Pembuktian Kebijakan Legislasi Tentang Tindak Pidana Perkosaan Di Indonesia

103 bawah 12 tahun merupakan tindak pidana biasa. Jenis tindak pidana aduan dalam pasal 287 menjadi gugur dan berubah menjadi tindak pidana biasa jika akibat persetubuhan tersebut menyebabkan anak yang berusia antara 12 sampai dengan 15 tahun tersebut mengalami luka, atau meninggal dunia. Tindak pidana aduan tersebut juga dapat berubah menjadi tindak pidana biasa apabila pelakunya adalah orang yang seharusnya memberikan perlindungan, mempunyai kewenangan atau berkewajiban memberikan bantuan secara profesional kepada korban. Di dalam UU PKDRT kedua jenis tindak pidana ini juga berlaku. Tindak Pidana aduan delik aduan diatur dalam Pasal 53, yaitu tindak pidana kekerasan seksual dalam bentuk pemaksaan hubungan seksual atau pemaksaan hubungan seksual yang tidak wajartidak disukai yang dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya merupakan delik aduan. Sementara tindakan kekerasan seksual yang dilakukan terhadap anggota di lingkup rumah tangga yang lain merupakan tindak pidana biasa. Demikian juga pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain yang bertujuan untuk komersial atau tujuan lainnya merupakan tindak pidana biasa.

7. Pembuktian

Dalam proses pembuktian terjadinya tindak pidana perkosaan, dalam KUHP secara tegas menggunakan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana selanjutnya disebut KUHAP. Nursiti : Kebijakan Legislasi Tentang Tindak Pidana Perkosaan Di Indonesia. USU e-Repository © 2008. 104 Di dalam KUHAP Bagian ke empat mengenai Pembuktian dan Putusan dalam Acara Pemeriksaan Biasa antara lain diatur mengenai sistem pembuktian, macam- macam alat bukti dan kekuatan pembuktiannya. Sistem pembuktian di atur dalam Pasal 183 KUHAP yang menyatakan bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. Pada dasarnya hal-hal yang telah diketahui secara umum tidak perlu lagi untuk dibuktikan. Alat bukti yang sah menurut Pasal 184 KUHAP adalah: 1 keterangan saksi: yaitu apa yang dinyatakan oleh saksi di sidang pengadilan. Keterangan satu orang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya, kecuali bila disertai dengan satu alat bukti yang sah lainnya. 97 2 keterangan ahli: yaitu apa yang seorang ahli nyatakan di depan sidang pengadilan. Keterangan ahli juga dapat diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah jabatannya. 98 3 Surat: yaitu surat yang dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, dalam bentuk berita acara yang berisikan informasi yang lengkap 97 Lihat pasal 185 KUHAP 98 Lihat Pasal 186 KUHAP dan penjelasannya Nursiti : Kebijakan Legislasi Tentang Tindak Pidana Perkosaan Di Indonesia. USU e-Repository © 2008. 105 tentang suatu keadaan yang diketahuinya, surat yang dibuat oleh pejabat yang berwenang yang ditujukan untuk pembuktian suatu keadaan, surat keterangan dari seorang ahli yang dimintakan secara resmi, atau surat lain yang hanya bisa berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain. 99 4 Petunjuk: yaitu perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuainnya, baik antara yang satu dengan yang lainnya, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Petunjuk tersebut hanya dapat diperoleh dari katerangan saksi, surat dan keterangan terdakwa. 100 5 keterangan terdakwa: yaitu apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang dilakukannya atau yang dialami dan diketahuinya sendiri. Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti dipersidangan sepanjang keterangan tersebut didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya. Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri. Namun keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain. 101 99 Lihat Pasal 287 KUHAP 100 Lihat Pasal 188 KUHAP 101 Lihat Pasal 189 KUHAP. Nursiti : Kebijakan Legislasi Tentang Tindak Pidana Perkosaan Di Indonesia. USU e-Repository © 2008. 106 Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus benar-benar meyakini bahwa keterangan tersebut diberikan secara bebas, jujur dan objektif dengan sungguh-sungguh memperhatikan: 102 1 Persesuaian antara keterangan saksi yang satu dengan saksi lainnya. 2 Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lainnya. 3 Alasan yang mungkin digunakan oleh saksi untuk memberikan keterangan yang tertentu. 4 Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat atau tidaknya keterangan itu dipercaya. Dengan demikian dalam pelaksanaanya selama ini penyidik selalu berusaha mengumpulkan alat-alat bukti tersebut yang tentu saja sangat sulit untuk dilakukan. Pada kenyataannya, tindak pidana perkosaan seringkali dilakukan ditempat yang sepi atau tidak ada orang yang melihat kejadiannya. Dalam perumusan UU PKDRT, secara tegas memang dinyatakan bahwa Penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan dilaksanakan menurut ketentuan KUHAP, kecuali ditentukan lain dalam UU PKDRT. Satu hal yang membedakan di dalam UU PKDRT adalah diakuinya sebagai salah satu alat bukti yang sah, keterangan seorang saksi korban yang disertai dengan satu alat bukti yang sah lainnya cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah. Dengan diakuinya keterangan saksi korban sebagai alat bukti yang sah, akan memudahkan hukum untuk membuktikan kesalahan tersangka. 102 Lihat Pasal 186 ayat 6 KUHAP dan penjelasannya Nursiti : Kebijakan Legislasi Tentang Tindak Pidana Perkosaan Di Indonesia. USU e-Repository © 2008. 107

8. Ketentuan Pidana