Factor penghambat Faktor penghambat dan pendorong Orang tua dalam mengembangkan
                                                                                80
mendisplikan  serta  melindungi  anak  dalam  mencapai  proses  kedewasaan, hingga  kepada  upaya  pembentukkan  norma-norma  yang  diharapkan  oleh
masyarakat pada umumnya. Dari  hasil  wawancara  yang  dilakukan  pada  tiga  3  keluarga  yang
memiliki  anak  autis  dan  bersekolah  di  SLB  Citra  Mulia  Mandiri,  diketahui bahwa  pola  asuh  yang  diberikan  orang  tua  terhadap  perkembangan  bina  diri
siswa  autis  yaitu  dua  2  keluarga  keluarga  ibu  HK  dan  keluarga  bapak  WS mengarah pada mengarah pada pola asuh demokratis dan satu 1 keluarga ibu
SP  mengarah  pada  pola  asuh  campuran  yaitu  pola  asuh  demoktaris  dan permisif.  Untuk  pola  asuh  otoriter  cenderung  tidak  ditemukan  pada  ketiga
keluarga  dalam  penelitian  ini.  Meskipun  pola  asuh  otoriter  tidak  ditemukan pada  ketiga  keluarga  dalam  penelitian  ini,  akan  tetapi  dalam  memberikan
pendidikan dan pembimbingan terhadap anak-anaknya anak autis, para orang tua  masih  menerapkan  peraturan  sesuai  norma  yang  berlaku  di  masyarakat.
Peraturan  yang  diterapkan  para  orang  tua  hanya  sebatas  melarang  siswa  pada hal-hal yang kurang baik saja dan peraturan tersebut tidak memikat siswa.
Untuk  mengetahui  pola  asuh  yang  orang  tua  terapkan  dalam mengembangkan  kemampuan  bina  diri  siswa  autis  selama  di  rumah,  dapat
diketahui dengan memperhatikan hal-hal sebagai beriku: Pola asuh demokratis ditandai  dengan  adanya  pemberian  pengarahan  dan  bimbingan  dari  orang  tua
kepada  anak-anaknya  dalam  mengembangkan  kemampuan  bina  diri  terutama pada  siswa  autis.  Selain  itu,  dengan  mengikutsertakan  siswa  autis  dalam
81
aktivitas kehidupan sehari-hari didalam keluarga. Sedangkan pola asuh permisif ditandai  dengan  tidak  adanya  peraturan  dan  kurangnya  bimbingan  pelatihan
dari  orang  tua.  Namun  kurangnya  bimbingan  pelatihan  disini    tidak  mutlak, hanya  sebatas  orang  tua  merasa
kasian
atau  merasa
tidak  tega
terhadap kesulitan  yang  dialami  anak-anaknya  sehingga  mendorong  orang  tua  untuk
membantu seluruh aktivitas bina diri siswa.
                