Perkembangan Perbatasan Kota Pola Penggunaan Lahan

c. Jalan Prof H. M Yamin menuju pusat Kota Selain jalan alternatif tersebut ada pula beberapa persimpangan yang terdapat sepanjang Jalan Medan Tembung. Kondisi jalan alternatif tersebut baik hotmix dan dapat dilalui oleh kenderaan roda empat dengan dua jalur. Pada jam-jam sibuk traffic jam persimpangan ini selalu ramai di lalui kenderaan umum dan pribadi sehingga di beberapa titik persimpangan terdapat kemacetan. Lampu lalu lintas hampir tidak ada disetiap persimpangan. Untuk menghindari kemacetan setiap jam sibuk selalu ada petugas yang mengatur kelancaran lalu lintas disetiap persimpangan.

4.2.2 Perkembangan Perbatasan Kota

Karena pertumbuhan populasi, dan juga disebabkan perubahan preferensi pemukim dan investor komersial, fungsi perkotaan meluas keluar dari batas administrasinya. Proses suburbanisasi menunjukkan beberapa wajah dalam bagian yang berbeda dari dunia di bawah perbedaan situasi politik, sosial dan ekonomi. Untuk kelompok dengan pendapatan menengah dan tinggi, alasan mendasar bagi pergerakan keluarga ke pinggir kota perbatasan, menjauh dari kawasan kota yang padat ke lokasi yang lebih berstruktur kampung. Harga pasar yang lebih murah telah mendorong pertumbuhan daerah pinggiran. Suburbanisasi dan pembangunan rumah pribadi di pedesaan sering menjadikan pola kegiatan harian masih berorientasi kepada kota, dan memulai arus transportasi untuk jarak yang lebih jauh. Sementara penglaju komuter dan konsumen berpendapatan tinggi terus semakin banyak menggunakan mobil pribadi, kondisi perjalanan bagi orang dengan pendapatan rendah yang Universitas Sumatera Utara bergantung kepada transportasi publik menjadi sulit dan bertambah buruk di sebagian besar kota yang sedang berkembang. Howard menyatakan bahwa daerah pinggiran kota memberikan peluang paling besar untuk usaha-usaha produktif maupun peluang paling menyenangkan untuk bertempat tinggal. Manusia sebagai penghuni daerah pinggiran kota selalu mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya. Adaptasi dan aktivitas ini mencerminkan dan juga mengakibatkan adanya perubahan sosial, ekonomi, kultural, dan lain-lain Daldjoeni, 1987.Tingginya ketersediaan dan kemudahan pemilikan kenderaan pribadi mendukung penyebaran permukiman dengan kepadatan yang rendah. Di kawasan dengan tingkat penggunaan kendaraan bermotor yang tinggi, pengembangan ini masih berlanjut.

