton dan Hall 1997. Selanjutnya hasil pemeriksaan mikroskopis terhadap jumlah sel radang limfosit pada daerah luka disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Rataan jumlah sel radang limfosit pada pemeriksaan kulit mencit Hari ke- Kontrol Negatif Kontrol positif Salep Ekstrak 3 26,18 ± 8,77 A 25,85 ± 3,88 A 41,78 ± 4,22 B 5 41,40 ± 1,52 A 46,07 ± 1,99 B 66,80 ± 1,66 C 7 63,40 ± 2,08 C 41,71 ± 1,66 B 38,65 ± 1,22 A 14 46,53 ± 3,05 B 25,73 ± 2,61 A 27,62 ± 0,75 A 21 27,62 ± 0,91 B 15,38 ± 1,54 A 13,87 ± 3,14 A Keterangan : Huruf superscipt yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata P0,05. Jumlah sel limfosit pada kelompok salep ekstrak batang pohon pisang pada hari ke-3 hingga hari ke-7 berbeda nyata P0,05 dibandingkan kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. Jumlah limfosit kelompok salep ekstrak lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan kontrol positif karena pada hari ke-5 merupakan puncak sel limfosit teraktivasi dan membentuk limfokin untuk mengaktivasi makrofag. Tingginya jumlah limfosit pada kelompok ekstrak dan kelompok kontrol positif pada hari ke-3 dan hari ke-5 karena memasuki proses peradangan akut. Pada kedua kelompok ini proses peradangan akut lebih cepat berlangsung sehingga sel limfosit sebagai salah satu sel peradangan juga lebih cepat menginfiltrasi daerah luka. Semakin tinggi jumlah makrofag maka akan diimbangi oleh peningkatan sel limfosit. Korelasi dari perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Kehadiran sel limfosit pada proses persembuhan luka adalah untuk mengaktivasi makrofag dan memberikan nutrisi pada sel-sel lainnya. Limfosit-T yang berikatan dengan antigen akan teraktivasi dan membentuk limfokin. Selanjutnya limfokin ini akan mengaktivasi monosit menjadi makrofag di jaringan. Limfosit-T memberikan imunitas yang diperantarai oleh sel dan limfosit-B dalam pembentukan antibodi yang memberikan imunitas humoral Guyton dan Hall 1997. Di dalam darah, limfosit terbagi atas 3 tipe sel yaitu sel B, sel T dan sel non T, non B yang disebut sel null. Sel tipe B terdapat 47 10-12 dari keseluruhan limfosit. Sel T mempunyai jumlah yang lebih dominan yaitu 70-75 dari jumlah limfosit dan berperan dalam immunitas seluler Ganong 1997. Hasil pengujian statistik terhadap rataan jumlah limfosit untuk ketiga kelompok pada hari ke-7, menunjukkan perbedaan yang nyata P0,05. Jumlah sel limfosit pada kelompok salep ekstrak mulai mengalami penurunan setelah mencapai puncaknya pada hari ke-5 Gambar 13. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi luka yang mulai membaik setelah tertutup keropeng seluruhnya dan persembuhan jaringan sudah mulai terlihat sehingga hampir semua sel radang pada kelompok salep ekstrak menurun jumlahnya. Perbandingan rataan jumlah limfosit antara kelompok kontrol positif dengan salep ekstrak menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata P0,05 pada hari ke-7 hingga hari ke-21Tabel 5. Hal tersebut menunjukkan bahwa salep ekstrak mempercepat fase inflamasi pada proses persembuhan luka. Grafik pemeriksaan mikroskopis terhadap jumlah sel radang limfosit pada daerah luka disajikan pada Gambar 13. LIMFOSIT 10 20 30 40 50 60 70 80 3 5 7 14 21 Hari ke- J u m l a h L i m f o s i t Kontrol Negatif Salep Betadine Ekstrak Batang Pisang Gambar 13 Grafik jumlah sel limfosit pada ketiga kelompok perlakuan Gambar 13 menunjukkan pada hari ke-7 jumlah sel limfosit mengalami penurunan secara gradual untuk kelompok salep ekstrak dan kelompok kontrol positif, sedangkan pada kelompok kontrol negatif jumlah sel limfosit meningkat 48 mencapai puncaknya. Akibatnya jumlah limfosit lebih tinggi secara nyata P0,05 dibandingkan kelompok salep ekstrak dan kelompok kontrol positif Tabel 5. Fenomena ini dapat dikatakan sebagai respon imun lokal yang ditandai dengan masih adanya partikel asing. Lebih tingginya jumlah limfosit pada kelompok kontrol negatif dibandingkan kontrol positif dan kelompok salep ekstrak mengindikasikan bahwa masih banyak antigen yang ditemui pada kelompok kontrol negatif sehingga tubuh akan berespon dengan mengirim limfosit lebih banyak untuk membentuk limfokin. Jika di daerah luka terdapat banyak antigen, maka tubuh akan berespon dengan mengirimkan limfosit keluar untuk dapat menghasilkan antibodi Guyton dan Hall 1997. Gambar sel radang limfosit disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Gambar sel radang limfosit pada luka kelompok salep ekstrak pada hari ke-7 Pewarnaan HE, Bar 40µm

4.2.4 Neokapiler

Dokumen yang terkait

Studi Pemakaian Tepung Pisang Ambon (Musa acuminata AAA) sebagai Anti-aging Dalam Sediaan Masker

6 108 86

Aktivitas sediaan gel dari ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis Mill.) pada proses persembuhan luka mencit (Mus musculus albinus)

0 13 6

Kajian Aktivitas Fraksi Air Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus albinus)

0 5 70

Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus Albinus.)

0 10 88

Aktivitas dan uji stabilitas sediaan gel ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) dalam proses persembuhan luka pada mencit (mus musculus albinus)

8 74 65

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK BONGGOL PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebaga

3 11 17

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK BONGGOL PISANG Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pa

0 3 12

PENDAHULUAN Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus.

0 3 14

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus.

0 3 4

PENGARUH PERAWATAN LUKA DENGAN PEMBERIAN GETAH TUNAS PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum) TERHADAP KOLONI BAKTERI FASE INFLAMASI LUKA BAKAR GRADE II PADA MENCIT (mus musculus) STRAIN Balbc

0 0 16