Kegiatan dasar wilayah Analisis Pusat Pertumbuhan Wilayah Analisis Kebijakan Kelembagaan Pengelolaan DAS

Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani dari sejumlah sampel petani dapat disederhanakan secara singkat sebagai berikut: Penghasilan dari usaha tani = Rp. A Biaya produksi usaha tani = Rp. B 1 Pendapatan usaha tanitahun = Rp. A-B 2 Penghasilan sampingan = Rp. A 1 3 Penghasilan dari temak = Rp. A 2 4 Penghasilan dari lain-lain = Rp. A 3 Pendapatan di luar usaha tanitahun = Rp. A 1 +A 2 +A 3 Pendapatan petanitahun = Rp. A-B + Rp.A 1 +A 2 +A 3 Pendapatan petani per kapitatahun = a kelu anggota jumlah A A A B A Rp arg 3 2 1 .     Tingkat pendapatan petani dipergunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan pciani. Dengan demikian dapat dijadikan pedomandasar dalam pemberian bantuan kepada petani setempat, apakah diberikan dalam bentuk bantuan penuh, subsidi atau cukup dengan pemberian kredit.

3.11. Kegiatan dasar wilayah

Indeks ini digunakan untuk menentukan sektor ekonomi yang paling berpengaruh terhadap penduduk di wilayah tertentu. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut . LQ 1 = R R M M 1 2 1 Universitas Sumatera Utara Dimana : LQ 1 = koefisien lokasi M 1 = jumlah tenaga kerja yang tcrlibat di dalam sektor i pada satu wilayah pengamatan M = jumlah tenaga kerja yang ada di satu wilayah pengamatan tersebut. Rj = jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam sektor i pada seluruh wilayah pengamatan R = jumlah tenaga kerja yang ada di seluruh wilayah pengamatan LQ 1 dapat bernilai 1 atau 1. Misalnya, jika nilai LQ untuk sektor pertanian temyata 1, ini berarti sektor pertanian sangat penting dan masyarakat sangat tergantung pada sektor tersebut. Dengan mengetahut kegiatan dasar ketergantungan penduduk kepada sektor tertentu maka dapat direncanakan perlakuan-perlakuan yang diperlukan.

3.12. Analisis Pusat Pertumbuhan Wilayah

Analisa pusat pertumbuhan wilayah dapat memberikan gambaran dan informasi perkembangan wilayah yang lain dalam satu kesatuan wilayah administratif. Parameter yang digunakan pada analisa ini adalah fungsi pelayanan di wilayah yang diamati seperti : 1. Prasarana ekonomi bank, pasar, dll 2. Prasarana komunikasi 3. Pendidikan 4. Kesehatan Universitas Sumatera Utara

