Panen III – IV Panen IV – V

commit to user 46 mlbaglog; perlakuan media glugu dengan penambahan molase 5 ml dan 15 mlbaglog; perlakuan media akasia dengan penambahan molase 15 ml dan 20 mlbaglog yaitu dengan rata-rata masing-masing 10 hari. Pada perlakuan media sengon yang mempunyai tekstur lebih lunak mempunyai interval panen yang hampir sama dengan panen pada sebagian media glugu dan akasia yang mempunyai tekstur yang lebih keras. Hal ini disebabkan karena jamur yang tumbuh pada masing-masing baglog berbeda kondisi fisiknya. Ada yang mampu menyerap nutrisi yang tersedia pada media dengan baik adapula yang kurang bisa menyerap nutrisi dengan baik sehingga pertumbuhan antara satu dan yang lain tidak sama. Selain itu proses-proses pertumbuhan sebelumnya juga mempengaruhi interval panen, yaitu misalnya penyebaran miselium yang terganggu, kemunculan pin head yang lambat dan lain sebagainya.

3. Panen III – IV

Hasil analisis ragam terhadap interval panen III – IV lampiran 1.q menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan macam media dan pemberian molase. Perlakuan macam media memberikan pengaruh yang sangat nyata, dan pemberian molase tidak berpengaruh nyata terhadap interval panen III – IV. Tabel 28. Pengaruh Macam Media Terhadap Interval Panen III – IV hari Macam Media Rata-rata Sengon 6 a Glugu 9 b Akasia 10 b Ket : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5 Berdasarkan tabel 28 dapat diketahui bahwa perlakuan yang memberikan pengaruh paling cepat dalam merangsang interval panen III – IV adalah perlakuan dengan media sengon yaitu dengan rata-rata 6 hari. Hal ini dikarenakan tekstur kayu sengon yang lunak sehingga mudah lapuk dan menjadikan nutrisi yang terkandung di dalamnya pun mudah terserap dengan baik. Oleh karena itu maka pertumbuhan jamur pun menjadi commit to user 47 maksimal dan interval panen menjadi singkat. Sedangkan perlakuan yang memberikan pengaruh paling lama dalam merangsang interval panen III – IV adalah perlakuan dengan media glugu dan akasia yaitu dengan rata-rata 9 hari dan 10 hari. Hal ini dikarenakan pada baglog media glugu dan akasia mempunyai tekstur kayu yang lebih keras sehingga menghambat jamur untuk menyerap nutrisi yang dibutuhkan dan menjadikan pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih terhambat.

4. Panen IV – V

Hasil analisis ragam terhadap interval panen IV – V lampiran 1.r menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan macam media dan pemberian molase. Perlakuan macam media memberikan pengaruh yang sangat nyata, dan pemberian molase tidak berpengaruh nyata terhadap interval panen IV – V. Tabel 29. Pengaruh Macam Media Terhadap Interval Panen IV – V hari Macam Media Rata-rata Sengon 6 a Glugu 9 b Akasia 9 b Ket : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5 Berdasarkan tabel 29 dapat diketahui bahwa perlakuan yang memberikan pengaruh paling cepat dalam merangsang interval panen IV – V adalah perlakuan dengan media sengon yaitu dengan rata-rata 6 hari. Hal ini dikarenakan tekstur kayu sengon yang lunak sehingga nutrisi yang terkandung di dalamnya mudah terserap dan menjadikan proses pertumbuhan jamur baik dan interval panen pun pendek. Sedangkan perlakuan yang memberikan pengaruh paling lama dalam merangsang interval panen IV – V adalah perlakuan dengan media akasia dan glugu yaitu dengan rata-rata 9 hari. Hal ini dikarenakan pada baglog media akasia maupun glugu mempunyai tekstur kayu yang lebih keras daripada sengon dan mengandung zat allelopathy sehingga menghambat jamur untuk commit to user 48 menyerap nutrisi yang dibutuhkan dan menjadikan pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih lambat.

5. Total Interval Panen

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu Dan Pemberian Pupuk NPK

5 81 121

PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS TEH PADA MEDIA TANAM TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

7 46 28

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Dengan Penambahan Limbah Batang Dan Tongkol Jagung.

0 3 14

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Dengan Penambahan Limbah Pertanian Jerami Padi Dan Batang Jagung.

0 1 15

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Tambahan Molase Dengan Dosis Yang Berbeda.

0 4 15

PENDAHULUAN Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Tambahan Molase Dengan Dosis Yang Berbeda.

0 2 4

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Tambahan Molase Dengan Dosis Yang Berbeda.

0 3 15

PENGARUH PENAMBAHAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PENGARUH PENAMBAHAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus PADA MEDIA SERBUK KAYU.

0 1 14

Pengaruh penambahan jerami padi pada media tanam terhadap produktivitas jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).

0 8 142

Pengaruh Penambahan Molase pada Media Tanam terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 83