Penelitian Sebelumnya Drs. Rujiman, MA. 4. Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D

29 Y = C Y – T + I r + G + NXe Persamaan ini menyatakan bahwa permintaan agregat Y adalah jumlah konsumsi C, investasi I, belanja pemerintah G, dan ekspor neto NX. Konsumsi bergantung secara positif pada disposable income Y – T. Investasi berhubungan secara negatif dengan tingkat bunga, yang sama dengan tingkat bunga dunia r . Ekspor neto berhubungan secara negatif dengan kurs e.

2.7. Penelitian Sebelumnya

Arni 1999, melakukan studi analisa dampak kebijakan fiskal terhadap keseimbangan internal ekonomi makro Indonesia. Dari hasil analisa disimpulkan bahwa, kebijakan peningkatan pajak pendapatan memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan GDP tetapi menurunkan penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan hasil analisa ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan, yaitu: kebijakan meningkatkan pengeluaran pemerintah dan pajak pendapatan sangat berarti dalam perbaikan ekonomi Indonesia. Menurut hasil studi Aschauer 2000, beban pajak sehubungan dengan pengakumulasian modal publik dapat memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh negatif tersebut misalnya melalui pajak yang secara berlebihan dibebankan kepada sektor swasta sehingga pada akhirnya akan menurunkan laju pertumbuhan ekonomi. Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008. 30 Penelitian yang dilakukan Abdullah 2001 untuk mengetahui peranan sektor publik terhadap pertumbuhan ekonomi regeional Indonesia, menurunkan sebuah persamaan yang mana tingkat pertumbuhan PDRB dapat dipecah dalam dikontribusi tenaga kerja, investasi swasta dan pengeluaran pembangunan serta pengeluaran rutin, juga penerimaan dari pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan pajak dalam istilah produktivitas dan sumbangannya terhadap PDRB. Data PDRB yang digunakan adalah PDRB harga berlaku tanpa migas, tenaga kerja dengan penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut propinsi dan status pekerjaan utama, dan data investasi diproksi dengan kredit yang dikeluarkan oleh Bank umum menurut provinsi sedangkan pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin serta PAD, bagi hasil pajak dan bukan pajak dari APBD propinsi. Dengan mentransformasi model kedalam bentuk Generalized Least Squares dan selanjutnya diestimasi dengan OLS menghasilkan bahwa penerimaan dari PAD, bagi hasil pajak dan bukan pajak adalah signifikan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi regional, pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin signifikan positif. Hasil studi yang dilakukan Brata 2004 tentang komposisi penerimaan sektor publik dan pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia, diketahui bahwa dua komponen pendapatan penting yang berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Sumbangan dan Bantuan. Salah satu unsur Pendapatan Asli Daerah adalah pajak. Data yang ada Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008. 31 secara umum memberikan indikasi adanya disparitas penerimaan Pemda Tkt I antar propinsi. Disparitas pada komponen-komponen penerimaan tersebut juga tampak kendati tingkat ekonominya seimbang. Adapun dari hasil estimasi ditemukan bahwa tidak seluruh komponen penerimaan Pemda Tkt I memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional yang dilihat dari PDRB per kapita. Selain itu terdapat pula indikasi bahwa komponen penerimaan pemerintah daerah tersebut lebih memiliki hubungan yang kuat dengan PDRB non-migas daripada PDRB migas. Hasil studi yang dilakukan Naury 2005 yang menganalisis jumlah uang beredar, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi di indonesia tahun 1970 – 2002, menemukan bahwa pada uji kausalitas granger menemukan bahwa jumlah uang beredar M2 memiliki hubungan dengan tingkat bunga i dan pertumbuhan ekonomi PDB memiliki hubungan dengan jumlah uang beredar M2 secara signifikan. Dimana, Peningkatan dari M2 akan menyebabkan peningkatan nilai dari suku bunga dan peningkatan dari pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan peningkatan dari jumlah uang beredar M2. Selanjutnya berdasarkan studi yang dilakukan Seftarita 2005 mengenai kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, memperlihatkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi antar variabel yang memperlihatkan adanya hubungan jangka panjang yang stabil antara kebijakan pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek, jumlah uang Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. USU e-Repository © 2008. 32 beredar dan kredit sebagai variabel moneter memiliki hubungan jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel kebijakan fiskal, meliputi investasi pemerintah, pajak, dan utang luar negeri, tidak memiliki hubungan jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa dalam jangka panjang, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal tidak saling bertentangan. Sedangkan pada jangka pendek, terdapat potensi konflik antara dua kebijakan tersebut terutama dalam kaitannya dengan permintaan agregat. Penemuan tersebut mendukung adanya pendapat bahwa pemerintah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.

2.8. Hipotesis