Proses Hirarki Analitis AHP

2.7. Proses Hirarki Analitis AHP

Proses Hirarki Analisis merupakan salah satu metoda pengambilan keputusan Analytical Hierarchy Process AHP pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Proses hirarki analisis pada dasarnya dirancang untuk menangkap secara rasional presepsi orang yang berhubungan erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai alternatif. Analisis ini diterapkan untuk memecahkan masalah yang terukur kuantitatif maupun masalah yang memerlukan pendapat judgement, atau pada situasi yang kompleks atau tidak berkerangka, pada situasi data atau informasi statistik sangat minim atau pada masa yang hanya bersifat kualitatif yang didasarkan oleh persepsi, pengalaman dan intuisi Saaty, 1988. Model AHP merupakan salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang komprehensif dan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kuantitatif dan kualitatif sekaligus. Model AHP memakai persepsi manusia yang dianggap “expert” sebagai input utamanya. Suatu masalah yang tidak terstuktur dipecahkan kedalam kelompok- kelompok yang kemudian diatur menjadi hirarki. Dalam penerapanya suatu tujuan yang bersifat umum dijabarkan kedalam sub-sub tujuan, dilakukan dalam beberapa tahap sehingga diperoleh tujuan operasional. Proses hirarki analitis dikembangkan untuk memecahkan masalah kompleks dengan struktur masalah yang belum jelas, ketidak pastian persepsi pengambilan keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat. Proses hirarki analitis mempunyai kemampuan untuk Universitas Sumatera Utara memecahkan masalah yang meliputi objektif dan multi criteria, berdasarkan perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. AHP umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif pilihan yang ada yang bersifat kompleks atau multi kriteria. Dengan menggunakan AHP, pada umumnya prioritas yang dihasilkan akan bersifat konsisten dengan teori, logis, transparan dan partisipatif Bourgeois, 2005. Menurut Susila dan Munadi 2007, AHP akan sangat cocok digunakan untuk penyusunan prioritas kebijakan publik yang menuntut transparansi dan partisipasi AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan system. Pada penyelesaian persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain : 1. Dekomposisi, setelah mendefenisikan permasalahan atau persualan yang akan dipecahkan, maka dekomposisi, yaitu: memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika menginginkan hasil yang akurat, maka dilakukan pemecahan unsur-unsur tersebut sampai tidak dapat dipecahkan lagi, sehinga didapatkan beberapa tingkatan persoalan. 2. Comparative Judgement, yaitu membuat penilaian tentang kepentingan relatife diantara dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitanya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen yang disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison. Universitas Sumatera Utara 3. Synthesis of priority, yaitu melakukan sintesis prioritas dari setiap matriks pairwise comparison terhadap setiap tingkat, oleh karena itu untuk melakukan prioritas global harus dilakukan sintesis diantara prioritas local. 4. Logical Consistency, yang dapat memiliki dua makna, yaitu : a objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansinya, b tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Dalam Penentuan skala prioritas, pemilihan alternatif kebijakan Pengelolaan DAS yang digunakan adalah AHP dengan berbagai pertimbangan antara lain : fleksibel, sederhana, praktis dan mampu dipergunakan dalam menganalisis suatu masalah yang memiliki kriteria atau atribut yang kompleks. Lebih jauh aplikasi AHP telah terbukti berhasil dalam penyusunan rencana penggunaan lahan land use planning dan perencanaan kehutanan di Finlandia dan Kenya De vreese et al.,2001, sehingga diharapkan aplikasi AHP dalam Pengelolaan DAS akan mempunyai tingkat keberhasilan yang memadai. Menurut Saaty 2000, AHP merupakan sebuah pendekatan pengambilan keputusan yang dirancang dan didesain untuk membantu menyelesaikan permasalahan dengan kriteria yang sangat kompleks yang diproritaskan pada kriteriya yang paling dominan. Dalam pelaksanaannya pengambilan keputusan harus dapat menentukan faktor yang mempunyai pengaruh tertinggi terhadap masalah yang akan diambil solusinya. Kemudian dengan menggunakan AHP dihasilkan alternatif keputusan terbaik yang berdasarkan pada skala prioritas ranking atau pembobotan. Menggunakan metode AHP dalam sistem pendukung pengambilan keputusan mempunyai keungulan dan keterbatasan de Vreese et al.,2001 sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Keunggulan: a. Proses hirarki analitis mempunyai kemampuan untuk mendekomposisikan sebuah masalah pengambilan keputusan yang kompleks menjadi beberapa komponen sehingga lebih sederhana dan transparan. b. Dapat menilai beberapa alternatif yang tersedia dalam satu kali proses. c. Data kuantitatif dapat ditransfer dan diolah seperti halnya pengolahan data kuantitatif. d. Proses komputasi sistem AHP mudah dioperasikan dengan hasil yang efektif. e. Dapat diintegrasikan dengan sistem pendukung pengambilan keputusan yang sudah ada. f. Proses hirarki analitis lebih trasparan, fair, terstruktur, dan terdokumentasi sehingga hasilnya lebih mudah di validasi dan disempurnakan berdasarkan masukan perkembangan teknologi terbaru. 2. Keterbatasan a. Efisiensi dan keberhasilan AHP tergantung pada: kemampuan dalam mendekomposisikan masalah kedalam struktur dan hirarki keputusan, dan kemampuan dalam menterjemahkan ekspresi verbal atau kualitatif dan criteria kuantitatif ke dalam AHP. b. Pilihan keputusan yang dapat direkomendasikan, menurut Saaty 1988 maksimal sepuluh dalam satu proses, sehinga diperlukan kemampuan untuk sortasi atau seleksi pilihan yang ditawarkan. Universitas Sumatera Utara c. Diperlukan kemampuan dan pengalaman dalam menetapkan skala perbandingan untuk mengubah bentuk verbal menjadi bentuk angka. d. Kemungkinan munculnya ketidakpastian dalam proses pembandingan kriteria. e. Keterbatasan data, waktu dan sumberdaya manusia dalam membangun proses AHP.

2.8. Kelembagaan Pengelolaan DAS DTA Danau Toba