commit to user 19
jamur panen III V, dan interval panen II – III, serta memberikan pengaruh sangat nyata pada lama penyebaran miselium, saat munculnya pin head, jumlah
tubuh buah jamur panen I III, jumlah total tubuh buah jamur, berat segar jamur panen I, berat segar total jamur, interval panen I – II, panen III – IV, panen IV –
V, dan total interval panen. Sedangkan perlakuan pemberian molase menunjukkan pengaruh nyata pada variabel penelitian saat munculnya pin head, jumlah tubuh
buah jamur panen I, dan interval panen I – II, serta memberikan pengaruh sangat nyata pada variabel penelitian jumlah tubuh buah jamur panen II – V, jumlah total
tubuh buah jamur, berat segar jamur panen I – V, berat segar total jamur, serta interval panen II – III.
A. Lama Penyebaran Miselium
Lama penyebaran miselium diamati sejak munculnya miselium sampai penyebaran miselium tumbuh memenuhi permukaan baglog. Lama penyebaran
miselium merupakan salah satu indikator keberhasilan inokulasi. Bila baglog tidak ditumbuhi miselium maka pelaksanaan inukolasi benih jamur pada
baglog tersebut dinyatakan gagal. Lama penyebaran miselium dipengaruhi oleh suhu, kelembaban tempat
inkubasi, dan kualitas benih jamur yang digunakan. Guna menunjang pertumbuhan miselium pada jamur tiram, idealnya ruang inkubasi memiliki
suhu 24 – 29
o
C dan kelembaban 90-100 Ipuk dan Saparinto, 2010. Selain itu tingkat kepadatan masing-masing baglog juga mempengaruhi pada
penyebaran miselium. Karena apabila baglog terlalu padat maka miselium juga akan sulit untuk menyebar ke seluruh permukaan baglog. Oleh karena itu
dalam pengisian baglog supaya diusahakan untuk tidak terlalu padat atau pun terlalu renggang akan tetapi yang sedang-sedang saja.
Hasil analisis ragam terhadap lama penyebaran miselium lampiran 1.a menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan macam media dan
pemberian molase. Perlakuan macam media memberikan pengaruh yang sangat nyata, sedangkan pemberian molase tidak berpengaruh nyata terhadap lama
penyebaran miselium.
commit to user 20
Tabel 3. Pengaruh Macam Media dan Pemberian Molase Terhadap Lama Penyebaran Miselium
Macam Media Konsentrasi Molase
0 ml 5 ml
10 ml 15 ml
20 ml Sengon
36
cd
31
ab
36
cd
30
a
37
cd
Glugu 35
bc
38
cde
35
bc
38
cde
34
abc
Akasia 42
e
40
de
40
de
38
cde
40
de
Ket : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji Duncan taraf 5
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa perlakuan yang memberikan pengaruh paling cepat dalam merangsang penyebaran miselium adalah
kombinasi perlakuan media sengon dengan penambahan molase 15 mlbaglog yaitu dengan rata-rata 30 hari setelah inokulasi, dan ini tidak berbeda nyata
dengan perlakuan kombinasi serbuk sengon dengan penambahan molase 5 mlbaglog rata-rata 31 hari setelah inokulasi serta perlakuan serbuk glugu
dengan penambahan molase 20 mlbaglog rata-rata 34 hari setelah inokulasi. Sedangkan perlakuan yang memberikan pengaruh paling lama dalam
merangsang penyebaran miselium adalah kombinasi perlakuan media akasia dengan tanpa penambahan molase yaitu rata-rata 42 hari setelah inokulasi, dan
ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi serbuk akasia dengan penambahan molase pada berbagai konsentrasi serta kombinasi serbuk glugu
dengan penambahan molase 5 ml dan 15 mlbaglog. Hal ini dikarenakan selain mempunyai tekstur yang keras, akasia ternyata mempunyai kandungan
allelopathy yang menghambat pertumbuhan jamur tiram. Zat-zat penghambat tumbuh yang paling umum adalah senyawa-senyawa aromatic seperti fenol dan
laktan, alkaloid tertentu, asam organik, asam lemak dan lain sebagainya T. Robinson, 1991.
Pada perlakuan penambahan molase dalam media sengon berbeda nyata dengan perlakuan penambahan molase pada media glugu dan akasia, meskipun
molase telah membantu merangsang pertumbuhan miselium. Hal tersebut disebabkan karena media dari serbuk kayu sengon lebih banyak mengandung
nutrisi daripada kayu akasia dan glugu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria 2000 pemilihan kayu sengon Albasia falcata sebagai media
commit to user 21
tanam jamur tiram putih karena kayu tersebut mempunyai serat yang kasar, mudah lapuk, dan mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi sehingga baik
untuk pertumbuhan jamur tiram putih. Perlakuan penambahan molase berbeda nyata dengan perlakuan dengan
tanpa penambahan molase. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi 2009 pemberian blotong 0,04 kg yang sama-sama merupakan limbah pabrik gula
seperti halnya molase dapat meningkatkan produktivitas jamur tiram putih. Dengan demikian maka nutrisi yang terdapat pada molase juga mampu
membantu proses pertumbuhan jamur tiram putih dan meningkatkan produktivitasnya.
B. Saat Munculnya Pin head