3.13. Analisis Kebijakan Kelembagaan Pengelolaan DAS

Analisis kelembagaan dilakukan terhadap organisasi baik formal maupun non formal, tugas pokok dan fungsi organisasi tersebut serta perundang-undangan baik tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten yang terkait dengan lokasi penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif. Dalam analisis ini digunakan metoda AHP Analythical Hierarchy Process, penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarki terdapat tujuan utama, kriteria- kriteria, sub kriteria dan alternatif-alternatif yang akan dibahas. Perbandingan berpasangan dipergunakan untuk membentuk hubungan di dalam struktur. Hasil dari perbandingan ini akan membentuk matrik dimana skala rasio diturunkan dalam bentuk eigen vektor utama atau fungsi eigen. Sementara itu langkah-langkah yang dilakukan dalam metode AHP adalah: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi masalah Terkait dengan pengembangan prioritas pemanfaatan lahan dalam mendefinisikan suatu masalah dan menentukan solusi masalah tersebut adalah dengan suatu proses identifikasi terhadap pemanfaatan lahan yang ada dan optimal. Pada tahapan tersebut dapat diketahui deviasi dari kedua faktor tersebut dengan discussion approach. 2. Membuat struktur hierarki, terutama dalam perencanaan kedepan dan kebelakang. 3. Pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat diatasnya, perbandingan berdasarkan judgement dari para pengambil keputusan, dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan elemen lainnya. Untuk mengkualifikasikan data kualitatif pada materi wawancara digunakan nilai skala komparasi 1 sampai 9. Dalam penyusunan skala kepentingan ini berdasarkan Saaty 1991 seperti pada Tabel 7. 4. Melakukan perbandingan berpasangan. Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi A1, A2, A3 dinyatakan sebagai vektor W, dengan W = w1, w2, w3, maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi A1 dibandingkan dengan A2 dapat dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen A1 terhadap A2, yakni w1w2 = a12. Tabel 7. Skala Angka Saaty Intensitas Pentingnya Definisi Keterangan 1 Sama penting Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama kepada tujuan 3 Perbedaan penting yang lemah antara yang satu terhadap yang lain Pengalaman dan selera sedikit menyebabkan yang satu lebih disukai daripada yang lain 5 Sifat lebih pentingnya kuat Pengalaman dan selera sangat menyebabkan penilaian yang satu lebih dari yang lain, yang satu lebih disukai dari yang lain. 7 Menunjukkan sifat sangat penting Aktivitas yang satu sangat disukai dibandingkan dengan yang lain, dominasinya tampak dalam kenyataan 9 Ekstrim penting Bukti bahwa antara yang satu lebih disukai daripada yang lain menunjukkan kepastian tingkat tertinggi yang dapat dicapai. 2, 4, 6, 8 Nilai tengah diantara dua penilaian Diperlukan kesepakatan kompromi Resiprokal Jika aktivitas i, dibandingkan dengan j, mendapat nilai bukan nol, maka j jika dibandingkan dengan i, mempunyai nilai kebalikannya Asumsi yang masuk akal Rasional Rasio yang timbul dari skala Jika konsistensi perlu dipaksakan dengan mendapatkan sebanyak n nilai angka untuk melengkapi matriks Universitas Sumatera Utara Nilai wiwj dengan i,j = 1,2,3 … n didapat dari para pakar di bidang pengelolaan DAS ada 10 orang yang dimintai memberikan penilaian. Bila matriks ini dikalikan dengan vektor kolom W w1,w2,w3 .. wn maka diperoleh hubungan; AW = nW ……………………………………………. 1 Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka dapat diselesaikan melalui persamaan berikut; [ A – n I ] W = 0 ….……………………………………... 2 dimana I = matriks identitas 5. Menghitung akar ciri, vektor ciri dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi atau dikoreksi. 6. Perhitungan Indeks Konsistensi CI yang menyatakan penyimpangan konsistensi dan menyatakan ukuran tentang konsisten tidaknya suatu penilaian atau pembobotan perbandingan berpasangan, dihitung dengan menggunakan rumus; CI = 1 max   n n  Keterangan:  maxs = akar ciri maksimum n = ukuran matriks Cara yang paling umum dipakai oleh banyak pembuat model Proses Hirarki Analitik adalah menghitung rata-rata penilaian dari semua responden. Ada dua metode rata - rata yang dapat dipakai. Pertama adalah nilai hitung rata - rata dan yang kedua adalah nilai ukur rata-rata Permadi, 1992. Karena penilaian gabungan ini Universitas Sumatera Utara dilakukan untuk setiap sel adalah matriks pembandingan, maka akan didapatkan matriks pembandingan berpasangan baru yang merupakan matriks pembandingan berpasangan gabungan dari jawaban semua responden. Secara statistik, metode rata – rata yang lebih cocok untuk deret bilangan yang sifatnya rasio atau pembandingan seperti skala dalam model PHA adalah nilai ukur rata - rata Geomean yang menyatakan akar pangkat n dari hasil perkalian bilangan sebanyak n. Kelebihan metode nilai ukur rata – rata ini selain cocok untuk bilangan rasio atau pembandingan, juga mampu mengurangi gangguan yang ditimbulkan salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil. Rumus dari nilai ukur rata – rata adalah sebagai berikut : Permadi,1992 w n n a xa x a x a  ........ 2 1 Dengan a w = Penilaian gabungan penilaian akhir a i = Penilaian responden ke-1 dalam skala 19 sampai dengan 9 n = Banyaknya responden. Setelah didapat a w untuk setap sel, dibentuk sebuah matriks pembandingan berpasangan gabungan baru kemudian dicari bobot atau prioritas setiap elemen. Proses tersebut digunakan untuk menyusun kegiatan perencanaan kedepan dan balik, berikut dijelaskan jenis perencanaan yang dimaksud: a. Perencanaan Kedepan forward planning Dalam upaya menganalisa kebijakan pengelolaan lahan dengan AHP diperlukan suatu hierarki yang akan membantu melihat persoalan yang ada. Hierarki proses Universitas Sumatera Utara kedepan yang dapat disusun dalam suatu sistem yang kompleks dengan memecah menjadi elemen-elemen pokoknya secara hierarkis. Dalam persoalan pengelolaan lahan. hierarki yang dibutuhkan adalah hierarki fungsional yang akan membawa sistem ke arah pemecahan masalah dan tujuan yang diinginkan. Elemen-elemen pokok yang dapat digunakan dalam persoalan ini menurut hubungan esensialnya adalah : Level 1 adalah Fokus, Level 2 adalah Kelompok Aktor atau pihak yang terkait, Level 3 adalah Sasaran Kelompok dan Level 4 adalah Skenario. Berikut penjelasan masing-masing elemen dari tingkatan atau hierarki proses kedepan dalam analisis kebijakan pengelolaan DAS. 1. Fokus, sebagai level 1 fokus menjelaskan secara umum tujuan analisis ini, yakni prospek kebijakan pengelolaan DAS dimasa datang. 2. Aktor, aktor yang terkait dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu : Pemerintah, disamping mempunyai fungsi dan wewenang, mempunyai peranan dan kepentingan yang sangat tinggi dalam kegiatan pemanfaatan lahan. Pemerintah dalam hal ini adalah instansi teknis, pemerintah propinsi dan pemerintah daerah. Masyarakat, penduduk setempat yang terkait dengan kegiatan yang terjadi di sekitar lahan. Lembaga Swadaya Masyarakat, kelompok yang banyak memperhatikan keberadaankelestarian lingkungan, berkaitan dengan pamanfaatan lahan. 3. Sasaran, garis besar sararan masing-masing kelompok diatas adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Sasaran kelompok pemerintah adalah : Pengaturan penggunaan ruang kabkota, kec, desa. Penyediaan lahan pemukimaninfrastruktur, Pengaturan pengelolaaan. Sasaran kelompok masyarakat adalah: Peningkatan pendapatan dan lapangan kerja, Pembukaan lahan untuk pertanian semusim dan tahunan dan pemukiman. Sasaran kelompok lembaga swadaya masyarakat adalah : Kepentingan tersendiri dari LSM atau kelestarian fungsi lingkungan dalam pemanfaatan lahan. 4. Skenario, adalah alternatif kemungkinan model pengelolaan DAS di masa datang yang dapat terjadi dikarenakan adanya trend atau kecendrungan sasaran kelompok diatas terhadap kawasan DTA Danau Toba yaitu :  Konservasi dengan mempertahankan kondisi hutan yang ada.  Konservasi dengan menambah luasan hutan dengan penanaman kembali pada areal terbuka. b. Perencanaan Balik backward planning Tahapan selanjutnya adalah penentuan prioritas kebijakan yang akan ditempuh untuk mendapatkan model skenario pemanfaatan lahan yang optimal. Dengan bekerja balik akan dinilai berbagai persoalanaspek dan mengindentifikasi berbagai kebijakan yang sangat efektif dalam memberikan hasil yang diinginkan. Hierarki proses balik yang dapat disusun dalam hal pengelolaan DAS ini dalam hubungannya dengan kebijakan yang diharapkan nantinya adalah sebagai berikut: Level I adalah Fokus, Level 2 adalah Skenario, Level 3 adalah PersoalanAspek, Level 4 adalah Aktor dan Level 5 adalah Kebijakan. Universitas Sumatera Utara Berikut penjelasan dari komponen masing-masing level hierarki analisis untuk perencanaan balik. a. Fokus, adalah masa depan yang diinginkan pada pengelolaan DAS DTA Danau Toba. b. Skenario, kondisi yang paling optimal yang dimungkinkan dari model skenario yang terpilih dari proses kedepan. c. Persoalan Aspek, kelompok aspekpersoalan utama pada kawasan ini. Sosial Ekonomi Budaya, aspek yang berhubungan dengan peningkatan pendapatan, prilaku dan kebiasaan yang berhubungan dengan pemanfaatan lahan. Koordinasi, aspek yang menghubungkan berbagai kebijakan dalam pengelolaan DAS. Pelestarian Fungsi Lingkungan, aspek pelestarian lahan agar dapat bermanfaat lama dan mendukung keseimbangan ekosistem yang ada. d. Aktor, institusi lembaga yang terlibat, baik lembaga formal maupun nonformal. BPDAS, BKSDA, Bappeda Propinsi dan Kabupaten Dinas Pekerjaan Umum Propinsi dan Dinas Kehutanan Provinsidan Kabupaten, BPN, PSL Perguruan Tinggi, Dinas Tata Kota, Dinas Perikanan, Bapedalda, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Masyarakat sekitar DTA Danau Toba. e. Kebijakan, kebijakan operasional-fungsional aktorlembaga meliputi: RUTR, Perda danPenegakan hukum serta Koordinasi antar sektor dan pemangku kepentingan di DTA Danau Toba. Universitas Sumatera Utara

