Bimbingan dan pengarahan dari orang tua terhadap perkembangan

75 III dalam memberikan perhatian dan control kepada anak-anaknya lebih besar ibu dibandingkan ayah. Hal ini dikarenakan kesibukkan seorang ayah dalam bekerja dari pagi sampai malam. Sehingga dalam memberikan perhatian dan control terhadap aktivitas anak-anaknya, diserahkan kepada ibu. Akan tetapi, hal berbeda nampak pada keluarga bapak WS orang tua subyek II, meskipun ditengah kesibukkan kedua orang tua wali yang bekerja, HA masih dapat diperhatikan dan dikontrol bapak ibu WS, baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini dikarenakan, bapak WS bekerja sebagai tenaga pengajar di sekolah yang sama dengan HA besekolah. Sehingga HA dalam melakukan aktivitas sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah, masih dapat dikontrol oleh bapak WS.

4. Faktor penghambat dan pendorong Orang tua dalam mengembangkan

kemampuan bina diri anak autis Setiap orang tentunya mengharapkan anaknya, khususnya siswa dengan kebutuhan khusus autis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satunya perkembangan pada kemampuan bina diri siswa, sehingga anak-anak tersebut kelak tidak lagi tergantung pada orang lain. Untuk memuwujudkan semua harapan orang tua tersebut, dibutuhkan pola asuh yang tepat dari orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri pada diri anak autis tersebut. Akan tetapi, pada keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus, masih ditemukan beberapa keluarga yang mengalami kesulitan dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya, terutama dalam mengembangkan kemampuan bina diri pada siswa autis. Kesulitan tersebut menjadi factor penghambat orang tua dalam mendidik dan membimbing anak- anaknya, terutama dalam mengembangkan kemampuan bina diri siswa autis. 76

a. Factor penghambat

Permasalahan yang dihadapi orang tua dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya dengan kebutuhan khusus, terutama dalam mengembangkan kemampuan bina diri siswa autis sangat beragam. Berikut ini hasil wawancara dengan narasumber sebagai berikut: Ibu HK orang tua dari LA subyek I mengungkapkan bahwa dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya terutama mengembangkan kemampuan bina diri masih mengalami kesulitan, beliau mengatakan: “banyak ya mbak. Jadi semuanya harus pelan-pelan. Jadi harus satu- satu. Misalnya apa ya, kalau makai sepatu, itu kan sebenarnya gak sulit sih, Cuma harus pelan-pelan dan kontinyu. ” wawancara tanggal 29 Mei 2015. Permasalahan yang hampir serupa juga dialami keluarga ibu SP orang tua MA subyek III dalam mengasuh, mendidik dan membimbing anaknya dalam mengembangkan kemampuan bina diri, beliau mengatakan: :“apa ya mbak? Paling ya harus lebih sabar aja kalau ngjarin MA itu, saya juga selalu gak tega kalau ngeliat MA kesulitan, makanya saya selalu membantu dia. ” wawancara tanggal 2015. Hal berbeda diungkapkan oleh keluarga bapak WS orang tua subyek II dalam memdidik dan membimbing HA terutama dalam mengembangkan kemampuan bina diri pada diri siswa autis, beliau mengungkapkan: