59
lebih besar dari nilai koefisien regresi model 1, maka dapat disimpulkan bahwa pada model tersebut tidak ditemukan masalah multikolinieritas.
b. Autokorelasi
Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam model penelitian ini dilakukan dengan uji Lagrange Multiplier Test LM test. Berikut ini hasil dari
uji Lagrange Multiplier Test LM test sebagaimana ditampilkan pada tabel. Tabel 4.7. Hasil Estimasi Uji Autokorelasi dengan LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
0.119130 Probability 0.888822
ObsR-squared 0.402814 Probability
0.817579
Sumber: Lampiran 3. Hasil uji LM test di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai X
2 hitung
ObsR- squared = 0,4028 dengan probability 0,8175 yang berarti tidak signifikan.
Dengan demikian hipotesis nol H yang menyatakan bahwa tidak ada
autokorelasi tidak dapat ditolak. Artinya dalam model yang diestimasi tersebut tidak mengandung korelasi serial autokorelasi antar faktor pengganggu error
term.
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
60
4.4. Pembahasan 4.4.1. Pengeluaran Pemerintah untuk Dana Rutin
Dari hasil estimasi diketahui bahwa pengeluaran pemerintah untuk dana rutin berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran rutin pemerintah bertujuan agar pelaksanaan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah dapat berlangsung sebagaimana direncanakan. Oleh
karena itu pengeluaran rutin pada umumnya adalah biaya pegawai dan belanja rutin alat-alat perkantoran dan dinas, yang bertujuan untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas-tugas aparatur negara. Dengan demikian, bahwa pengeluaran rutin pemerintah tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas
perekonomian, sehingga pengeluaran rutin tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nurlina 2004 bahwa pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
di Nanggroe Aceh Darussalam. Hasil temuan ini juga sejalan dengan studi yang dilakukan Nasution 2005 bahwa pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi propinsi-propinsi di Indonesia. Pengeluaran rutin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi merupakan
dampak tidak langsung, karena pengeluaran rutin tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas ekonomi, sehingga berpengaruh tidak signifikan.
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
61
4.4.2. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan
Dari hasil estimasi diketahui bahwa pengeluaran pemerintah untuk pembangunan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan bertujuan agar roda perekonomian dapat berkembangan dengan semakin meningkatnya pembangunan
sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah. Adanya pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah secara langsung dapat mempengaruhi
perekonomian suatu daerah dan memberikan efek pengganda. Hal ini sesuai dengan Wijaya 2000 yang mengatakan bahwa pengeluaran
pemerintah mempunyai efek pengganda multiplier effect dan merangsang kenaikan pendapatan nasional yang lebih besar daripada pembayaran dalam
jumlah yang sama. Pengeluaran pemerintah akan menaikkan pendapatan serta produksi secara berganda sepanjang perekonomian belum mencapai tingkat
kesempatan kerja penuh full employment karena ia menaikkan permintaan agregatif didasarkan pada anggapan bahwa pengeluaran pemerintah tidaklah pada
proyek-proyek yang menghalangi atau menggantikan investasi sektor swasta. Karena pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah sebenarnya bertujuan untuk
membangun sarana dan prasarana yang bermanfaat dan memudahkan bagi investor dalam melakukan investasi.
Oleh karena itu investasi pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah berbeda dengan investasi yang dilakukan oleh sektor swasta. Pembangunan yang
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
62
dilakukan oleh pemerintah tidak secara langsung berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian masyarakat melalui pendapatan dan kesempatan kerja,
tetapi memberikan sarana dan prasarana bagi kelancaran investasi oleh pihak swasta. Investasi pihak swasta inilah yang secara langsung berdampak terhadap
perekonomian masyarakat karena akan memberikan lapangan kerja dan pendapatan yang cukup lama kepada masyarakat.
Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan yang tidak signifikan juga berhubungan dengan jumlah dana yang dialokasikan pemerintah untuk
pembangunan tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari statistik ekonomi Indonesia, rata-rata biaya pembangunan yang dikeluarkan pemerintah selama
periode penelitian adalah sebesar 47,22 dari total pembiayaan pemerintah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
4.4.3. Jumlah Uang Beredar
Dari hasil estimasi diketahui bahwa jumlah uang beradar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian ini
sesuai dengan hipotesa Keynes, yakni, penawaran uang Money Supply memiliki pengaruh positif terhadap output dan pertumbuhan ekonomi. Apabila terjadi
kelebihan jumlah uang beredar, Bank Indonesia akan mengambil kebijakan menurunkan tingkat suku bunga. Kondisi ini mendorong para investor untuk
melakukan investasi, yang pada akhirnya akan menciptakan kenaikan output dan
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
63
memicu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, permintaan uang akan memiliki hubungan negatif terhadap output, meningkatnya permintaan uang akan
berdampak pada peningkatan tingkat suku bunga dan pada akhirnya berakibat pada penurunan output.
