Panen I – II Interval Panen

commit to user 43 yang terkandung dalam molase meskipun dalam jumlah sedikit ternyata mampu meningkatkan berat tubuh buah jamur. Hal ini sesuai dengan penelitian Sumiati dan Herbagiandono cit. Putranti 2003 yang menambahkan gula pasir 5 yang ternyata sangat nyata dalam meningkatkan bobot segar jamur. Berat tubuh buah jamur pada keseluruhan panen di setiap perlakuan media sengon rata-rata menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan media glugu dan akasia. Hal ini disebabkan karena kayu sengon mempunyai serat yang kasar, mudah lapuk, dan mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi sehingga baik untuk digunakan sebagai media tanam jamur tiram Suriawiria, 2000. Pada umumnya, jamur tiram tumbuh pada kayu atau serbuk kayu bertajuk rimbun, berumur lebih dari 10 tahun, dan bukan jenis kayu yang mengandung minyak Djarijah dan Djarijah, 2001. Meskipun demikian, ternyata hasil penelitian membuktikan bahwa serbuk kayu yang paling baik dalam memberikan hasil jamur tiram adalah kayu sengon. Pada perlakuan penambahan molase dari panen I sampai panen ke V menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil jumlah tubuh buah jamur pada perlakuan tanpa penambahan molase. Hal ini membuktikan bahwa adanya penambahan molase mampu meningkatkan jumlah tubuh buah jamur sesuai dengan pernyataan Pamungkas 2000, meskipun hanya mengandung gula dalam jumlah sedikit, molase dapat meningkatkan berat segar jamur dan masa periode panen.

E. Interval Panen

1. Panen I – II

Hasil analisis ragam terhadap interval panen I – II lampiran 1.o menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan macam media dan pemberian molase. Perlakuan macam media memberikan pengaruh yang sangat nyata, dan pemberian molase memberikan pengaruh yang nyata terhadap interval panen I – II. commit to user 44 Tabel 25. Pengaruh Macam Media Terhadap Interval Panen I – II hari Macam Media Rata-rata Sengon 8 a Glugu 10 b Akasia 12 c Ket : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5 Berdasarkan tabel 25 dapat diketahui bahwa perlakuan yang memberikan pengaruh paling cepat dalam merangsang interval panen I – II adalah perlakuan dengan media sengon yaitu dengan rata-rata 8 hari. Sedangkan perlakuan yang memberikan pengaruh paling lama dalam merangsang interval panen I – II adalah perlakuan dengan media akasia yaitu dengan rata-rata 12 hari. Hal ini dikarenakan tekstur kayu sengon yang lunak sehingga kayu mudah lapuk dan nutrisi pun mudah untuk diserap jamur. Selain itu kayu sengon mempunyai kandungan nutrisi yang lebih tinggi serat, lignin, selulose, dan hemiselulose Parlindungan, 2000. Tabel 26. Pengaruh Pemberian Molase Terhadap Interval Panen I – II hari Konsentrasi Molase Rata-rata 0 ml 11 b 5 ml 10 ab 10 ml 9 a 15 ml 9 a 20 ml 10 ab Ket : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5 Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa perlakuan yang memberikan pengaruh paling cepat dalam merangsang interval panen I – II adalah perlakuan dengan penambahan molase 10 mlbaglog serta 15 mlbaglog yaitu rata-rata 9 hari, dan ini tidak berbeda nyata dengan penambahan molase 5 ml dan 20 mlbaglog yaitu rata-rata 10 hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pamungkas 2000, meskipun hanya mengandung gula dalam jumlah sedikit, molase dapat meningkatkan berat segar jamur dan masa periode panen. commit to user 45 Sedangkan perlakuan yang memberikan pengaruh paling lama dalam merangsang interval panen I – II adalah perlakuan dengan tanpa penambahan molase yaitu rata-rata 11 hari. Hal ini disebabkan adanya kekurangan nutrisi pada media tumbuh jamur sehingga kebutuhan nutrisi jamur tiram dan menjadikan pertumbuhan berlangsung lambat. 2. Panen II – III Hasil analisis ragam terhadap interval panen II – III lampiran 1.p menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan macam media dan pemberian molase. Perlakuan macam media memberikan pengaruh yang nyata, dan pemberian molase memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap interval panen II – III. Tabel 27. Pengaruh Pemberian Molase Terhadap Interval Panen II – III hari Macam Media Konsentrasi Molase 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml Sengon 10 d 9 cd 9 cd 10 d 10 d Glugu 5 a 10 d 8 bcd 10 d 8 bcd Akasia 7 abc 6 ab 8 bcd 10 d 10 d Ket : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5 Berdasarkan tabel 27 dapat diketahui bahwa perlakuan yang memberikan pengaruh paling cepat dalam merangsang interval panen II – III adalah perlakuan media glugu dengan tanpa penambahan molase yaitu rata-rata 5 hari dan ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi akasia dengan penambahan molase 5 mlbaglog dan tanpa penambahan molase yaitu rata-rata masing-masing 6 hari dan 7 hari. Hal ini disebabkan karena jamur pada media glugu maupun akasia dengan tanpa penambahan molase mampu menyerap dan memanfaatkan nutrisi yang tersedia dengan baik. Meskipun nutrisi yang tersedia sedikit dan belum sepenuhnya terserap pada pertumbuhan jamur sebelumnya maka pada kali ini mampu diserap dan dimanfaatkan dengan baik sehingga menghasilkan pertumbuhan jamur yang cepat. Sedangkan perlakuan yang memberikan pengaruh paling lama dalam merangsang interval panen II – III adalah perlakuan media sengon dengan penambahan molase 0 ml, 15 ml dan 20 commit to user 46 mlbaglog; perlakuan media glugu dengan penambahan molase 5 ml dan 15 mlbaglog; perlakuan media akasia dengan penambahan molase 15 ml dan 20 mlbaglog yaitu dengan rata-rata masing-masing 10 hari. Pada perlakuan media sengon yang mempunyai tekstur lebih lunak mempunyai interval panen yang hampir sama dengan panen pada sebagian media glugu dan akasia yang mempunyai tekstur yang lebih keras. Hal ini disebabkan karena jamur yang tumbuh pada masing-masing baglog berbeda kondisi fisiknya. Ada yang mampu menyerap nutrisi yang tersedia pada media dengan baik adapula yang kurang bisa menyerap nutrisi dengan baik sehingga pertumbuhan antara satu dan yang lain tidak sama. Selain itu proses-proses pertumbuhan sebelumnya juga mempengaruhi interval panen, yaitu misalnya penyebaran miselium yang terganggu, kemunculan pin head yang lambat dan lain sebagainya.

3. Panen III – IV

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu Dan Pemberian Pupuk NPK

5 81 121

PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS TEH PADA MEDIA TANAM TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

7 46 28

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Dengan Penambahan Limbah Batang Dan Tongkol Jagung.

0 3 14

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Dengan Penambahan Limbah Pertanian Jerami Padi Dan Batang Jagung.

0 1 15

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Tambahan Molase Dengan Dosis Yang Berbeda.

0 4 15

PENDAHULUAN Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Tambahan Molase Dengan Dosis Yang Berbeda.

0 2 4

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Tambahan Molase Dengan Dosis Yang Berbeda.

0 3 15

PENGARUH PENAMBAHAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PENGARUH PENAMBAHAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus PADA MEDIA SERBUK KAYU.

0 1 14

Pengaruh penambahan jerami padi pada media tanam terhadap produktivitas jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).

0 8 142

Pengaruh Penambahan Molase pada Media Tanam terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 83