e. Makan atau minum
Orang yang melaksanakan shalat itu hanya disuruh mengerjakan yang berhubungan dengan shalat saja, sedangkan pekerjaan yang lain hendaklah
ditinggalkan. f.
Tertawa Orang yang tertawa dalam shalat, maka batallah shalatnya. Maksudnya
adalah tertawa yang sampai mengeluarkan suara. Apabila sebatas tersenyum maka belum batal shalatnya.
g. Mendahului imam sebanyak 2 rukun.
Bila seorang makmum melakukan gerakan mendahului gerakan imam, seperti bangun dari sujud lebih dulu dari imam, maka batallah shalatnya.
Namun bila hal itu terjadi tanpa sengaja, maka tidak termasuk yang membatalkan shalat. As-Syafiiyah mengatakan bahwa batasan batalnya
shalat adalah bila mendahului imam sampai dua gerakan yang merupakan rukun dalam shalat. Hal yang sama juga berlaku bila tertinggal dua dari
gerakan imam Wajdi dan Rahmani, 2009.
E. Khusyuk
1. Definisi Khusyuk dalam Shalat
Khusyuk secara etimologi bahasa berasal dari akar kata khasya’a
akhsya’u-khusyu’an yang berarti tunduk, takluk, pasrah, dan menyerah Adam, 1999. Sedangkan menurut terminologi istilah syar’i khusyuk adalah rasa
takut yang selalu ada di dalam hati dan tidak akan pernah sirna Tafsir “Taisir
Karimir Rahman” dalam Yunus, 1998. Khusyuk dalam shalat berarti hadirnya hati dalam shalat ketika berhadapan
dengan Allah sebagai bentuk rasa cinta, pengagungan, rasa takut akan siksa serta berharap akan pahala dari Allah dengan berusaha menghadirkan perasaan
dekat dengan-Nya. Jiwanya akan menjadi tenang dan tenteram dan pergerakannya menjadi tenang di hadapan Allah dengan berusaha
menghadirkan keseluruhan ucapan dan perbuatan dari apa yang dibaca dan dia lakukan di dalam shalatnya, dari awal hingga akhir Abdullah, 2009.
2. Kriteria Khusyuk dalam Shalat
Bila hati seseorang mencapai tingkatan khusyuk maka seluruh anggota badannya pun ikut khusyuk, sebab anggota badan akan selalu taat dan patuh
pada perintah hati Mahalli, 2000. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw. yang dilaporkan oleh Abu Hurairah bahwa:
“Kalau hati seseorang itu khusyuk, maka khusyuk pula segala anggota badannya.” HR Hakim dan
Tirmizi Abdullah 2009 menerangkan bahwa kriteria-kriteria khusyuk dalam
shalat antara lain adalah tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kiri, pandangan terarah pada tempat sujud, tidak mengangkat pandangannya ke atas
serta tidak bergerak-gerak, tidak bergurau dan tidak sibuk dengan pakaian atau selainnya, ataupun bermain dengan jari.
3. Anjuran Khusyuk dalam Shalat
Khusyuk adalah ruh dari shalat dan tujuan yang paling besar dari shalat. Shalat tanpa khusyuk sama seperti tubuh jenazah yang tidak ada ruhnya
Abdullah, 2009. Allah swt. berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-
orang yang khusyu dalam shalatnya.” Q.S. Al-Mukminuun: 1-2 Rasulullah saw juga bersabda:
“Tidak dihitung shalat bagi yang tidak khusyuk dalam shalatnya.” Dalil di atas berulang-ulang menekankan pelaksanaan shalat dengan
khusyuk. Hal ini menandakan bahwa antara khusyuk dan shalat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan Adam, 1999.
Dari Abi Qadatah r.a beliau berkata: Rasululah saw. telah bersabda: “Sejelek-jelek pencuri adalah orang yang mencuri shalatnya, para sahabat
bertanya, bagaimana ia mencuri shalatnya? Nabi lalu bersabda: Ia tidak menyempurnakan rukuk dan tidak menyempurnakan sujudnya, atau beliau
bersabda: Ia tidak meluruskan tulang belakangnya dalam rukuk dan suju d”.
HR Imam Ahmad dan Hakim. Khusyuk merupakan sarana untuk menumbuhkan fokus pengendalian
akal dimana pengendalian tersebut mempunyai pengaruh terbesar dalam kesuksesan hidup seseorang. Sebagaimana ayat yang telah menerangkan
bahwa keberuntungan orang yang shalat terletak pada kekhusyukannya maka hal ini menunjukkan, barangsiapa yang tidak khusyuk di dalam shalatnya
maka dia tidak termasuk orang-orang yang beruntung Abdullah, 2009.
4. Unsur-Unsur Khusyuk dalam Shalat