3.8 Kondisi Jalan Lokasi Penelitian
Peningkatan kondisi jalan mengakibatkan tuntutan kendaraan yang melewatinya dalam jumlah yang lebih besar, untuk menjangkau seluruh sudut
kawasan kota diperlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Sejalan dengan meningkatnya kepadatan penduduk perkotaan, maka jumlah perjalananpun
juga semakin meningkat. Apabila peningkatan tersebut tidak diikuti dengan penambahan jalan, akan mengakibatkan terjadinya ketimpangan antara penyediaan
dan permintaan. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan kota, jalan jalan
utamanya telah mengubah lahan pertanian di sepanjang jalan menjadi lahan terbangun, salah satunya adalah perumahan. Munculnya perumahan-perumahan
tersebut akan menambah jumlah pergerakan yang dapat mengganggu arus lalu lintas menerus yang kemudian dapat menurunkan tingkat pelayanan jalan. Penurunan
tingkat layanan tersebut berlangsung pada macetnya lalu lintas jalan, terutama pada saat jam puncak pagi maupun sore. Adanya bangkitan pergerakan penghuni
perumahan dapat mengganggu arus lalu lintas menerus yang kemudian dapat berpengaruh pada tingkat pelayanan jalan utama di perkotaan. Bahwa pembangunan
jalur angkutan terutama jalur jalan darat dengan mudah dapat mengubah tata guna lahan yang ada. Sementara itu, pemerintah daerah diduga tidak dapat memperkirakan
dampak jalan sebagai jalan arteri primer, jika di sepanjang jalan tersebut dibangun
Universitas Sumatera Utara
perumahan-perumahan. Salah satu cara pengklasifikasian jalan, yaitu berdasarkan fungsinya. Jalan memiliki 2 fungsi, yaitu menyelenggarakan pergerakan yang bersifat
menerus, serta merupakan akses ke guna lahan sekitarnya. Berdasarkan kedua fungsi tersebut maka jalan dikelompokkan menjadi jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan
lokal.
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Gambar 3.8 Jalan arteri Kelurahan Tembung
Gambar 3.9 Jalan lokal Kelurahan Tembung
Fasilitas yang ada dalam angkutan publik, bus kota, angkot masih belum memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Masyarakat yang ada dilokasi penelitian
masih tinggi ketergantungannya pada moda angkutan berbasis motor sepeda motor. Terdapat empat alasan dalam penggunaannya, yaitu:
1. Perjalanan menggunakan sepeda motor dari segi pendanaan transportasi lebih
murah dibandingkan dengan menggunakan moda transportasi umum. 2.
Adanya kemudahan dalam kepemilikan sepeda motor. Fasilitas kepemilikan sepeda motor dengan sistem kredit sangat mudah direalisasikan dan sangat
membantu masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Jalurjalan menuju ketempat tujuan lebih mudah diakses dengan menggunakan
sepeda motor tanpa harus melalui jalur-jalur angkutan umum 4.
Dengan menggunakan sepeda motor, tujuan dari pengendara dapat langsung ke tempat tujuan tanpa harus berganti moda transportasi sehingga dapat menghemat
waktu dalam perjalanan. Sebelum adanya jalan propinsi dengan kondisi hotmix daerah ini merupakan
wilayah pinggiran yang tidak ramai. Wilayah ini pada umumnya merupakan lahan pertanian yang subur dengan tanaman berupa padi, jagung, dan palawija. Kondisi
sosial ekonomi penduduk pada umumnya menengah ke bawah dengan mata pencarian dominan di bidang pertanian. Dinamika pergerakan penduduk mobilitas
sebelum ada jalan propinsi yang sudah di hotmix relatif lebih rendah yaitu mobilitas yang dominan bekerja dan sekolah. Tingkat kepadatan permukiman penduduk relatif
jarang karena masih dominan lahan pertanian. Sebelum ada jalan tersebut di wilayah ini sudah ada jalan desa yang di beberapa tempat kondisinya belum begitu baik. Hal
ini menyebabkan aksesibilitas penduduk setempat terhadap daerah lain relatif rendah. Dengan selesainya pembangunan jalan propinsi dengan kondisi hotmix
ternyata mampu meningkatkan aksesibilitas. Dengan tersedianya jaringan jalan beraspal jalan kolektor dan jalan lokal dan tersedia pula angkutan umum yang
cukup serta kepemilikan kendaraan yang semakin banyak menyebabkan dinamika sosial ekonomi penduduk meningkat dibanding sebelum ada pembangunan jalan
tersebut. Aksesibilitas yang baik juga akan mendorong minat swasta dan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
untuk menanamkan modalnya dalam rangka pengembangan perdesaan. Dengan demikian akan memajukan kegiatan perekonomian masyarakat, dan dapat
mengentaskan atau setidaknya dapat mengurangi kemiskinan di daerah perdesaan.
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009
Gambar 3.10 Jalan SMP 26 Kelurahan Tembung Gambar 3.11 Jalan Raya Tembung Desa Tembung
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009
Gambar 3.12 Jalan Stasiun Desa Tembung Gambar 3.13 Jalan M. Yakub Desa Tembung
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009
Gambar 3.14 Jalan Baru Desa Tembung Gambar 3.15 Jalan Titi Sewa Kelurahan Tembung
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009
Gambar 3.16 Tol Kelurahan Bandar Selamat Gambar 3.17 Jalan Letda Sujono Kelurahan Tembung
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009
Gambar 3.18 Angkot 41 Gambar 3.19 Angkot 07
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009
Gambar 3.20 Angkot 65 Gambar 3.21 Angkot 77
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009
Gambar 3.22 Kantor Camat Percut Seituan Gambar 3.23 Perkebunan Bandar Klippa
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009
Gambar 3.24 Pergudangan Kelurahan Tembung Gambar 3.25 SPBU Kelurahan Tembung
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009
Gambar 3.26 Jembatan Titi Sewa Gambar 3.27 Tugu batas KotaKabupaten
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009 Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2009
Gambar 3.28 Desa Tembung Gambar 3.29 Sarana Pendidikan Kelurahan Tembung
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN