Autokorelasi Kesimpulan Drs. Rujiman, MA. 4. Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D

59 lebih besar dari nilai koefisien regresi model 1, maka dapat disimpulkan bahwa pada model tersebut tidak ditemukan masalah multikolinieritas.

b. Autokorelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam model penelitian ini dilakukan dengan uji Lagrange Multiplier Test LM test. Berikut ini hasil dari uji Lagrange Multiplier Test LM test sebagaimana ditampilkan pada tabel. Tabel 4.7. Hasil Estimasi Uji Autokorelasi dengan LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.119130 Probability 0.888822 ObsR-squared 0.402814 Probability 0.817579 Sumber: Lampiran 3. Hasil uji LM test di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai X 2 hitung ObsR- squared = 0,4028 dengan probability 0,8175 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian hipotesis nol H yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi tidak dapat ditolak. Artinya dalam model yang diestimasi tersebut tidak mengandung korelasi serial autokorelasi antar faktor pengganggu error term. Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008. 60 4.4. Pembahasan 4.4.1. Pengeluaran Pemerintah untuk Dana Rutin Dari hasil estimasi diketahui bahwa pengeluaran pemerintah untuk dana rutin berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran rutin pemerintah bertujuan agar pelaksanaan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah dapat berlangsung sebagaimana direncanakan. Oleh karena itu pengeluaran rutin pada umumnya adalah biaya pegawai dan belanja rutin alat-alat perkantoran dan dinas, yang bertujuan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas-tugas aparatur negara. Dengan demikian, bahwa pengeluaran rutin pemerintah tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas perekonomian, sehingga pengeluaran rutin tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nurlina 2004 bahwa pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Nanggroe Aceh Darussalam. Hasil temuan ini juga sejalan dengan studi yang dilakukan Nasution 2005 bahwa pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi propinsi-propinsi di Indonesia. Pengeluaran rutin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi merupakan dampak tidak langsung, karena pengeluaran rutin tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas ekonomi, sehingga berpengaruh tidak signifikan. Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008. 61

4.4.2. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan

Dari hasil estimasi diketahui bahwa pengeluaran pemerintah untuk pembangunan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan bertujuan agar roda perekonomian dapat berkembangan dengan semakin meningkatnya pembangunan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah. Adanya pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah secara langsung dapat mempengaruhi perekonomian suatu daerah dan memberikan efek pengganda. Hal ini sesuai dengan Wijaya 2000 yang mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah mempunyai efek pengganda multiplier effect dan merangsang kenaikan pendapatan nasional yang lebih besar daripada pembayaran dalam jumlah yang sama. Pengeluaran pemerintah akan menaikkan pendapatan serta produksi secara berganda sepanjang perekonomian belum mencapai tingkat kesempatan kerja penuh full employment karena ia menaikkan permintaan agregatif didasarkan pada anggapan bahwa pengeluaran pemerintah tidaklah pada proyek-proyek yang menghalangi atau menggantikan investasi sektor swasta. Karena pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah sebenarnya bertujuan untuk membangun sarana dan prasarana yang bermanfaat dan memudahkan bagi investor dalam melakukan investasi. Oleh karena itu investasi pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah berbeda dengan investasi yang dilakukan oleh sektor swasta. Pembangunan yang Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008. 62 dilakukan oleh pemerintah tidak secara langsung berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian masyarakat melalui pendapatan dan kesempatan kerja, tetapi memberikan sarana dan prasarana bagi kelancaran investasi oleh pihak swasta. Investasi pihak swasta inilah yang secara langsung berdampak terhadap perekonomian masyarakat karena akan memberikan lapangan kerja dan pendapatan yang cukup lama kepada masyarakat. Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan yang tidak signifikan juga berhubungan dengan jumlah dana yang dialokasikan pemerintah untuk pembangunan tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari statistik ekonomi Indonesia, rata-rata biaya pembangunan yang dikeluarkan pemerintah selama periode penelitian adalah sebesar 47,22 dari total pembiayaan pemerintah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