Untuk menjaga kestabilan nilai mata uang, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter diberikan beberapa wewenang dalam melakukan tugasnya. Dengan
merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mengendalikan uang beredar dan suku bunga dalam perekonomian agar dapat mendukung pencapaian
tujuan kestabilan nilai uang tidak boleh dilakukan secara fleksibel. Hal ini akan mempersulit dan menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi terkendala dan lesu jika
Bank Indonesia terlalu intervensi dalam hal pengendalian jumlah uang beredar. Sebaliknya, pengendalian uang beredar dan suku bunga tidak boleh terlalu longgar
karena akan menyebabkan tidak terpeliharanya kestabilan nilai uang, yang akan mendorong merosotnya kepercayaan masyarakat dan mempersulit perencanaan
bisnis para pengusaha. Hasil analisa dan pemantauan yang dilakukan oleh bank sentral kemudian akan digunakan dalam melaksanakan kebijakan moneternya
baik melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga. Hasil studi yang dilakukan Naury 2005 yang menganalisis jumlah uang
beredar, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1970 – 2002, menemukan bahwa pada uji kausalitas granger menemukan bahwa jumlah uang
beredar M2 memiliki hubungan dengan tingkat bunga i dan pertumbuhan
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
64
ekonomi PDB memiliki hubungan dengan jumlah uang beredar M2 secara signifikan.
Menurut Seftarita 2005 terdapat hubungan jangka panjang yang stabil antara kebijakan pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek,
jumlah uang beredar dan kredit sebagai variabel moneter memiliki hubungan jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti dalam periode yang
sama, jumlah uang beredar akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian Hutabarat, dkk 2001 menunjukkan bahwa PDB berkorelasi erat dengan peubah moneter antara lain nilai tukar rupiah, jumlah uang
beredar terutama uang kartal, dan besarnya KLBI yang dikeluarkan oleh pemerintah, posisi kredit sektoral dan suku bunga kredit. Hubungan korelasi ini
menunjukkan angka positif, yang memberi pengertian bahwa perkembangan indikator moneter secara parsial searah dengan perkembangan PDB.
4.4.4. Penerimaan Pajak Tahun Sebelumnya
Dari hasil estimasi diketahui bahwa penerimaan pajak tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehubungan
dengan kondisi tersebut, Arifin 2001 menjelaskan bahwa ekstensifikasi pajak dan retribusi di daerah-daerah cukup menghambat aktivitas perekonomian, dari
sisi meningkatnya biaya transaksi, yang pada gilirannya menahan laju
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
65
perkembangan ekonomi daerah-daerah itu sendiri pada tahun berjalan. Sementara itu, kebijakan-kebijakan daerah yang difokuskan pada usaha-usaha yang
memberikan kontra-prestasi atau layanan kepada para pembayar pajak dan retribusi cenderung diabaikan. Pungutan pajak tahun berjalan baru akan dapat
digunakan pada periode tahun selanjutnya, sehingga penerimaan pajak tahun sebelumnya akan menjadi dana pemerintah salah satu untuk pengeluaran
pembangunan pada tahun selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Seftarita 2005 yang mengatakan bahwa variabel kebijakan fiskal, meliputi investasi pemerintah,
pajak, dan utang luar negeri, tidak memiliki hubungan jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, bahwa kebijakan fiskal pada tahun
berjalan dapat saja berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi dalam jangka panjang dana yang diperoleh dari kebijakan pemerintah tersebut
akan digunakan sebagai dana pembiayaan pemerintah. Penemuan tersebut mendukung adanya pendapat bahwa pemerintah memegang peranan penting
dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab terdahulu maka diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil estimasi menunjukkan bahwa aspek fiskal dan moneter berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat kepercayaan 99 persen atau
g=1 , dengan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 99,54 persen.
2. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah
baik rutin dan pembangunan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan jumlah uang beredar dan
penerimaan pajak tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing pada
g=1 dan g=10 . Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin
meningkat dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah, jumlah uang beredar, dan penerimaan pajak tahun sebelumnya.
3. Berdasarkan hasil estimasi model diketahui bahwa kondisi perekonomian
sesudah krisis ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan
66
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008.
67
ekonomi Indonesia semakin buruk setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997.
5.2. Saran