Udara Oksigen Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum Penyiapan Starter Fermentasi Nata

Mg 2+ , Ca 2+ dan lainnya sangat diperlukan untuk mengontrol kerja enzim ekstraselluler danmembentuk ikatan polisakarida tersebut.

c. Tingkat Keasaman

Pengukuran pH merupakan parameter yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan produk. Karena sangat pentingnya pH maka sebagian besar proses fermentasi dikendalikan dengan cara buffer atau sistem pengendali pH. Aktivitas pembentukan nata hanya terjadi pada kisaran pH antara 3,5-7,5. Asam asetat glasial ditambahkan ke dalam medium untuk menurunkan pH medium yang optimum yaitu 4. Meskipun bisa tumbuh pada kisaran pH 3,5-7,5, bakteri A.xylinum sangat cocok tumbuh pada suasana asam pH 4,3. Jika kondisi lingkungan dalam suasana basa, bakteri ini akan mengalami gangguan metabolisme selnya.

d. Udara Oksigen

Bakteri A.xylinum merupakan mikrobia aerobik. Dalam pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitasnya, bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Bila kekurangan oksigen, bakteri ini akan mengalami gangguan atau hambatan dalam pertumbuhannya dan bahkan akan segera mengalami kematian. Untuk mencukupi kebutuhan oksigen, pada ruang fermentasi harus tersedia cukup ventilasi. Namun demikian, harus diusahakan agar aliran udara tidak kontak langsung dengan selulosa bakterial dan tidak terlalu kencang masuk ke dalam ruangan . Aliran yang terlalu kencang dan langsung mengenai produk, akan dapat menyebabkan kegagalan dalam proses pembuatan nata.

e. Temperatur

Suhu ideal optimal bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah 28 - 31 o C. kisaran tersebut merupakan suhu kamar pada umumnya di Indonesia. Pada suhu di bawah 28 o C, pertumbuhan bakteri akan terhambat. Demikian juga pada suhu di atas 31 o C bibit nata akan mengalami kerusakan dan bahkan pada suhu ± 40 o C bakteri Acetobacter xylinum akan mati, meskipun enzim ekstraseluler yang telah dihasilkan tetap bekerja membentuk nata. Pambayu,R.,2002. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Aktivitas Acetobacter xylinum pada Fermentasi Nata

Apabila ditumbuhkan pada media yang kaya akan sukrosa, Acetobacter xylinum akan memecah sukrosa ekstraseluler menjadi glukosa dan fruktosa. Senyawa-senyawa glukosa dan fruktosa tersebut baru dikonsumsi sebagai bahan bagi metabolisme sel. Bakteri Acetobacter xylinum merombak gula untuk memperoleh energi yang diperlukan bagi metabolisme sel. Selain itu, bakteri ini juga mengeluarkan enzim yang mampu menyusun mempolimerisasi senyawa glukosa menjadi polisakarida yang dikenal dengan selulosa ekstraseluler. Fruktosa, selain digunakan sebagai sumber energi, juga berperan sebagai induser bagi sintesis enzim ekstraseluler polimerase. Hal ini merupakan salah satu alasan, bahwa sukrosa mempunyai kelebihan dibanding gula sederhana lain dalam fungsinya sebagai substrat pembuat nata. Berdasarkan pada pengamatan morfologi, pembentukan nata oleh bakteri Acetobacter xylinum diawali dengan pembentukan lembaran benang-benang selulosa. Selanjutnya, bakteri ini membentuk mikrofibril selulosa disekitar permukaan tubuhnya hingga membentuk serabut selulosa yang sangat banyak dan dapat mencapai ketebalan tertentu. Pada akhirnya, susunan selulosa tersebut akan tampak seperti lembaran putih transparan dengan permukaan licin dan halus yang disebut nata. Pembentukan selulosa Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh ketersediaan oksigen dan glukosa.Hestrin, S., and M.Schramm., 1954. Pada ruang gelap pembentukan struktur nata relatif lebih cepat dan diperoleh lapisan yang lebih tebal. Widia, 1984. Alat-alat kotor bisa mengambat bahkan mematikan pertumbuhan Acetobacter xylinum. Alat-alat bersih dan steril bisa memacu pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Karena itu, semua peralatan harus disterilkan dulu. Semua peralatan disterilkan dengan cara dikukus dalam dandang atau memakai autoklaf. Air kelapa yang baik untuk proses pembuatan selulosa bakterial ditandai dengan kadar gula yang tinggi jika diminum akan terasa manis. Air kelapa yang bercampur Universitas Sumatera Utara dengan air akan menurunkan hasil nata de coco yang terbentuk. Jika air kelapa bercampur dengan garam tidak akan terbentuk microbial cellulose sehingga tidak akan dihasilkan nata de coco. Air kelapa yang disimpan lebih dari 1 bulan akan menghasilkan nata de coco yang kurang baik. Jika tetap menggunakan air kelapa yang sudah lama disimpan, sebelum digunakan harus ditambah dengan gula pasir.Warisno,2004.

