meningkatkan nilai kecernaan bahan pakan, produksi biomassa mikroba, serta efisiensi penggunaan nitrogen pakan oleh mikroba rumen untuk pembentukan
biomassa mikroba Kurniawati, 2007. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penambahan karbohidrat mudah larut dan protein secara bersamaan mampu
meningkatkan degradasi bahan organik pakan dan meningkatkan pertumbuhan mikroba rumen yang berimplikasi terhadap peningkatan produksi ternak Oldham
dkk, 1988 dalam Kurniawati, 2007. Tanin secara alami merupakan senyawa polyphenolic yang dapat berikatan
dengan protein atau polimer lainnya seperti selulosa, hemiselulosa dan pektin, serta beberapa mineral di dalam bahan pakan. Tanin umumnya terikat dengan
protein pakan membentuk ikatan kompleks yang stabil. Tanin melindungi protein dari degradasi di rumen dan menghambat kerja enzim protease dan selulase,
mengakibatkan laju degradasi protein menurun, sehingga protein lolos dari degradasi dan masuk ke dalam usus halus. Dengan kata lain, senyawa tanin
merupakan faktor anti-nutrisi yang dapat menurunkan palabilitas dan kecernaan pakan Makkar dkk, 1995 dalam Nurvianty, 2006. Selain dampak negatif , tanin
memiliki dampak positif yaitu meningkatkan by-pass protein Sugoro, 2004.
4.3. Produksi Massa Mikroba
Massa mikroba merupakan indikasi dari banyaknya jumlah mikroba yang terdapat di dalam cairan rumen, dimana mikroba tersebut berperan dalam
mendegradasi pakan. Produksi massa mikroba diperoleh dari pengurangan residu Apparent digestibility
dengan residu Trully digestibility, sehingga melalui pengurangan residu terdegradasi semu yang masih mengandung mikroba dengan
39
0.1044 0.1121
0.0896 0.0829
A0 = Jerami sorgum JS + urea 0,3 A2 = JS + urea 0,3 + Starter 0,5 A1
= JS + urea 0,3 + Starter 0,25 A3 = JS + urea 0,3 + Starter 0,75
residu terdegradasi asli akan didapatkan produksi biomassa mikroba Blummel dan rckov, 1993. Hasil analisis produksi massa mikroba dapat dilihat pada
Gambar 8.
0.15 0.1
0.05
A0 A1
A 2 A3
Pe rlak uan
A0 = Jerami sorgum JS + urea 0,3 A2 = JS + urea 0,3 + Starter 0,5
A1 = JS + urea 0,3 + Starter 0,25 A3 = JS + urea 0,3 + Starter 0,75
Gambar 8
. Produksi massa mikroba g Gambar 8 menunjukkan hasil pengukuran produksi massa mikroba tiap
perlakuan A0, A1, A2 dan A3 masing-masing sebesar 0,0896 g, 0,0829 g, 0,1044 g dan 0,1121 g. Penambahan starter pada perlakuan mampu meningkatkan
massa mikroba, walaupun tidak berbeda nyata F0,05, kecuali perlakuan A1. Produksi massa mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan A3,
peningkatan ini sejalan dengan tingginya konsentrasi amonia serta tingginya bahan organik yang tercerna, sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan
mikroba. Pada perlakuan lainnya yaitu A2, A1 dan A0 lebih rendah produksi massa mikrobanya dibandingkan dengan perlakuan A3, walaupun tidak berbeda
nyata. Hal ini mungkin disebabkan oleh terdegradasinya karbohidrat menjadi VFA sehingga sintesis sel mikroba berkurang, yang ditandai dengan tingginya
40
7.1 7.08
7.08 7.03
konsentrasi VFA pada perlakuan A2, A1 dan A0. Berdasarkan penelitian Nurvianty 2006 produksi massa mikroba menurun akibat tingkat keasaman
cairan rumen yang semakin meningkat akibat terdegradasinya karbohidrat membentuk VFA, sehingga sintesis sel mikroba menurun.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi massa mikroba yaitu ketersediaan sumber nutrisi serta faktor lingkungan seperti pH, temperatur dan
tekanan osmotik Tim Mikrobiologi FK UNBRAW, 2005. Efisien pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh keseimbangan jumlah protein dan karbohidrat yang
terfermentasi dalam rumen Leng, 1993.
4.4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai pH, NH