commit to user 3
periode panen Pamungkas, 2000. Adanya senyawa gula yang terkandung dalam molase, maka diharapkan molase dapat menyediakan energi yang
dibutuhkan untuk metabolisme di dalam sel. Hal ini sesuai dengan penelitian Sumiati dan Herbagiandono cit. Putranti 2003 yang menambahkan gula pasir
5 yang ternyata sangat nyata dalam meningkatkan bobot segar jamur. Selain itu menurut penelitian Dewi 2009 pemberian blotong 0,04 kg yang sama-
sama merupakan limbah pabrik gula seperti halnya molase dapat meningkatkan produktivitas jamur tiram putih.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putranti 2003, pemberian molase dan dedak berpengaruh terhadap saat munculnya
miselium, panjang penyebaran miselium, saat munculnya badan buah dan jumlah badan buah. Penambahan molase 68 ccl dan 136 ccl mempunyai
pengaruh yang lebih baik dari pada penambahan molase 204 ccl pada keseluruhan media. Selain itu, hasil komunikasi pribadi pada beberapa petani
jamur yang telah menggunakan molase, mereka memperlakukan pada setiap 100 kg media ditambahkan molase sebanyak satu liter.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1. Media tanam apakah yang paling efektif untuk pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih ?
2. Berapakah konsentrasi molase yang paling efektif untuk pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih?
3. Bagaimana pengaruh interaksi antara macam media tanam dan pemberian molase terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendapatkan media tanam yang paling efektif untuk pertumbuhan dan
hasil jamur tiram putih.
commit to user 4
2. Mendapatkan konsentrasi molase yang paling efektif untuk pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih.
3. Mendapatkan kombinasi antara macam media tanam dan pemberian molase yang paling efektif untuk pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih.
commit to user 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi dan Taksonomi Jamur Tiram Putih Pleurotus ostreatus
Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur kayu. Biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak
tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk Cahyana et al., 1999. Klasifikasi jamur tiram putih menurut Becker 1968 adalah sebagai
berikut: Divisio
: Thallophyta Sub divisio : Fungi
Klasis : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Agaricaceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Jamur tiram dalam bahasa Yunani disebut Pleurotus, artinya “bentuk samping atau posisi menyamping antara tangkai dengan tudung”, sedangkan
sebutan nama “tiram”, karena bentuk atau tubuh buahnya menyerupai kulit tiram cangkang kerang. Di belahan Amerika dan Eropa, jamur ini lebih
populer dengan sebutan Oyster mushroom, mempunyai tangkai tudung tidak tepat di tengah seperti jamur lainnya Soenanto, 2000.
Jamur tiram Indonesia mempunyai banyak nama antara lain di Jepang dikenal dengan nama shimeji atau hiratake, di Eropa dengan nama abalone
mushroom, Amerika dikenal oyster mushroom dan di daerah Jawa Barat lebih dikenal dengan supa liat karena kalau sudah agak tua akan liat atau alot kalau
dimakan Suriawiria, 2000. Morfologi jamur tiram : tudung mempunyai diameter 4 – 15 cm atau
lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang- kadang berbentuk corong; permukaan licin, agak berminyak ketika lembab
tetapi tidak lengket; tepi menggulung ke dalam, pada jamur muda seringkali bergelombang. Daging tebal, berwarna putih, kokoh, tetapi lunak pada bagian
5
commit to user 6
yang berdekatan dengan tangkai, bau dan rasa tidak merangsang Gunawan, 2004.
Jamur tiram Pleurotus spp. merupakan salah satu dari jamur edibel komersial, bernilai ekonomi potensial dan prospektif sebagai sumber
pendapatan petani. Jamur tiram mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia sebagai protein nabati yang tidak mengandung kolesterol sehingga dapat
mencegah timbulnya penyakit darah tinggi, jantung serta untuk mengurangi berat badan dan diabetes Suriawiria, 2000 cit. Djuariah, 2007.
Hasil penelitian dan riset Badan Kesehatan Dunia WHO, jamur tiram memenuhi standar gizi sebagai makanan yang layak untuk dikonsumsi, enak
dimakan, tidak beracun, dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Jamur tiram sebagaimana jamur edible lainnya memiliki berbagai manfaat, di antaranya
sebagai bahan sayuran, bahan olahan dan berkhasiat sebagai obat yang dapat mencegah anemia, memperbaiki gangguan pencernaan dan membantu
mengatasi masalah kekurangan gizi Soenanto, 2000. Menurut Djarijah dan Djarijah 2001, jamur tiram memiliki sifat menetralkan racun dan zat-zat radio
aktif dalam tanah, sedangkan khasiat jamur tiram untuk kesehatan adalah menghentikan pendarahan dan mempercepat pengeringan luka pada permukaan
tubuh, mencegah penyakit kencing manis diabetes militus, penyempitan pembuluh darah menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas dan daya
tahan tubuh, serta mencegah penyakit tumor atau kanker, kelenjar gondok, influenza, sekaligus memperlancar buang air besar. Jamur tiram di antaranya
mengandung retene, yaitu substrat yang dapat menghambat pertumbuhan tumor Buswell dan Chang, 1993. Menurut Bano dan Rajaratnam 1989,
ekstrak jamur tiram putih mempunyai kemampuan membentuk interferon yang berfungsi sebagai antivirus atau mekanisme pertahanan terhadap virus dan
penyakit serta memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.