2.3 Fermentasi

Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini menyebabkan perubahan sifat pangan , sebagai akibat dari pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Hasil-hasil fermentasi terutama tergantung pada jenis bahan pangan substrat, macam mikroba dan kondisi sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut. Winarno, F.G.dkk,1997. Tujuan dari proses terakhir ini adalah memproduksi produk seoptimal mungkin, berupa biomassa sel atau metabolit. Proses ini dilakukan dalam fermentor yang berisi medium dengan kandungan gizi yang cukup dan kondisi medium misalnya suhu, pH, nutrient, medium dan homogenitas yang optimal.

2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Fermentasi

1. Medium

Medium harus dapat menyediakan seluruh kebutuhan nutrisi mikroorganisme. Kebutuhan itu meliputi senyawa sumber karbon, nitrogen, mineral, vitamin dan air.

2. Nutrien

Sumber utama yang paling banyak digunakan adalah karbohidrat monosakarida, disakarida dan polisakarida dan hidrokarbon karena bahan tersebut relatif banyak Universitas Sumatera Utara tersedia dan murah.Senyawa mengandung nitrogen umumnya dibutuhkan untuk pembentukan sel dan metabolit yang mengandung nitrogen.Nutrisi lain yang dibutuhkan adalah mineral yang diperlukan untuk berbagai proses metabolisme sel. Air juga nerupakan salah satu nutrien bagi mikroorganisme. Nutrien ini umumnya sudah tersedia melimpah di medium.

3. Suhu

Fermentasi dilakukan pada suhu dimana pertumbuhan sel atau produksi metabolit tertinggi. Berdasarkan suhu pertumbuhan optimum, umumnya mikroorganisme yang digunakan dalam fermentasi tergolong mesofil dengan suhu optimum 20 - 45 °C dan termofil dengan suhu optimum 45 °C.

4. pH

Selama fermentasi berlangsung, umumnya pH medium berubah. Perubahan pH ini dapat mengganggu pertumbuhan sel dan produksi metabolit. Karena itu selama fermentasi berlangsung, pH dipertahankan tetap pada pH optimum. Untuk itu dapat dilakukan dengan penambahan buffer yang tidak dapat dirombak oleh mikroorganisme atau dengan larutan asam atau basa dari luar jika pH berubah. Darwis, 1990 Fermentasi dilakukan pada media cair yang telah diinokulasi dengan starter. Fermentasi berlangsung pada kondisi aerob membutuhkan oksigen. Mikroba tumbuh terutama pada permukaan media. Fermentasi dilangsungkan sampai nata yang terbentuk cukup tebal 1,0 – 1,5 cm. Biasanya ukuran tersebut tercapai setelah 10 hari semenjak diinokulasi dengan starter, dan fermentasi diakhiri pada hari ke 15. Jika fermentasi tetap diteruskan , kemungkinan permukaan nata mengalami kerusakan oleh mikroba pencemar. Nata berupa lapisan putih seperti agar. Lapisan ini adalah massa mikroba berkapsul dari selulosa. Lapisan nata mengandung sisa media yang sangat masam. Rasa dan bau masam tersebut dapat dihilangkan dengan perendaman dan perebusan dengan air bersih. http:www.iptek.net.idindwarintek?mnu=6ttg=6doc=6c15. Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Tahap-Tahap Fermentasi Nata

Adapun tahap-tahap yang dilakukan pada fermentasi Nata adalah sebagai berikut :

a. Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum

Fermentasi nata memerlukan biakan murni Acetobacter xylinum. Biakan murni ini harus dipelihara sehingga dapat digunakan setiap saat diperlukan . pemeliharaan tersebut meliputi : 1. Proses penyimpanan sehingga dalam jangka waktu yang cukup lama viabilitas kemampuan hidup mikroba tetap dipertahankan, dan 2. Penyegaran kembali mikroba yang telah disimpan sehingga terjadi pemulihan viabilitas dan mikroba dapat dapat disiapkan sebagai inokulum fermentasi.

b. Penyiapan Starter

Starter adalah populasi mikroba dalam keadaan murni dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasi pada media fermentasi. Mikroba pada starter tumbuh dengan cepat dan fermentasi segera terjadi. Media starter biasanya identik dengan media fermentasi. Media ini diinokulasi dengan biakan murni dari agar miring yang masih segar. Pada permukaan starter akan tumbuh mikroba membentuk lapisan yang disebut nata. Volume starter disesuaikan dengan volume media fermentasi yang akan disiapkan. Pemakaian yang terlalu banyak tidak dianjurkan karena tidak ekonomis.

c. Fermentasi Nata

Fermentasi nata dilakukan pada media cair yang telah dinokulasi dengan starter. Mikroba tumbuh terutama pada permukaan media fermentasi. Fermentasi dilangsungkan sampai nata yang terbentuk cukup tebal. Lapisan ini adalah massa mikroba berkapsul dari selulosaHasbullah,2001. Universitas Sumatera Utara

2.4 Selulosa