Peraturan Perundang-undangan Kedudukan Hukum Ukm Selaku Franchisee (Terwaralaba) Dalam Pengaturan Franchise (Waralaba) Di Indonesia

Pound, Roscoe, Jurisprudence, Vol.3, Cet.1. Filsafat Hukum dari Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta: Universitas Indonesia, 2001. Suryati, Atih, “Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil di Indonesia”, dalam Internasional Seminar dengan Topik “Small Scale and Micro Enterprises in Economic Development Anticipating Globalization and Free Trade”, di Bandung, 23 April 2004. Stone, Human Law and Human Justice 1965. Soebagjo, Felix O., Perkembangan Asas-Asas Hukum Kontrak Dalam Praktik Bisnis selama 25 tahun terakhir, Makalah dalam Penataran Hukum Perdata yang diselenggarakan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 25-31 Oktober 1995. Tim IKOPIN, “Tantangan-Tantangan Yang Dihadapi Koperasi, BUMN, Dan BUMS Dalam Era Globalisasi”, dalam Seminar Aspek-Aspek Hukum dalam Kerjasama Bidang Usaha Koperasi, BUMN, dan Swasta, di Jakarta, 26-28 September 1997. Zachary, Shulman, Fraud-On-The-Market Theory After Basic Inc. v. Levinson, Cornel Law Jurnal Review, Vol. 74, 1989. Disarikan dari Hasil wawancara dengan Departemen Hukum dan HAM di Jakarta pada tanggal 22-24 Juni 2009.

3. Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Republik Indonesia, Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten. Republik Indonesia, Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek. Republik Indonesia, Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Dupa Andhyka S.Kembaren : Kedudukan Hukum Ukm Selaku Franchisee Terwaralaba Dalam Pengaturan Franchise Waralaba Di Indonesia, 2009 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 31M-DAGPER82008 tentang Penyelenggaraan Waralaba. Republik Indonesia, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259MPPKEP71997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba. Lihat European Code Of Ethics For Franchising, tahun 1992. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengusaha Kecil dan Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Pedoman Pelaksanaan Keterkaitan Kemitraan di Bidang Industri Kecil, tahun 1995. 4. Internet Damayanti, Madayuti, Sistem Bisnis Waralaba di Indonesia. www.formatnews.com. Diakses tanggal 11 Juni 2009. “Berita Waralaba”, Dikutip dari http:www.inilah.comberita20091003957 imagesberitawaralaba.swf, Diakses tanggal 18 April 2009. Herustiati dan Simanungkalit, Victoria, “Waralaba: Bisnis Prospektif Bagi UKM”, Dikutip dari http:www.smecda.com deputi7file_Infokop WARALABA-W.htm, Diakses tanggal 24 Maret 2009. Rasyid, D. Sudradjat, selaku Menteri Koperasi dan UKM, di acara Franchise ActionCOACH Indonesia, Jakarta, 23 Februari 2009, lihat www.google.co.idactioncoach-indonesia.htm., diakses tanggal 24 Mei 2009. Sardjono, Sada, “Perkembangan Bisnis Waralaba: Krisis, Bisnis Waralaba Kian Diburu”, Dikutip dari http:www.kontan.co.id index.phpBisnisnews8932Krisis__ Bisnis_ Waralaba_ Kian _ Diburu, Diakses tanggal 24 Maret 2009. Dupa Andhyka S.Kembaren : Kedudukan Hukum Ukm Selaku Franchisee Terwaralaba Dalam Pengaturan Franchise Waralaba Di Indonesia, 2009 Thariza, O.K., “Teori Keadilan: Perspektif John Rawls”, Dikutip dari www.okthariza.multiply.comjournalitem, Diakses tanggal 5 Mei 2009. “Waralaba”, Dikutip dari http:id.wikipedia.orgwikiWaralaba, Diakses tanggal 24 Maret 2009. Dupa Andhyka S.Kembaren : Kedudukan Hukum Ukm Selaku Franchisee Terwaralaba Dalam Pengaturan Franchise Waralaba Di Indonesia, 2009 LAMPIRAN PERJANJIAN KEMITRAAN Nomor: 032MOU62009 PERJANJIAN KEMITRAAN selanjutnya disebut sebagai “Perjanjian” ini dibuat dan ditandatangani di Medan. Pada hari ini, Selasa 16 enam belas bulan Juni tahun 2009 dua ribu sembilan, oleh dan antara: Tuan A, berkedudukan di MEDAN, yang dalam melakukan perbuatan hukum ini selaku BUSINESS OWNER. Selanjutnya disebut sebagai OWNER Dan ………………… bertempat tinggal di ……………………….., untuk selanjutnya disebut sebagai MITRA Bahwa para pihak sebelumnya menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. Bahwa OWNER adalah pemilik yang sah dari usaha franchise xx, yaitu usaha makanan yang dikelola dengan suatu format dan teknik manajemen serta dengan metode, prosedur, standar dan teknik mengelola dengan menggunakan peralatan standar franchise xx dan perangkat-perangkat pendukung lain yang dijalankan sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh hasil dengan kualitas relatif baik dan dalam waktu relatif singkat. b. Bahwa OWNER setuju dan tidak berkeberatan untuk memberikan hak kepada MITRA untuk menjalankan usaha franchise xx tersebut dengan mengindahkan syarat-syarat yang akan ditentukan oleh OWNER. c. Bahwa perjanjian ini ditandatangani oleh kedua belah pihak setelah MITRA membayar kewajiban awal. Sehubugan dengan hal-hal sebagaimana diuraikan di atas, maka kedua belah pihak telah sepakat untuk dan dengan ini mengadakan perjanjian waralaba dengan syarat- syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: Dupa Andhyka S.Kembaren : Kedudukan Hukum Ukm Selaku Franchisee Terwaralaba Dalam Pengaturan Franchise Waralaba Di Indonesia, 2009 Pasal 1 DEFINISI PARA PIHAK sepakat untuk menggunakan dan atau menafsirkan definisi dan pengertian-pengertian, istilah-istilah yang dipergunakan dalam perjanjian ini sebagai berikut:

1. KEMITRAAN