Pada gambar 2. dapat dilihat bahwasanya pada selulosa bakteri dengan adanya variasi penambahan vitamin C 0g; 0,5g; 1,0g; 1,5g dan 2,0g kadar serat maksimum
selulosa bakteri diperoleh dengan penambahan vitamin C sebanyak 1,0g.
Hal ini disebabkan karena Acetobacter xylinum membutuhkan vitamin C untuk mendukung pertumbuhan maupun aktivitas Acetobacter xylinum pada saat fermentasi air
kelapa untuk menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menyusun mempolimerisasi zat gula glukosa menjadi ribuan rantai homopolimer serat atau selulosa.Rindit
Pambayu,2002. Sehingga dengan penambahan vitamin C maka kadar serat selulosa bakteri yang dihasilkan akan semakin meningkat. Penurunan kadar serat selulosa bakteri
pada penambahan vitamin C 2,0g disebabkan karena pH dari air kelapa terlalu rendah atau terlalu asam sehingga menghambat pertumbuhan bakteri, dimana pH optimum
Acetobacter xylium untuk bekerja secara maksimum adalah sekitar pH 4-3.
4.4.3 Kadar Air Selulosa Bakterial
Kadar air yang diperoleh pada selulosa bakterial dengan penambahan vitamin C sebanyak 1,0 g adalah 86,82. Adanya aktivitas kerja mikroba Acetobacter xylinum selama proses
fermentasi air kelapa berlangsung, dimana menurut Wahyudin, bakteri Acetobacter xylinum apabila ditambahkan pada medium gula, membentuk polisakarida yang dikenal
dengan selulosa ekstraselluler dan dapat mengalami oksidasi lanjutan, yaitu mampu mengoksidasi asam asetat menjadi CO
2
dan H
2
O. Sehingga semakin tingginya kadar gula yang ditambahkan maka, semakin tinggi pula kadar air yang dihasilkan.
4.4.4 Kadar Abu Selulosa Bakterial
Kadar abu yang diperoleh pada selulosa bakterial dengan penambahan vitamin C sebanyak 1,0 g adalah 1,57. Menurut Sudarmadji, abu adalah zat anorganik sisa hasil
pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu
Universitas Sumatera Utara
bahan yang dihasilkan. Selain itu, pengaruh suhu, pH, dan bahan kimia lainnya juga dapat mempengaruhi kadar abu suatu bahan.
4.4.5 Uji Organoleptik
Uji organoleptik terhadap tekstur, warna, rasa dan aroma selulosa bakterial dilakukan oleh panelis. Pada tabel dapat dilihat bahwa untuk uji organoleptik terhadap tekstur
selulosa bakterial , para panelis lebih menyukai selulosa bakterial dengan penambahan vitamin C sebanyak 1,0g. Hal ini disebakan karena teksturnya lebih halus dan kenyal.
Untuk uji organoleptik terhadap warna selulosa bakterial, para panelis lebih menyukai selulosa bakterial dengan penambahan vitamin C sebanyak 0g. Hal ini disebabkan karena
warnanya lebih menarik. Untuk uji organoleptik terhadap rasa selulosa bakterial, para panelis lebih menyukai selulosa bakterial dengan penambahan vitamin C sebanyak 1,0g.
Hal ini disebabkan karena rasanya lebih enak. Untuk uji organoleptik terhadap aroma selulosa bakterial, para panelis lebih menyukai selulosa bakterial dengan penambahan
vitamin C sebanyak 1,0g. Hal ini disebabkan karena aromanya lebih harum.
4.4.6 Uji Tarik Selulosa Bakterial