IV. KEADAAN UMUM LOKASI

3.1. Keadaan Biofisik DTA Danau Toba Letak dan Luas

Daerah Tangkapan Air DTA Danau Toba meliputi 7 tujuh kabupaten yaitu Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Samosir, Dairi dan Karo. Secara geografis DTA Danau Toba terlelak pada posisi 2° 10 00 LU sampai dengan 03° 00 00 LU dan 98° 24 00 BT sampai dengan 99° 2000 81. Berdasarkan pengukuran secara digitasi yang mempergunakan peralatan Geographic Information System GIS, luas DTA Danau Toba adalah sekitar 379.846,41 Ha, dengan rincian luas danau 116.002,26 Ha atau 30,54 dan luas daratan sekitar 263.844,15 Ha atau 69,46 . Berdasarkan data dari Balai Pengelolaan DAS BPDAS Asahan Barumun, DTA Danau Toba terbagi kedalam 26 Sub DAS dan di tengah danau terdapat Pulau Samosir yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap keberadaan air danau tersebut. Pada daratan pulau Sumatera terdapat 18 Sub DAS dengan luas 200.509,10 Ha 76 dari luas DTA Danau Toba, dan didalam Pulau Samosir terdapat 8 Sub DAS dengan luas sekitar 63.335,05 Ha 24 dari luas total DTA Danau Toba seperti disajikan pada Tabel 8. Universitas Sumatera Utara