Prospek Pengaturan Hukum Franchise Dalam Kerangka Hukum

No. 7 tahun 1994 tentang Ratifikasi Agreement on Establishing the World Trade Organization 67

C. Prospek Pengaturan Hukum Franchise Dalam Kerangka Hukum

Nasional Indonesia Franchise merupakan suatu bidang usaha yang tergolong masih baru berkembang di Indonesia, pada tahun-tahun terakhir ini menunjukkan angka perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan bisnis dengan menggunakan pola bisnis franchise ini harus diimbangi dengan pengaturan hukum yang baik, Sunaryati Hartono berpendapat bahwa: 68 “… penegakan asas-asas hukum yang sesuai akan memperlancar terbentuknya struktur ekonomi yang dikehendaki. Tetapi sebaliknya penegakkan asas-asas hukum yang tidak sesuai justru akan menghambat terciptanya struktur ekonomi yang dicita-citakan.” Jadi perkembangan di bidang ekonomi yang tidak dibarengi dengan perkembangan pembangunan hukum akan menghambat pembangunan struktur ekonomi yang dicita-citakan. Franchise sebagai salah satu pola bisnis yang berkembang dan menunjang kemajuan perekonomian Indonesia baru akan tercapai apabila dibarengi oleh kemajuan pembangunan hukum. Karena itu, pembangunan hukum di Indonesia harus memperhatikan kepentingan masyarakat 67 Ibid. 68 Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bandung: Bina Cipta, 1982, hal. 6-7. Dupa Andhyka S.Kembaren : Kedudukan Hukum Ukm Selaku Franchisee Terwaralaba Dalam Pengaturan Franchise Waralaba Di Indonesia, 2009 Indonesia dengan tanpa mengabaikan kedudukan Indonesia sebagai bagian dari dunia internasional. Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial dalam arti sejak ia dilahirkan saling membutuhkan satu sama lain atau tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan berhubungan dengan manusia lainnya. Begitu pula dengan negara di dalam rangka memenuhi kebutuhannya harus mengadakan hubungan dengan negara lain. Indonesia di dalam pergaulan dunia perdagangan internasional negara- negara harus mampu untuk saling menciptakan suatu konsep yang dapat menjadi acuan bagi jaringan kegiatan perdagangan internasional tersebut. Hal tersebut telah diupayakan pembentukannya melalui organisasi atau badan internasional pengendali perdagangan internasional, yang menunjukkan hasil dengan terbentuknya World Trade Organization WTO. WTO merupakan organisasi perdagangan internasional. Pembentukan WTO didasari oleh General Agreement on Tariffs and Trade GATT yaitu persetujuan internasional multilateral mengenai tarif dan perdagangan yang disahkan pada tahun 1947. 69 Hal ini merupakan tantangan baru bagi Indonesia, karena baik secara langsung maupun tidak langsung, keadaan ini pasti akan mempengaruhi sistem perekonomian di Indonesia. Sistem perekonomian di Indonesia secara utuh termasuk di dalamnya perangkat hukum yang mengatur mekanisme 69 Huala Adolf, dkk., Masalah-Masalah Hukum Dalam Perdagangan Internasional, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1995, hal. 79. Dupa Andhyka S.Kembaren : Kedudukan Hukum Ukm Selaku Franchisee Terwaralaba Dalam Pengaturan Franchise Waralaba Di Indonesia, 2009 perekonomian di Indonesia harus dipersiapkan untuk mengantisipasi perkembangan ini. Ketidaksiapan menghadapi kondisi sebagai akibat perkembangan nampak sangat nyata dalam lingkungan bisnis. Gambaran situasi tersebut dapat dilihat dari berbagai perkembangan dalam praktek bisnis dimana berbagai konsep bisnis yang baru bermunculan seperti franchise, joint venture, Leasing, serta berbagai bentuk aktifitas bisnis lainnya. 70 Hingga saat ini kerangka hukum formal yang terpenting yakni hukum perjanjian atau hukum kontrak belum terbentuk sehingga aktifitas bisnis yang menyangkut hal, didasarkan hanya kepada KUH Perdata serta KUH Dagang. KUH Perdata merupakan produk hukum peninggalan jaman kolonial Belanda yang tentu saja isinya memiliki nilai dan pandangan yang berbeda dengan situasi masyarakat Indonesia sekarang ini. Selain itu, berkembangnya perekonomian global telah mengakibatkan KUH Perdata semakin tidak dapat mengimbangi aktifitas bisnis yang terjadi di dalam prakteknya. Hal di atas mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara perkembangan aktifitas bisnis franchise dengan perkembangan pengaturan hukum perjanjian franchise, yang dapat menimbulkan kekosongan hukum. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan UKM selaku franchisee dalam perkembangan bisnis di Indonesia. 70 Ibid. Dupa Andhyka S.Kembaren : Kedudukan Hukum Ukm Selaku Franchisee Terwaralaba Dalam Pengaturan Franchise Waralaba Di Indonesia, 2009 Namun setelah pada tanggal 18 Juni 1997 Presiden telah mengatur secara positif hukum yang berlaku bagi bisnis franchise di Indonesia dengan menetapkan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba, sebagaimana telah diubah dengan PP No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Isi PP No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba bersifat terlalu umum dan kurang menyeluruh sehingga hal-hal yang tercantum di dalamnya diatur dengan sangat singkat dan kurang memadai untuk dapat digunakan sebagai peraturan dasar atau sumber hukum utama untuk menata kegiatan franchise di Indonesia, tetapi kemudian lahirlah PP No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba yang memberikan penyempurnaan dari PP No. 16 Tahun 1997.

D. Pengaturan Hukum Mengenai Franchise Di Indonesia