Pasal 287 KUHP Kebijakan Legislasi Tentang Tindak Pidana Perkosaan Di Indonesia

52 tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan tenaga seorang laki-laki yang memperkosanya, atau dirinya dalam keadaan sakit sehingga tidak berdaya. 83 Unsur dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya adalah unsur objektif yang disadari atau diketahui oleh si pembuat. Kondisi pingsan atau tidak berdaya itu bukanlah akibat dari perbuatan si pelaku melainkan suatu kondisi yang sudah terjadi. Si pelaku hanya disyaratkan untuk secara subjektif mengetahui bahwa perempuan tersebut sedang dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya.

3. Pasal 287 KUHP

Rumusan Kebijakan legislasi tentang tindak pidana perkosaan yang diatur di dalam Pasal 287 KUHP secara lengkap berbunyi sebagai berikut: 1 Barang siapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan istrinya, sedang diketahuinya atau patut disangkanya, bahwa umur perempuan itu belum cukup 15 tahun kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa perempuan itu belum masanya untuk kawin, dihukum penjara selama-lamanya sembilan tahun. 2 Penuntutan hanya dilakukan kalau ada pengaduan, kecuali kalau umur perempuan itu belum sampai 12 tahun atau jika ada salah satu yang disebut pada pasal 291 dan 294. 84 Berbeda dengan Pasal 285 KUHP dan Pasal 286 KUHP yang mensyaratkan tidak adanya persetujuan dari perempuan korban, melalui tindakan pemaksaan berupa kekerasan atau ancaman kekerasan, maka pada pasal 287 KUHP, persetubuhan yang dilakukan adalah dengan persetujuan dari si perempuan korban. Dengan kata lain hubungan tersebut dilakukan dengan suka sama suka. Letak pidananya adalah pada 83 Lihat Adami Chazawi, Tindak Pidana, op. cit., hlm. 68-69. 84 Ibid, hlm. 211. Nursiti : Kebijakan Legislasi Tentang Tindak Pidana Perkosaan Di Indonesia. USU e-Repository © 2008. 53 umur perempuan korban yang belum cukup 15 tahun atau belum masanya untuk dikawin. 85 Berkaitan dengan anak-anak yang belum 15 tahun dan tidak menghendaki terjadinya persetubuhan tersebut, dipertanyakan apakah dalam kasus seperti itu anak perempuan yang belum berumur 15 tahun tersebut dapat digolongkan ke dalam kondisi perempuan yang berada dalam keadaan tidak berdaya. Menurut Adami Chazawi, pengertian belum waktunya untuk dikawin adalah belum waktunya untuk disetubuhi. Indikator belum waktunya untuk disetubuhi ini adalah pada bentuk fisik dan secara psikis. Secara fisik tampak pada wajah atau tubuhnya, masih tubuh anak-anak atau masih tubuh anak kecil, seperti tubuh anak- anak pada umumnya, belum tumbuh buah dadanya atau belum tumbuh rambut kemaluannya, atau mungkin belum datang haidnya. Secara psikis dapat dilihat pada kelakuannya, misalnya masih senang bermain-main seperti pada umumnya anak belum berumur 15 tahun. Berkaitan dengan indikator belum masanya untuk kawin dengan memberikan penilaian fisik, penulis tidak sependapat dengan Adami Chazawi, Karena dengan semakin meningkatnya mutu kesehatan dan gizi maka pertumbuhan fisik anak-anak menjadi lebih cepat. Anak sekolah dasar yang baru berumur 11 tahun sebagian besar sudah memiliki tubuh yang besar dan terkadang sudah mendapat haid dan tumbuh payundaranya. Dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi, maka kondisi psikis anak-anak saat ini sudah jauh lebih berkembang dan cerdas, hal ini juga akan 85 Adami Chazawi, Tindak Pidana, op. cit., hlm. 71. Nursiti : Kebijakan Legislasi Tentang Tindak Pidana Perkosaan Di Indonesia. USU e-Repository © 2008. 54 mempengaruhi cara berfikir dan bertingkah laku, pola hubungan dan jenis permainan yang dilakukan oleh anak-anak. Jika merujuk kepada Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka pada Pasal 1 butir 1 dinyatakan bahwa ”anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.” 86 Undang-undang ini tidak mempersoalkan apakah anak tersebut sudah pernah kawin, sedang dalam masa perkawinan ataupun tidak. Yang menjadi batasannya secara tegas adalah bahwa anak tersebut belum berumur 18 tahun. Terdapat perbedaan batasan umur dalam berbagai ketentuan perundang- undangan yang berlaku. Sebagai perbandingan dapat dibedakan batasan usia anak adalah sebagai berikut: - UU No. 62 tahun 1958, tentang Kewarganegaraa: 18 tahun, - UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak: 18 tahun, - UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan: 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki, - UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak: belum 21 tahun dan belum pernah kawin, - UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM: 18 tahun termasuk anak dalam kandungan, 86 Undang-undang RI Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, LN RI Tahun 2002 No.109. Nursiti : Kebijakan Legislasi Tentang Tindak Pidana Perkosaan Di Indonesia. USU e-Repository © 2008. 55 - UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum: 17 tahun hak untuk memilih atau sudah pernah menikah dan 21 tahun hak untuk dipilih, - UU No. 1 tahun 1946 tentang KUHP: 15 tahun. Terkait dengan Pasal 287 ayat 2 maka delik aduan yang ditetapkan akan berubah menjadi tindak pidana biasa apabila korban belum berumur 12 tahun atau tindak pidana perkosaan tersebut menyebabkan hal-hal yang diatur dalam pasal 291 dan 294 yaitu: Pasal 291 KUHP: 1 jika salah satu kejahatan berdasarkan Pasal 286, 287, 289 dan 290 mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2 Jika salah satu kejahatan berdasarkan Pasal 285, 286, 287, 289 dan 290 mengakibatkan kematian dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 294 KUHP: 1 Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau dengan orang yang belum dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya ataupun dengan bujangnya atau bawahannya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. 2 Diancam dengan pidana yang sama: a. Pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya dipercayakan atau diserahkan kepadanya. b. Pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara, tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan kedalamnya. Nursiti : Kebijakan Legislasi Tentang Tindak Pidana Perkosaan Di Indonesia. USU e-Repository © 2008. 56

4. Pasal 288 KUHP