teknik pengukuran nilai kecernaan menggunakan kantung nilon Tilley dan Terry, 1963. Metode in vitro pada prinsipnya adalah suatu teknik simulasi keadaan
lingkungan rumen sebenarnya dengan menginkubasi cairan rumen pada media buffer secara anaerob pada suhu 39
C dengan variasi periode inkubasi. Sekarang ini umumnya teknik in vitro yang digunakan adalah :
1. Metode kecernaan 2 fase Tilley dan Terry, 1963
2.
Modifikasi kecernaan 2 fase Goering dan Van Soest, 1970
3. Produksi gas metode Hohenheim Menke et al., 1979.
Metode in vitro dapat digunakan untuk mempelajari aktivitas mikroba rumen tanpa mempengaruhi hewan percobaan Krishnamoorthy, 2001.
Keberhasilan metode in vitro dipengaruhi oleh pencampuran sampel pakan, cairan rumen, kontrol suhu, ada tidaknya gangguan terhadap proses fermentasi
khususnya pada larutan buffer, variasi waktu, dan metode analisis kimia yang digunakan Scheneider dan Flatt, 1975.
Salah satu pengukuran yang dapat diperoleh dari metode in vitro adalah produksi gas. Produksi gas merupakan indikasi adanya aktifitas metabolisme
mikroba rumen. Produksi gas secara akurat menggambarkan proses fermentasi substrat pakan menjadi produk berupa VFA dan biomassa mikroba rumen
Blummel dan rskov, 1993. Produksi gas yang tinggi menunjukkan aktivitas mikroba dalam rumen dan mencerminkan kualitas pakan. Produksi gas akan
mencapai puncak pada inkubasi 24 jam pertama, selanjutnya akan mengalami penurunan hingga 96 jam dan akhirnya mencapai nol. Hal semacam ini terjadi
untuk semua jenis pakan oleh karena semakin lama jenis pakan dalam rumen semakin berkurang sumber bahan organik yang dimanfaatkan oleh mikroba untuk
16
memproduksi gas Ella dkk, 1997. Hasil produksi gas memang tidak memiliki manfaat bagi ternak namun pengukuran produksi gas secara in vitro menunjukkan
aktivitas mikroba rumen dalam mendegradasi pakan. Gas yang terbentuk merupakan hasil akhir dari fermentasi bahan organik BO menjadi VFA
selebihnya berupa CO
2
dan CH
4
Menke et al., 1979. Dua model in vitro produksi gas yang berkembang saat ini adalah dengan
menggunakan syiringe glass berskala dan dengan menggunakan botol serum. Prinsip kerja in vitro produksi gas dengan menggunakan syringe glass adalah gas
yang terbentuk selama inkubasi akan mendorong piston ke atas, sehingga volume gas dapat dibaca pada skala yang terdapat pada dinding syringe. Perbedaan antara
metode ini dengan metode pemakaian botol serum adalah gas yang terbentuk pada metode botol serum akan mengisi ruang kosong pada bagian atas botol, volume
diukur dengan menggunakan syringe 10 ml Kurniawati, 2007. Sumber nitrogen yang penting dipergunakan dalam sistim in vitro ini adalah
sumber nitrogen seperti urea, ammonium sulfat, atau garam ammonium lain yang dapat dipergunakan oleh mikroba rumen. Larutan mineral ditambahkan sebagai
pengganti saliva untuk memberikan fungsi buffer di dalam sistem in vitro. Sumber kultur campuran berbagai organisme untuk sistem in vitro diperoleh dengan
menyaring cairan rumen Arora, 1989. Cairan dari hasil pengukuran produksi gas dilarutkan dalam larutan Neutral Detergent Solutio NDS dan digunakan untuk
mengukur nilai KcBK dan KcBO.
17
2.8. Produksi Massa Mikroba