16
2.3. Kebijakan Fiskal dan Moneter
Kebijakan Fiskal pada dasarnya merupakan kebijakan yang mengatur tentang penerimaan dan pengeluaran negara. Penerimaan negara bersumber dari
pajak, penerimaan bukan pajak dan bahkan penerimaan yang berasal dari pinjamanbantuan dari luar negeri sebelum masa reformasi dikategorikan sebagai
penerimaan negara. Pinjaman luar negeri dimasukkan dalam APBN sifatnya hanya in and out, artinya penerimaan dari sumber ini akan tercantum sebagai
penerimaan negara dalam tahun anggaran yang sama, merupakan sumber pengeluaran pembangunan untuk membiayai berbagai proyek pembangunan
dalam jumlah yang sama. Dengan demikian, kebijakan fiskal sebenarnya merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan terbatas pada sumber-
sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN. Kebijakan ini mencakup besarnya target penerimaan pajak langsung dan
tidak langsung, target penerimaan bukan pajak termasuk dividen yang berasal dari BUMN serta besarnya rencana penerimaan dari luar negeri, baik dari pinjaman
maupun dari hibah. Pada sisi pengeluaran pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu untuk pengeluaran yang bersifat rutin, misalnya untuk
pembayaran gaji dan belanja barang, serta pengeluaran yang bersifat pembangunan yang bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri serta tabungan
pemerintah public saving. Tabungan pemerintah berasal dari penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin sebagaimana tercantum dalam APBN setiap
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
17
tahun yang menggunakan prinsip anggaran berimbang atau balanced budget yang diterapkan sebelum masa reformasi.
Pada dasarnya kebijakan fiskal yang diterapkan selama tahun fiskal 1993- 1998 tetap melanjutkan kebijakan fiskal yang dijalankan sebelumnya, yaitu suatu
kebijakan fiskal yang hati-hati prudent. Implikasinya adalah pada setiap tahun anggaran harus diupayakan adanya surplus anggaran. Selain itu, kebijakan fiskal
tidak boleh menjadi alat pemicu terjadinya inflasi yang tidak terkendali. Demikian pula, kebijakan fiskal yang diterapkan harus dapat berfungsi sebagai instrumen
untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang berkesinambungan sustainable. Jadi sampai batas-batas tertentu kebijakan fiskal juga berfungsi
sebagai alat stimulus ekonomi, meskipun perkembangan sektor riil dan pertumbuhan PDB yang rata-rata mencapai 7 setiap tahun, terutama diandalkan
dari pertumbuhan investasi baik domestik maupun dari luar negeri. Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian Indonesia Sistem
perekonomian terbuka yang dianut oleh Indonesia, menyebabkan prekonomian Indonesia tidak dapat menghindar dari setiap perkembangan perekonomian dunia,
dan membawa konsekuensi adanya keterkaitan yang erat, baik melalui arus barang, jasa maupun arus modal.
Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia, juga sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian Indonesia. Berbagai kajian dan studi empiris yang
dikeluarkan oleh berbagai lembaga termasuk dari lembaga-lembaga seperti IMF,
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
18
Bank Dunia dan ADB, tidak satupun yang menyimpulkan bahwa krisis yang dialami oleh negara-negara di Asia Tenggara yang dimulai pertengahan 1997 di
Thailand kemudian merebak ke negara-negara lain, termasuk Indonesia bersumber dari kebijakan fiskal yang salah.
Berbagai indikator fundamental ekonomi pada masa itu, yang merata di negara-negara Asia Tenggara menunjukkan bahwa keadaan fundamental
ekonomi, pada dasarnya masih dapat dikategorikan dalam keadaan sehat atau terkendali manageable, meskipun terdapat indikator yang agak merisaukan yaitu
membesarnya defisit transaksi berjalan pada neraca pembayaran. Gejala meningkatnya defisit transaksi berjalan secara nyata dan relatif tingginya inflasi
yang dialami perekonomian Indonesia menunjukan perekonomian Indonesia masih mengalami pemanasan atau overheating.
