Proses Penyelesaian Sengketa berdasarkan kontrak

B. Proses Penyelesaian Sengketa berdasarkan kontrak

1. Berdasarkan Franchise XX Penyelesaian sengketa berdasarkan kontrak dicantumkan dalam Pasal 22 Perjanjian tersebut dengan judul Penyelesaian Perselisihan, adapun bunyi Pasal 22 sebagai berikut: Pasal 22 PENYELESAIAN PERSELISIHAN 1. Segala perselisihan yang timbul dari atau berhubungan dengan perjanjian ini diselesaikan dengan penyelesaian secara musyawarah. 2. para pihak sepakat bahwa semua bisnis memiliki resiko. Oleh karena itu pihak sepakat untuk tidak saling menuntut menyalahkan apabila outlet kemitraan tidak berhasil dalam operasionalnya, setelah semua ketentuan- ketentuan dalam perjanjian ini dilakukan secara sungguh-sungguh dan maksimal. 3. Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 di atas tidak tercapai, maka kedua pihak sepakat untuk menyelesaikan melalui Pengadilan Negeri. Inti dari klausula tersebut yaitu bahwa keduanya sepakat bisnis memiliki resiko dan jika ada perselisihan diupayakan melalui jalan musyawarah tetapi jika tidak tercapai maka akan ditempuh jalur hukum litigasi melalui pengadilan yaitu Pengadilan Negeri setempat, di dalam perjanjian ini tidak diatur mengenai Arbitrase. Dupa Andhyka S.Kembaren : Kedudukan Hukum Ukm Selaku Franchisee Terwaralaba Dalam Pengaturan Franchise Waralaba Di Indonesia, 2009 2. Berdasarkan Franchise YY Penyelesaian sengketa berdasarkan kontrak dicantumkan dalam Bab Sanksi dan Perselisihan Pasal 1 dan 2 dalam Perjanjian tersebut, adapun bunyi Pasal 1 dan 2 sebagai berikut Sanksi dan Perselisihan Pasal 1 Apabila pihak kedua melanggar isi perjanjian kerjasama ini maka pihak pertama dapat menjatuhkan sanksi denda pemutusan kerjasama secara sepihak. Pasal 2 1. Segala perselisihan, pertentangan atau perbedaan yang mungkin timbul di kemudian hari sebagai akibat dari pelaksanaan perjanjian ini akan diselesaikan secara musyawarah. 2. Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak dapat tercapai kesepakatan, para pihak setuju untuk memilih tempat tinggal yang umum dan tetap di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Medan. Inti dari klausula tersebut yaitu bahwa keduanya sepakat bisnis memiliki resiko dan jika ada perselisihan diupayakan melalui jalan musyawarah tetapi jika tidak tercapai maka akan ditempuh jalur hukum litigasi melalui pengadilan yaitu Pengadilan Negeri setempat. didalam perjanjian ini tidak diatur mengenai Arbitrase. Dupa Andhyka S.Kembaren : Kedudukan Hukum Ukm Selaku Franchisee Terwaralaba Dalam Pengaturan Franchise Waralaba Di Indonesia, 2009

C. Perlunya Perlindungan Hukum Terhadap Franchisee Dalam