Jamur mengandung garam mineral lebih tinggi daripada yang terkandung pada daging sapi atau domba. Jumlah garam mineral yang terkandung dalam
jamur ini bahkan hampir dua kali jumlah garam mineral dalam sayuran lain.
commit to user 7
Jumlah protein yang terdapat pada jamur sebanyak dua kali lipat protein yang terdapat pada asparagus, kol dan kentang Genders, 1986.
Menurut Soenanto 2000, kandungan gizi jamur tiram dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Kandungan Gizi Jamur Tiram Segar Per 100 Gram Kandungan
Gram Protein
Serat Lemak
Abu Karbohidrat
Kalori Kalsium
Zat Besi Fosfor
Vitamin B1 Vitamin B2
Vitamin C Niacin
13.8 3.5
1.41 3.6
61.7 0.41
32.9
4.1 0.31
0.12 0.64
5 7.8
Sumber : FAO 1992 Jamur tiram termasuk tanaman heterotropik yang hidupnya tergantung
pada lingkungan tempat ia hidup. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah air, keasaman pH, substrat,
kelembaban, suhu
udara, dan
ketersediaan sumber
nutrisi Djarijah dan Djarijah, 2001.
Jamur fungi adalah sekelompok besar jasad hidup yang termasuk ke dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang tidak berklorofil Suriawiria, 1986.
Karena itu menurut Nurman dan Kahar 1992, jamur tidak dapat mengadakan fotosintesis dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya jamur senantiasa hidup
saprofit bersifat heterotrof saprofitis artinya hidup dari jasad makhluk lain yang sudah mati.
Kehidupan jamur berawal dari spora basidiospora yang kemudian akan berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa ini akan
tumbuh ke seluruh bagian media tumbuh. Kemudian dari kumpulan hifa atau miselium akan terbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang yang
menandakan bahwa tubuh buah mulai terbentuk. Simpul tersebut berbentuk
commit to user 8
bundar atau lonjong dan dikenal dengan stadia kepala jarum pinhead atau primordia. Simpul ini akan membesar dan disebut stadia kancing kecil small
button. Selanjutnya stadia kancing kecil akan terus membesar mencapai stadia kancing button dan stadia telur egg. Pada stadia ini tangkai dan tudung yang
tadinya tertutup selubung universal mulai membesar. Selubung tercabik, kemudian diikuti stadia perpanjangan elongation. Cawan volva pada stadia
ini terpisah dengan tudung pileus karena perpanjangan tangkai stalk. Stadia terakhir adalah stadia dewasa tubuh buah Sinaga, 2000.
Syarat pertumbuhan, secara alami, jamur tiram ditemukan di hutan di bawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu. Jamur tiram tidak
memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya
matahari berlimpah, kelembaban ruangan optimal 80 – 90 yang harus dipertahankan dengan menyemprotkan air secara teratur, suhu udara untuk
pertumbuhan miselium adalah 25 – 30
o
C dan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah 18 – 20
o
C. Miselium jamur tumbuh optimal dalam keadaan gelap dan kondisi asam pH 5,5 – 6,5. Tetapi, kondisi lingkungan atau substrat tempat
tumbuh yang terlalu asam pH rendah atau pH terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan miselium. Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak tumbuh optimal
pada lingkungan yang agak terang dan kondisi keasaman agak netral pH 6,8 – 7,0 Djarijah dan Djarijah, 2001.
Adapun karakteristik pertumbuhan jamur tiram pada baglog serbuk gergaji yaitu dalam jangka waktu antara 40-60 hari seluruh permukaan baglog
sudah rata ditumbuhi oleh miselium berwarna putih. Satu sampai dua minggu setelah baglog dibuka biasanya akan tumbuh tunas dalam 2-3 hari akan
menjadi badan buah yang sempurna untuk dipanen. Pertumbuhan badan buah pada waktu panen telah menunjukkan lebar tudung antara 5-10 cm. Produksi
jamur dilakukan dengan memanen badan buah sebanyak 4-5 kali panen dengan rerata 100 g jamur setiap panen. Jarak selang waktu antara masing-masing
panen adalah 1-2 minggu Parlindungan, 2003.
commit to user 9
B. Bahan Media Tanam Jamur Tiram Putih