81
suatu perbuatan yang dilakukan oleh pelaku merupakan tindak pidana perkosaan atau tidak. Dalam upaya untuk pembuktian tersebut aparat penegak hukum juga memiliki
kekuasaan sehingga kemampuan untuk melakukan prilaku bermasalah khususnya dalam reviktimisasi korban perkosaan.
4. Communications Komunikasi
Dalam kategori komunikasi, prilaku bermasalah mungkin timbul karena ketidaktahuan aktor akan adanya larangan terhadap suatu prilaku tertentu atau yang
memerintahkan bagaimana seharusnya berprilaku. Yang seringkali disadari sebagai penyebab terjadinya kekacauan dalam analisis informasi ini adalah teori fiksi hukum
yang menganggap bahwa setiap orang secara serta merta dianggap mengetahui suatu peraturan yang telah diundangkan di dalam lembaran negara. Seharusnya teori ini
diikuti oleh upaya negara untuk mengkomunikasikan peraturan dengan berbagai cara yang mungkin, terutama pada pihak yang dituju.
Kategori komunikasi ini seringkali mempengaruhi aktor khususnya perempuan korban yang tidak mengetahui bahwa pemaksaan hubungan seksual
merupakan tindak pidana perkosaan yang telah diatur di dalam KUHP dan ada sanksi hukumnya. Ketidakberanian korban untuk mengungkapkan tindak pidana yang
dialaminya juga seringkali disebabkan karena kurangnya informasi yang dimiliki oleh korban tentang proses hukum yang harus dilaluinya dan perlindungan yang berhak
didapatkannya sebagai korban tindak pidana perkosaan.
5. Interest Kepentingan
Nursiti : Kebijakan Legislasi Tentang Tindak Pidana Perkosaan Di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
82
Kategori kepentingan berguna untuk menganalisis dan menjelaskan pandangan aktor tentang akibat dan manfaat dari setiap prilakunya. Akibat dan
manfaat itu bukan hanya yang bersifat material seperti keuntungan ekonomi, tetapi juga non material seperti penghargaan dan pengakuan.
Dalam kategori kepentingan ini yang paling mudah tergambarkan adalah kepentingan dari aktor pelaku tindak pidana perkosaan yang berasumsi dengan
melakukan tindak pidana perkosaan tersebut berarti telah menunjukkan kemampuannya untuk menundukkan dan merendahkan korbannya. Kepentingan lain
yang juga dapat dianalisis adalah dari aktor kelompok masyarakat yang dengan prilaku bermasalahnya telah berusaha untuk tetap menjaga kepentingan kelompok
masyarakatnya seolah-olah dengan menutupi telah terjadinya tindak pidana perkosaan menunjukan bahwa nama baik komunitas tersebut tetap terjaga.
6. Process Proses
Kategori proses khusus dilakukan untuk menemukan penyebab prilaku bermasalah yang dilakukan oleh organisasi dan tidak berlaku untuk aktor individu.
Dalam suatu organisasi, suatu prilaku yang didasarkan pada keputusan yang ditetapkan dengan melibatkan lebih dari satu pihak dengan melalui proses tertentu.
Dalam institusi aparat penegak hukum, proses pengambilan keputusan yang dilakukan seringkali terlalu birokratis dan tidak responsif terhadap kepentingan
korban tindak pidana perkosaan.
Nursiti : Kebijakan Legislasi Tentang Tindak Pidana Perkosaan Di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
83
Pengintegrosian saksi korban atau pihak-pihak lain yang berhubungan dengan terjadinya tindak pidana perkosaan seringkali ditangani oleh petugas laki-laki yang
tidak memiliki persfektif keberpihakan kepada korban. Proses pengumpulan keterangan saksi korban juga dilakukan diruangan yang terbuka dan berisi banyak
orang. Sulit untuk membedakan perlakuan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum kepada pelaku maupun kepada korban yang seharusnya dibela.
7. Idiology Idiologi