4.2.3 Pola Penggunaan Lahan

Pola penggunaan lahan pada lokasi penelitian adalah dibagi atas daerah terbangun dan daerah tak terbangun. Daerah terbangun hampir mendominasi lokasi penelitian berupa kawasan pemukiman, pergudangan, perdagangan, pasar, perkantoran serta pendidikan. Perkantoran yang ada di lokasi adalah BRI, kantor camat, kantor kepala desa, pabrik dan kantor Telkom. Sarana umum yang ada berupa pendidikan SD, SMP, SMA Swasta dan Negeri dan Pasar Pasar Gambir, Pasar Sentria, Pasar Baru, perkantoran, pergudangan, pendidikan terdapat sepanjang Jalan Raya Medan Tembung dengan kondisi yang rapat. Universitas Sumatera Utara Walaupun lokasi ini banyak terdapat daerah perkantoran tetapi tidak semua pelaku perjalanan bekerja dilokasi tersebut. Ini sesuai dengan teori yang dikemukan Hammond dalam Daldjoeni, 1987 dengan adanya peningkatan pelayanan transportasi kota, memudahkan orang bertempat tinggal pada jarak yang jauh dari tempat tinggalnya. Karena adanya kemudahan aksesibilitas bukanlah alasan untuk bertempat tinggal jauh dengan lokasi tempatnya bekerja. Teori Babcock dalam Ismiyati dkk 2008 menekankan pada peranan transportasi dalam mempengaruhi struktur keruangan kota. Faktor utama yang mempengaruhi mobilitas adalah sistem transportasi yang menjadi poros dalam menghubungkan CBD dan daerah bagian luarnya. Aksesibiltas yang ada di lokasi penelitian dalam kondisi cukup baik karena merupakan jalan primer yang dapat menghubungkan lokasi dengan pusat kota. Dalam hal ini kekuatan centripugal dan kekuatan sentripetal centrifugal force dan centripetal force Colby, 1933 dalam Yunus sangat mempengaruhi pergerakan yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.19 berikut Model pengembangan kawasan yang terkonsentrasi agak lebih sederhana, pada kenyataannya kita menemukan segmen ring dengan penggunaan lahan khusus, sebagaimana segmentasi dari populasi berdasarkan parameter sosio-ekonomi. Kelompok dengan penghasilan tinggi tinggal di lokasi pusat kota sedang kelompok dengan berpenghasilan rendah akan merasakan tekanan akibat aktivitas pusat kota. Seperti teori yang dikemukakan Hammond dalam Daldjoeni, 1987 mengemukakan Universitas Sumatera Utara beberapa alasan tumbuhnya daerah pinggiran kota diantaranya adanya peningkatan pelayanan transportasi kota, memudahkan orang bertempat tinggal pada jarak yang jauh dari tempat tinggalnya Pertumbuhan kota memicu timbulnya berbagai kegiatan di pinggiran yang akan menjadi sub-pusat kota. Seperti di kawasan lokasi penelitain. Sub pusat kota akan muncul seperti di persimpangan Jalan Aksara – Jalan Letda Sujono. Perbedaan dalam struktur pengembangan perkotaan memiliki konsekuensi terhadap permintaan dan penyediaan jasa transportasi. Kota yang berorientasi radial akan menunjukkan jalan arteri yang mengarah ke jantung kota, yang memungkinkan penyediaan sistem sarana transporetasi yang berkapasitas tinggi. Jenis pengembangan sektoral tidak akan memiliki permintaan yang terstruktur secara jelas, dan tidak akan mendukung angkutan umum bervolume tinggi, tapi akan memberikan peluang untuk jarak yang singkat antara perumahan dan fungsi lain. Jenis inti yang banyak memunculkan kondisi yang lebih problematik untuk meyediakan angkutan umum yang efisien, dan jarak mungkin terlalu jauh untuk perjalanan non-motor. Di sini, mobil penumpang pribadi akan lebih dominan dipergunakan. Kawasan penelitian adalah kawasan dengan multi fungsi, karena adanya pergudangan, pendidikan, perkantoran dan pasar sehingga membuat kawasan ini menjadi tujuan dari pengguna moda transportasi. Karena fasilitas manufaktur dan kegiatan komersial intensif transportasi lainnya telah pindah dari kawasan pusat ke lokasi yang lebih murah di pinggiran, yang juga mengubah arah perjalanan kerja. Universitas Sumatera Utara Penglaju dari kawasan perumahan ke wilayah pinggiran lebih sulit dengan transportasi publik ketimbang perjalanan ke kawasan pusat, karena jaringan transit tidak dirancang sesuai dengan keperluan itu sehingga penglaju cenderung beralih ke mobil pribadi. Walaupun infrastuktur pendukung sarana transportasi tidak mendukung. Kecenderungan ini dipicu karena adanya rasa kenyamanan dan keamanan selama perjalanan ke tujuan. Dengan meningkatnya kepemilikan mobil, preferensi konsumen beralih ke pusat perbelanjaan yang lebih besar dengan ruang parkis yang lebih besar. Supermarket besar dan mega-store mengambil kuntungan dari kenyataan bahwa harga di daerah pinggiran kota lebih murah. Transportasi publik hanya menguasai sebagian kecil dari perjalanan menuju pasar berbelanja ini. Dalam beberapa dekade terakhir, kantor pusat perusahaan dan kantor lainnya juga pindah ke pinggir kota, sementara CBD pada umumnya mempertahankan jasa bisnis dan konsumen. Universitas Sumatera Utara TOL PTP Kantor Unimed Pemukiman Pemukiman Gubsu RS.Haji Pertokoan Pemukiman Sekolah Jl. Prof. M.Yamin Jl.Letda Sujono Jl.Raya Tembung PemukimansekolahKantor CamatPerekonomian Rel Kereta Api Sumber : Hasil Analisa Penelitian, 2009 Gambar 4.4 Gambaran Lokasi Penelitian Universitas Sumatera Utara Legenda Zon a III Zon a V Zon a II Zon a I Zon a IV U Sumber : Hasil Analisa Penelitian, 2009 Gambar 4.5 Penzoningan Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian Bts Kota Medan Zona - zona Universitas Sumatera Utara

4.3 Analisa