Fungsi pemberian  pendidikan,  memang  bukan sepenuhnya  dan memang  tidak mungkin   diserahkan   sepenuhnya   kepada   lembaga   persekolahan,   sebab   pengalaman
belajar   pada   dasarnya   bisa   diperoleh   di   sepanjang   hidup   manusia,   kapanpun   dan dimanapun, termasuk di lingkungan keluarga dan masyarakat itu sendiri.
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat. Lembaga sosial formal tersebut, bisa disebut sebagai suatu organisasi, yaitu
terikat pada tata aturan formal, mempunyai program dan mempunyai target  atau sasaran yang jelas serta memiliki struktur kepemimpinan penyelenggaraan atau pengelolaan yang
pasti dan resmi. Karena itu, fungsi sekolah terikat kepada target atau sasaran-sasaran yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri.
Istilah   masyarakat   di   sini,   di   dalamnya   termasuk   orang   tua,   pemerintah   dan lembaga-lembaga sosial lainnya yang berkepentingan dengan hasil pendidikan. Dengan
demikian pendidikan diberikan melalui banyak lembaga dan tugas itu tidak merupakan monopoli   sekolah,   maka   perlu   dipelajari   dalam   hal   apa   saja   sekolah   itu   merupakan
sesuatu yang khas dan dapat dibedakan dari lembaga-lembaga pendidikan yang lain. Sekolah menurut R. Iyeng Wiraputra, M.Sc. adalah mempunyai dua kekhususan,
yaitu : a. Sekolah merupakan suatu lembaga sosial yang direncanakan dan diakui untuk
mencapai tujuan tertentu dan tidak bersifat insidential. b. Tujuan utama dan khas ialah mendidik.  R. Iyeng Wiraputra, M.Sc., 1987 :
46
3. Pengertian Disiplin Sekolah
Sekolah   merupakan   masyarakat   pendidikan,   dan   di   dalam   masyarakat   biasanya terdapat     peraturan-peraturan   dan   peraturan   tersebut   merupakan   suatu   hal   yang   bisa
11
menjamin kepentingan-kepentingan terhadap bahaya di dalam lingkungan masyarakat. Namun   apabila   peraturan-peraturan   tersebut   sudah   tidak   ditaati,   maka   akan   timbul
kegelisahan-kegelisahan yang tidak bisa diatasi. Muh. Said  1989  menyatakan : “Tugas   sekolah   sebagai   salah   satu   masyarakat   pendidikan   ialah   untuk
mempengaruhi generasi muda dengan perilaku yang diakui dan mengikat supaya tujuan utama dari masyarakat dapat dibantu dan diwujudkan. Denagan jalan begini
masyarakat dapat meneruskan dan dapat mengembangkan kelangsungan hidupnya. Untuk   menjalankan   tugasnya   diadakan   pengorganisasian   dengan   penentuan
wewenangnya,   program   komunikasinya,   pengawasan,   sanksi-sanksi   bagi   para anggota kelompoknya berupa tata tertib yang belaku di sekolah tersebut”.  Ilmu
Pendidikan, 1989 : 166
Tata   tertib   yang   berlaku   di   lembaga-lembaga   pendidikan   merupakan   salah   satu contoh disiplin di sekolah dengan maksud untuk mengatasi segala permasalahan yang
mungkin timbul di sekolah. Maka setiap lembaga pendidikan menyediakan tata tertib di sekolah agar menjamin terjadinya proses belajar mengajar yang berhasil dan berdaya
guna. M. Ngalim Purwanto, mengatakan : “Disipin   di   sekolah   merupakan   titik   pusat   dalam   memberikan   pendidikan   di
sekolah, dalam membentuk manusia seutuhnya, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional   yang   terkandung   dalam   GBHN   :   Pendidikan   nasional   berdasarkan
Pancasila, bertujuan untuk menngkatkan ketaqwaan terhada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan   kecerdasan   dan   keterampilan,   mempertinggi   budi   pekerti   dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air dan agar dapat membangun manusia-manusia   pembangunan,   yang   dapat   membangun   dirinya   sendiri   serta
bersama-sama   bertanggung   jawab   atas   pembangunan   bangsa”.   M.   Ngalim Purwanto, 1989 : 160
Dengan   bertitik   tolak   kepada   tujuan   nasional,   maka   arah   yang   akan   ditempuh dalam membimbing siswa di dalam dunia pendidikan sangatlah jelas. Disiplin di sekolah
sangat berperan dalam dunia pendidikan untuk menanamkan perbuatan baik, oleh karena itu tata tertib di sekolah perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik itu keluarga,
