litigasi melalui pengadilan yaitu Pengadilan Negeri setempat. Di dalam perjanjian ini tidak diatur mengenai Arbitrase.
2. Pelatihan
Berdasarkan Franchise XX mengenai Pelatihan diatur di dalam Pasal 13 perjanjian tersebut.
Pasal 13 REKRUTMEN DAN PELATIHAN
1. OWNER melakukan training untuk karyawan yang akan ditempatkan
sebagai Operator Outlet franchise xx di lokasi usaha. 2.
OWNER berkewajiban memberikan pengetahuan atau pelatihan training yang berkaitan dengan proses usahanya kepada Operator
Outlet MITRA selama 1 satu minggu. 3.
Segala biaya yang timbul setelah melakukan training dan setelah beroperasinya lokasi usaha, seperti gaji, transportasi, makan, tempat
tinggal operator outlet ditanggung dan dibayar oleh OWNER dan MITRA.
4. OWNER melakukan training kepada operator outlet usaha untuk produk
baru, standarisasi dan lain-lain serta menanggung segala biaya yang terjadi atasnya.
Ketentuan mengenai Pelatihan diatur di dalam Pasal tersebut tetapi kelemahannya terletak pada tidak ditanggungnya seluruh biaya yang
diperlukan selama pelatihan berlangsung. Tetapi sudah cukup bagus karena
Dupa Andhyka S.Kembaren : Kedudukan Hukum Ukm Selaku Franchisee Terwaralaba Dalam Pengaturan Franchise Waralaba Di Indonesia, 2009
franchisor masih peduli dalam memberikan pelatihan kepada franchisee, sementara berdasarkan kontrak dalam franchise YY tidak diatur sama sekali
mengenai pelatihan, hal ini sangatlah tidak baik dan kurang tepat, biaya yang harus dikeluarkan terwaralaba tidak sesuai dengan fasilitas yang diterima,
biaya waralaba nya mahal. Tetapi tidak dibarengi dengan fasilitas pelatihan yang sangat diperlukan oleh terwaralaba dalam menjalankan usahanya.
3. Keadaan Kahar Force Majeur
Keadaan Kahar Force Majeur di dalam perjanjian franchise xx diatur di dalam pasal 21 yang berbunyi:
KEADAAN KAHAR
1. Yang dimaksud dengan keadaan kahar dalam perjanjian ini adalah peristiwa
atau kejadian di luar kekuasaan manusia seperti bencana alam, gempa bumi, perang, epidemi ataupun huru-hara.
2. Dalam hal terjadi keadaan kahar, maka MITRA atau OWNER wajib
memberitahukan secara tertulis dalam waktu 1 satu x 24 dua puluh empat jam, satu sama lain terhitung sejak terjadinya keadaan kahar
tersebut. 3.
Selama masa perbaikan, pemenuhan kewajiban-kewajiban berdasarkan perjanjian dianggap diberikan perpanjangan waktu selama 30 tiga puluh
hari terhitung sejak tanggal yang ditetapkan secara tertulis oleh OWNER.
Dupa Andhyka S.Kembaren : Kedudukan Hukum Ukm Selaku Franchisee Terwaralaba Dalam Pengaturan Franchise Waralaba Di Indonesia, 2009
Dalam perjanjian
franchise xx tersebut pengaturan mengenai kahar dibuat standar seperti pada perjanjian-perjanjian lainnya, tidak ada hal yang
spesifik dalam ketentuan tersebut. Dalam perjanjian franchise YY ketentuan
mengenai Kahar diatur didalam BAB X dengan judul Keadaan Memaksa Force
Majeur Pasal 1, isi dari ketentuan tersebut juga bersifat umum seperti pada
perjanjian-perjanjian yang lainnya.
4. Lokasi Usaha