4.4.3. Jumlah Uang Beredar

Dari hasil estimasi diketahui bahwa jumlah uang beradar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan hipotesa Keynes, yakni, penawaran uang Money Supply memiliki pengaruh positif terhadap output dan pertumbuhan ekonomi. Apabila terjadi kelebihan jumlah uang beredar, Bank Indonesia akan mengambil kebijakan menurunkan tingkat suku bunga. Kondisi ini mendorong para investor untuk melakukan investasi, yang pada akhirnya akan menciptakan kenaikan output dan Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008. 63 memicu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, permintaan uang akan memiliki hubungan negatif terhadap output, meningkatnya permintaan uang akan berdampak pada peningkatan tingkat suku bunga dan pada akhirnya berakibat pada penurunan output. Untuk menjaga kestabilan nilai mata uang, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter diberikan beberapa wewenang dalam melakukan tugasnya. Dengan merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mengendalikan uang beredar dan suku bunga dalam perekonomian agar dapat mendukung pencapaian tujuan kestabilan nilai uang tidak boleh dilakukan secara fleksibel. Hal ini akan mempersulit dan menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi terkendala dan lesu jika Bank Indonesia terlalu intervensi dalam hal pengendalian jumlah uang beredar. Sebaliknya, pengendalian uang beredar dan suku bunga tidak boleh terlalu longgar karena akan menyebabkan tidak terpeliharanya kestabilan nilai uang, yang akan mendorong merosotnya kepercayaan masyarakat dan mempersulit perencanaan bisnis para pengusaha. Hasil analisa dan pemantauan yang dilakukan oleh bank sentral kemudian akan digunakan dalam melaksanakan kebijakan moneternya baik melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga. Hasil studi yang dilakukan Naury 2005 yang menganalisis jumlah uang beredar, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1970 – 2002, menemukan bahwa pada uji kausalitas granger menemukan bahwa jumlah uang beredar M2 memiliki hubungan dengan tingkat bunga i dan pertumbuhan Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008. 64 ekonomi PDB memiliki hubungan dengan jumlah uang beredar M2 secara signifikan. Menurut Seftarita 2005 terdapat hubungan jangka panjang yang stabil antara kebijakan pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek, jumlah uang beredar dan kredit sebagai variabel moneter memiliki hubungan jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti dalam periode yang sama, jumlah uang beredar akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian Hutabarat, dkk 2001 menunjukkan bahwa PDB berkorelasi erat dengan peubah moneter antara lain nilai tukar rupiah, jumlah uang beredar terutama uang kartal, dan besarnya KLBI yang dikeluarkan oleh pemerintah, posisi kredit sektoral dan suku bunga kredit. Hubungan korelasi ini menunjukkan angka positif, yang memberi pengertian bahwa perkembangan indikator moneter secara parsial searah dengan perkembangan PDB.

4.4.4. Penerimaan Pajak Tahun Sebelumnya

Dari hasil estimasi diketahui bahwa penerimaan pajak tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehubungan dengan kondisi tersebut, Arifin 2001 menjelaskan bahwa ekstensifikasi pajak dan retribusi di daerah-daerah cukup menghambat aktivitas perekonomian, dari sisi meningkatnya biaya transaksi, yang pada gilirannya menahan laju Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008. 65 perkembangan ekonomi daerah-daerah itu sendiri pada tahun berjalan. Sementara itu, kebijakan-kebijakan daerah yang difokuskan pada usaha-usaha yang memberikan kontra-prestasi atau layanan kepada para pembayar pajak dan retribusi cenderung diabaikan. Pungutan pajak tahun berjalan baru akan dapat digunakan pada periode tahun selanjutnya, sehingga penerimaan pajak tahun sebelumnya akan menjadi dana pemerintah salah satu untuk pengeluaran pembangunan pada tahun selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Seftarita 2005 yang mengatakan bahwa variabel kebijakan fiskal, meliputi investasi pemerintah, pajak, dan utang luar negeri, tidak memiliki hubungan jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, bahwa kebijakan fiskal pada tahun berjalan dapat saja berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi dalam jangka panjang dana yang diperoleh dari kebijakan pemerintah tersebut akan digunakan sebagai dana pembiayaan pemerintah. Penemuan tersebut mendukung adanya pendapat bahwa pemerintah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008. 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab terdahulu maka diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil estimasi menunjukkan bahwa aspek fiskal dan moneter berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat kepercayaan 99 persen atau g=1 , dengan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 99,54 persen. 2. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah baik rutin dan pembangunan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan jumlah uang beredar dan penerimaan pajak tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing pada g=1 dan g=10 . Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah, jumlah uang beredar, dan penerimaan pajak tahun sebelumnya. 3. Berdasarkan hasil estimasi model diketahui bahwa kondisi perekonomian sesudah krisis ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan 66 Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008. 67 ekonomi Indonesia semakin buruk setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997.

5.2. Saran