masyarakat   dan   lembaga   pendidikan   itu   sendiri.   Fungsi   sekolah   sebagai   tempat pendidikan, juga tidak lepas untuk membantu orang tua yang tidak sempat memberikan
12
lagi pendidikan secara lebih jauh kepada anak-anaknya, seperti diungkapkan di bawah ini :
“Sekolah didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membentuk dan memenuhi kebutuhan keluarga  yang  sudah tidak mempu  lagi  memberikan  bekal persiapan
hidup bagi anak-anaknya, untuk mempersiapkan anak-anaknya agar hidup cukup bekal   dengan   kepandaian   dan   kecakapan   dalam   masyarakat   yang   modern   yang
lebih   tinggi   kebudayaanya   seperti   sekarang   ini.  Anak-anak   tidak   cukup   hanya menerima   pendidikan   dan   pengajaran   dari   keluarganya   saja.   Maka   dari   itu
masyarakat   atau   negara   mendirikan   sekolah-sekolah”.        M.   Ngalim   Purwanto, 1989 : 149
Setiap   penyelenggara   pendidikan   formal   tentu   akan   mempunyai   peraturan   tata tertib yang harus dipatuhi oleh siswanya, karena tujuan tata tertib sekolah itu adalah
untuk mendidik para siswa. Tata tertib yang berlaku di setiap lembaga pendidikan adalah untuk memberikan ketegasan dan kepastian bagi setiap siswa yang melanggarnya, begitu
juga merupakan suatu hak dan kewajiban yang harus ditaati sesuai dengan ketentuan yang belaku.
“Sekolah adalah untuk anak remaja, dan peranan pendidikan hendaknya didesain bagi   mereka.   Jika   mereka   hendak   menerima   perhatian   sepenuhnya   pada   setiap
tingkat   perkembangan   mereka,   sekolah   harus   menyediakan   program   pelayanan murid yang selengkap mungkin”.  Oteng Sutisna, 1983 : 65
Sekolah sebagai tempat terjadinya  proses belajar mengajar. Apa yang  dimaksud dengan belajar ?
“Belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kesanggupan yang berlaku selama waktu tertentu dan tidak dapat dinyatakan sebagai proses pertumbuhan”.  Robert
M. Gagne, 1989 : 91
Artinya yang terjadi adalah merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi   pada   diri   seseorang.   Sedang   yang   dimaksud   dengan     mengajar,     akan   penuli
kemukakan dari beberapa ahli, diantaranya : “Mengajar adalah memberikan pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan atau keterampilan kepada anak”.
13
Mengajar tidak identik  dengan penyampaian  sesuatukonsep dan bukan semata- mata   bicara   atau   khotbah   di   muka   kelas.   Juga   bukan   memberikan   perintah   kepada
siswanya dan janganlah menafsirkan mengajar adalah berdiri di muka kelas atau menjadi komandan   yang   maha   tahu,   maka   kuasa   bagi   siswa-siswanya,   tetapi   mengajar   dapat
diartikan sebagai : a.
Seluruh   upaya   dan penampulan guru dalam menyampaikan stimulusstimuli pengajaran.
b. Serentetan   kegiatan   atau
suasan  interaksitransaksidialog   siswa  dengan  guru melalui   sejumlah  media pengajaran.
c. Sejumlah penampilan guru
di muka para siswanya di kelas.  Ahnad Kosasih Djahari, 1988 : 94
Dari   kedua   pendapat   di   atas,   pada   hakekatnya   sama,   yaitu   berbagai   upaya mendewasakan   anaksiswa,   di   antara   sikap   dewasa   itu   adalah   sikap   disiplin,   yaitu
mematuhi peraturan-peraturan yang ada di sekolah. Contoh-contoh disiplin di sekolah : a. Siswa   harus   mengikuti   upacara   yang   diadakan   setiap   hari   Senin   sebelum
pelajaran dimulai. b. Siswa   harus   hadir   di   sekolah   paling   lambat   10   menit   sebelum   pelajaran
dimulai. c. Siswa diharuskan masuk dengan tertib dan teratur.
d. Pada waktu istirahat siswa dilarang berada di ruang kelas, kecuali yang sedang menjalankan tugas kebersihan.
e. SIswa diperbolehkan pulang setelah pelajaran selesai. f. Siswa harus senantiasa  memelihara  dan menjaga  kebersihan  dan kerapihan
sendiri. g. Siswa harus memakai seragam yang telah ditentukan oleh sekolah, berpakaian
sopan.
14
h. Setiap siswa wajib membayar SPP melalui Tata UsahaBedahara yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah.
Apabila siswa tidak mematuhi peraturan-peraturan tersebut maka siswa akan mendapat sanksi hukuman baik dari guru maupun dari kepala sekolah.
4. Sanksi-sanksi Terhadap Pelanggaran