Pemanasan ekonomi bersumber dari naiknya permintaan agregat secara kurang proposional dengan penawaran agregat, oleh karena itu pengendalian
pemanasan ekonomi dilakukan dengan pengendalian permintaan agregat. Dalam jangka pendek permintaan agregat dapat naik dengan cepat sedangkan penawaran
agregat relatif tetap karena menyangkut kapasitas produksi. Permintaan agregat yang naik sebagian dipenuhi dengan barang domestik
dan sebagian lagi dengan barang impor, yang dapat memperburuk defisit transaksi berjalan. Unsur permintaan agregat bersumber dari permintaan masyarakat dan
pemerintah. Secara garis besar konsumsi masyarakat dapat dikendalikan dengan
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
19
kebijakan moneter sedangkan belanja pemerintah dapat dikendalikan dengan kebijakan fiskal terutama yang menyangkut pengeluaran negara.
Kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi berperan penting dalam suatu perekonomian. Peranan tersebut tercermin pada kemampuannya
mempengaruhi stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran. Oleh karena itu, seringkali hal-hal
ini menjadi sasaran akhir dari kebijakan moneter. Secara ideal, semua sasaran akhir tersebut di atas dapat dicapai secara
bersamaan. Namun seringkali pencapaian sasaran-sasaran akhir tersebut mengandung unsur-unsur yang kontradiktif Ascarya, 2002. Misalnya, usaha
untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja pada umumnya dapat berdampak negatif terhadap kestabilan harga dan
keseimbangan neraca pembayaran. Sementara itu, dalam jangka panjang kebijakan moneter bersifat netral dan hanya dapat mempengaruhi harga. Oleh
karena itu dalam undang-undang bank sentral ada kecenderungan bahwa sasaran akhir dari kebijakan moneter adalah stabilisasi harga
Kebijakan moneter yang terutama dilakukan dengan pengendalian jumlah uang beredar yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap
mengendalikan inflasi, serta pengendalian kestabilan neraca pembayaran. Pertumbuhan jumlah uang yang beredar yang terlalu rendah walaupun akan
menurunkan inflasi dan defisit transaksi berjalan secara signifikan, akan tetapi hal
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
20
ini dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang agak rendah. Sebaliknya, pertumbuhan jumlah uang beredar yang terlalu tinggi dapat mendorong
perekonomian tinggi, tetapi akan menghasilkan inflasi dan defisit transasksi berjalan yang juga meningkat. Dalam kaitan ini dalam tahun anggaran 19961997,
dengan pertumbuhan ekonomi 7,98 persen, pertumbuhan jumlah uang beredar M1 dan likuiditas perekonomian M2 dapat dikendalikan masing-masing
tingkat 19,6 persen dan 26,7 persen. Selain kebijakan moneter, pemerintah mengendalikan perekonomian
nasional melalui kebijakan fiskal. Kebijakan belanja rutin didasarkan atas prinsip efesiensi tanpa mengurangi kualitas pelayanan kepada masyarakat, sedangkan
kebijakan belanja pembangunan didasarkan atas prinsip lebih mengutamakan belanja pembangunan untuk sektor-setor strategis dan mempunyai dampak
pengganda yang besar bagi perekonomian nasional. Dalam kaitan ini dalam tahun anggaran 19961997, pertumbuhan belanja rutin telah diupayakan menurun dari
19,2 persen dalam tahun anggaran sebelumnya menjadi 17,2 persen atau dari Rp16.568,00 miliar, sedangkan pertumbuhan belanja pembangunan naik dari 6,2
persen dalam tahun anggaran sebelumnya menjadi 16,2 persen atau menjadi Rp 33.454,35 miliar.
Sementara itu, berbagai kebijakan deregulasi di sektor riil terus dilakukan. Beberapa kebijakan penting tersebut antara lain adalah Paket deregulasi 27 Juni
1994, Paket Deregulasi 23 Mei 1995, Paket Deregulasi 26 Januari 1996, Paket
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
21
Deregulasi 4 Juni 1994, serta Paket Deregulasi Juli 1997. Paket-paket deregulasi ini, antara lain berisi penurunan tarif, penyederhanaan prosedur, penanaman
modal, dan kebijaksanaan perkreditan. Salah satu tujuan dari keseluruhan paket tersebut adalah untuk memperlancar distribusi dan penyediaan berbagai barang
dan jasa kebutuhan rakyat serta untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia dalam menghadapi persaingan global Muhammad, 2007.
2.4. Jumlah Uang Beredar