Produksi Gas Secara In Vitro

22.32 21.95 21.89

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Produksi Gas Secara In Vitro

Produksi gas merupakan indikasi adanya aktifitas metabolisme mikroba rumen. Produksi gas secara akurat menggambarkan proses fermentasi substrat pakan menjadi produk berupa VFA dan biomassa mikroba rumen Blummel dan rckov, 1993. Hasil analisis rata-rata volume produksi gas secara in vitro ml0,2 g BK dari tiap sampel dapat dilihat pada Gambar 5. 23.5 23.29 23 22.5 22 21.5 21 A0 A1 A2 A3 Pe r lak uan A0 = Jerami sorgum JS + urea 0,3 A2 = JS + urea 0,3 + Starter 0,5 A1 = JS + urea 0,3 + Starter 0,25 A3 = JS + urea 0,3 + Starter 0,75 Gambar 5. Volume produksi gas jerami sorgum fermentasi setelah inkubasi 24 jam secara In Vitro. Hasil analisis produksi gas pada tiap ulangan terlihat bervariasi. Nilai rata-rata produksi gas tertinggi terjadi pada perlakuan A0 diikuti dengan perlakuan A3, A1, dan A2 yaitu dengan nilai berturut-turut adalah 23.29 ml0,2 g BK, 22.32 ml0,2 g BK, 21.95 ml0,2 g BK, dan 21.89 ml0,2 g BK. Hasil analisis statistik produksi gas selama 24 jam inkubasi menunjukkan perbedaan pengaruh 32 yang tidak nyata F0.05, hal ini mungkin disebabkan adanya salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan metode in vitro yaitu variasi waktu pengambilan cairan rumen, kondisi cairan rumen yang berbeda dan ada tidaknya gangguan terhadap proses fermentasi khususnya pada larutan buffer. Menurut Scheneider dan Flatt 1975, keberhasilan metode in vitro dipengaruhi oleh pencampuran sampel pakan, cairan rumen, kontrol suhu, ada tidaknya gangguan terhadap proses fermentasi khususnya pada larutan buffer, variasi waktu, dan metode analisis kimia yang digunakan. Produksi gas pada perlakuan dengan penambahan starter A1, A2 dan A3, memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan yang tidak ditambah starter A0. Hal ini mungkin disebabkan bahan organik yang terkandung pada jerami sorgum yang difermentasi telah digunakan oleh mikroba untuk mendukung pertumbuhannya, menurut Orckov Ryle 1990 jumlah gas yang sedikit dapat disebabkan oleh terpakainya bahan organik terfermentasi untuk sintesis mikroba. Pada perlakuan A0, memiliki produksi gas yang paling tinggi, walaupun tidak berbeda nyata F0,05. Hal ini mungkin disebabkan kandungan nutrisi pada pakan masih tersedia, karena sedikitnya aktifitas mikroba dalam mendegradasi pakan pada saat fermentasi atau silase jerami sorgum. Sehingga pada saat fermentasi secara in vitro dengan penambahan cairan rumen, aktifitas mikroba masih optimum dalam mendegradasi pakan yang ditandai dengan tingginya produksi gas. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Firsoni dkk 2005, bahwa aktifitas mikroba masih tinggi setelah 24 jam inkubasi yang disebabkan masih 33 tersedianya zat nutrisi pakan kontrol karena sedikitnya aktivitas bakteri pembentuk asam laktat dalam pembuatan silase. Menurut Getachew et al., 2003 dalam Firsoni dkk 2003 ada beberapa hal yang mempengaruhi fermentasi pakan oleh mikroba yaitu keadaan anaerob, temperatur, pH dan jumlah pemakaian buffer terhadap jumlah cairan rumen yang digunakan. Pola parameter perlakuan fermentasi jerami sorgum yang berfluktuasi, tidak lepas dari pengaruh pertumbuhan mikroba yang sudah ada dalam cairan rumen. Produksi gas masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6 yang menandakan adanya pola pertumbuhan mikroba. 80 60 A0 A1 40 A2 20 A3 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 Waktu Ja m A0 = Jerami sorgum JS + urea 0,3 A2 = JS + urea 0,3 + Starter 0,5 A1 = JS + urea 0,3 + Starter 0,25 A3 = JS + urea 0,3 + Starter 0,75 Gambar 6 .Volume produksi gas jerami sorgum fermentasi selama inkubasi 0, 2, 4, 6, 8, 10 dan 24 jam. Pada gambar di atas menunjukkan bahwa adanya aktivitas mikroba yang ditandai oleh terbentuknya gas, serta proses fermentasi di dalam perlakuan. Volume gas pada awal inkubasi yaitu kira-kira pada jam ke 0, 2, 4, 6, 8 dan 10 mengalami sedikit kenaikan, sedangkan pada inkubasi sampai jam ke 24 menunjukkan peningkatan volume produksi gas yang tinggi, hal ini disebabkan pengaruh pertumbuhan serta aktivitas mikroba dalam proses fermentasi. 34 Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ella dkk 1997, bahwa produksi gas yang tinggi menunjukkan aktivitas mikroba dalam rumen dan mencerminkan kualitas pakan. Berdasarkan penelitiannya, produksi gas mencapai puncak pada inkubasi 24 jam pertama, selanjutnya mengalami penurunan hingga 96 jam dan akhirnya mencapai nol. Berdasarkan fase pertumbuhan mikroba, pada jam ke 2, 4, 6, 8, dan 10 pertumbuhan mengalami fase adaptasi Lag Fase itu terlihat dari gambar volume produksi gas yang tidak terlalu besar kenaikannya. Pada fase ini, mikroba mengalami penyesuaian terhadap lingkungannya dan belum maksimal dalam melakukan kolonisasi pada substrat Orskov, Hevell dan mullet, 1980. Kemudian volume gas pada jam ke 24 menunjukkan kenaikkan yang signifikan, karena diperkirakan mikroba sedang mengalami fase logaritmik Log Fase yaitu fase pembelahan dimana pada fase ini kecepatan pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba terjadi sangat cepat dan maksimal baik metabolismenya maupun pembelahan selnya. Pada fase inilah mikroba mulai mendegradasi pakan, merombak karbohidrat menjadi struktur yang lebih sederhana dan menghasilkan gas dari perombakan bahan organik. Selama pakan diinkubasi dalam cairan rumen dan buffer secara in vitro, maka zat makanan difermentasi menjadi VFA, gas terutama CO 2 dan CH 4 serta sel mikroba Krishnamoorthy, 2001.

4.2. Kecernaan Bahan Kering KcBK dan Kecernaan Bahan Organik