Pengamatan Histopatologi HP Kriteria Skoring Jaringan Ikat Histopatologi

30

3.5.5 Pengamatan Histopatologi HP

Pengamatan histopatologi dilakukan pada sampel kulit yang telah diambil pada hari ke 3, 5, 7, 14, dan 21. Parameter yang diamati pada pemeriksaan histopatologi adalah jumlah sel-sel radang neutrofil makrofag,dan limfosit, jumlah neokapiler, persentase re-epitelisasi dengan preparat yang digunakan adalah preparat yang telah diwarnai dengan pewarnaan HE. Untuk mengamati ketebalan jaringan ikat fibroblas digunakan pewarnaan MT karena jaringan ikat yang berwarna biru akan terlihat kontras dengan jaringan lain sekitarnya. Pengamatan terhadap jumlah dan deferensiasi sel-sel radang serta jumlah neokapilerisasi menggunakan mikroskop Olympus BX51TF Japan, dengan pembesaran objektif 40X. Pemotretan dilakukan dengan video photo dalam 15 lapang pandang dimana luas tiap lapang pandang adalah 20450 µm 2 dengan tiga kali pengulangan. Pengukuran panjang luka menggunakan video mikrometer FDR-A IV-560 dengan pembesaran empat kali. Untuk melihat ketebalan dan luasan jaringan ikat digunakan preparat yang menggunakan pewarnaan Masson Trichome. Presentasi reepitelisasi dan luas jaringan ikat diukur menggunakan video mikrometer JVC Japan, dengan pembesaran empat kali. Persentase re-epitelisasi menurut Low et al 2001 menggunakan rumus, yaitu: Panjang luka dengan epitel baru Re-epitelisasi : x 100 Panjang luka keseluruhan Kepadatan jaringan ikat dilihat dari intensitas jaringan ikat fibroblas pada pewarnaan Masson Trichrome MT dan dilakukan skoring. 31

3.5.6 Kriteria Skoring Jaringan Ikat Histopatologi

Skoring dilakukan dengan acuan yang disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 Deskripsi skor jaringan ikat atau fibroblas Skor Keterangan 1 Jaringan ikat sedikit, jarang atau tidak kompak dan tersebar tidak merata. Luka masih dalam keadaan terbuka. 2 Jaringan ikat sedikit tetapi sudah mengumpul dibeberapa tempat. Luka terbuka atau tertutup. 3 Jaringan ikat sudah padat dan kompak. Luka sudah tertutup tetapi masih terdapat rongga. 4 Jaringan ikat padat dan kompak. Luka sudah menutup dan tidak terdapat rongga.

3.5 Analisis data

Dokumen yang terkait

Studi Pemakaian Tepung Pisang Ambon (Musa acuminata AAA) sebagai Anti-aging Dalam Sediaan Masker

6 108 86

Aktivitas sediaan gel dari ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis Mill.) pada proses persembuhan luka mencit (Mus musculus albinus)

0 13 6

Kajian Aktivitas Fraksi Air Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus albinus)

0 5 70

Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus Albinus.)

0 10 88

Aktivitas dan uji stabilitas sediaan gel ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) dalam proses persembuhan luka pada mencit (mus musculus albinus)

8 74 65

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK BONGGOL PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebaga

3 11 17

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOLIK BONGGOL PISANG Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pa

0 3 12

PENDAHULUAN Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus.

0 3 14

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus.

0 3 4

PENGARUH PERAWATAN LUKA DENGAN PEMBERIAN GETAH TUNAS PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum) TERHADAP KOLONI BAKTERI FASE INFLAMASI LUKA BAKAR GRADE II PADA MENCIT (mus musculus) STRAIN Balbc

0 0 16