Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, seperti hewan dan tumbuhan. Kesempurnaan tersebut terletak pada kemampuan akal pikirannya. Oleh karena itu, Allah memerintahkan manusia untuk menuntut ilmu, bukan ilmu agama saja tetapi juga ilmu-ilmu yang lainnya”. 1 Untuk mendapatkan ilmu-ilmu tersebut, manusia sebagai makhluk Tuhan yang telah dikaruniai Allah SWT kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan jasmaniah, agar dengannya manusia mampu mempertahankan hidup serta kesejahteraannya. Kemampuan tersebut merupakan modal dasar untuk mengembangkan kehidupannya dalam segala bidang. Adapun usaha untuk mengembangkan kehidupannya adalah dengan pendidikan. 1 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,2000, Cet ke-4, h.3 Pendidikan ialah serangkaian kegiatan interaksi yang bertujuan, antara manusia dewasa dan peserta didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan peserta didik seutuhnya. Dalam arti, supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi manusia dewasa. Potensi di sini ialah potensi fisik, emosi, sosial, sikap, moral, pengetahuan, dan keterampilan. 2 Pernyataan tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan dalam Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pada bab II Pasal 3 tentang sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3 Untuk mendukung dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut dibutuhkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga siswa dapat mengembangkan diri di tengah-tengah masyarakat. Kurikulum merupakan seperangkat bahan ajar yang dipersiapakan oleh lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah yang dituangkan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. “Kurikulum sebagai salah satu unsur pendidikan, sebaik dan sehebat apapun, dana yang begitu banyak jumlahnya, program yang relevan serta teknologi yang canggih pun tidak akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas tanpa guru yang berkualitas dan 2 Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 1992, h. 4 3 Undang-undang Republik Indonesia, no. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: CV Mitama Utama, 2004, h. 7 profesional”. 4 Berkenaan dengan permasalahan tersebut Masan AF mengungkapkan pernyataannya sebagai berikut : Betapa pun sarana pembelajaran mendukung, jika gurunya tidak profesional, maka kegiatan pembelajaran tidak berjalan dengan efektif dan efisien. Sebaliknya walaupun sarana pembelajaran kurang mendukung, tetapi guru-gurunya profesional dan kreatif, maka kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran diharapkan dapat tercapai . 5 Dari pernyatan tersebut menyiratkan bahwa guru merupakan faktor yang paling utama dalam kegiatan pembelajaran, karena guru merupakan penerjemah kurikulum untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. maka guru mesti memiliki kompetensi yang unggul. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka setiap guru dituntut untuk mempunyai kompetensi begitu juga dengan guru PAI. Kompetensi guru PAI dalam merencanakan proses pembelajaran PAI sangat penting dan diperlukan karena merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran PAI yaitu menjadikan anak didik yang berilmu, beriman, bertakwa serta berakhlakul karimah. Keterampilan penguasaan proses belajar dalam PAI ini sangat erat kaitannya dengan dengan tugas dan tanggung jawab guru PAI sebagai pengajar dan pendidik. Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 yang terdapat pada pasal 10 ayat 1 tentang 4 Sumarsih Anwar dkk, Kompetensi Guru Madrasah, Jakarta:BALITBANG Agama Jakarta, 2007, Cet ke-1, h. 107 5 Masan AF, “Hubungan Sikap Guru terhadap Profesi dan Penguasaan Materi Pembelajaran dengan kemampuan Membuat Alat Ukur Tes Prestasi Belajar,”MIMBAR” 23, no.2 Oktober 2006: h. 235. guru dan dosen bahwa setiap guru termasuk guru PAI harus memiliki 4 macam kompetensi guru di antaranya : a. Kompetensi paedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. b. Kompetensi kepribadian, yaitu guru mempunyai kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. c. Kompetensi profesional, yaitu guru mempunyai kemampuan penguaasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. d. Kompetensi sosial, yaitu guru mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 6 Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka guru al-Qur’an Hadits yang termasuk guru dari komponen mata pelajaran PAI harus mempunyai keempat kompetensi tersebut yang bisa diandalkan baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun di luar kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga, guru al-Qur’an Hadits dituntut keprofesionalannya dalam pengajaran bidang studi al-Qur’an Hadits kepada siswa baik itu dari penguasaan materi, pengelolaan kelas maupun penggunaan metode dalam mengajarkannya. Namun dalam kenyataannya di lapangan, kompetensi guru al-Qur’an hadits masih dipertanyakan. Hal ini berkaitan dengan masih adanya sebagian siswa yang nilai prestasi al-Qur’an Hadits di bawah standar. Mengapa hal ini bisa terjadi? apakah karena guru yang mengajarnya tidak profesional,atau apakah karena guru yang mengelola mata pelajaran al-Qur’an Hadits tersebut banyak yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, sehingga 6 Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta, 2006, h. 31 tidak menguasai dengan baik materi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, atau gurunya kurang disiplin dan bertanggung jawab dalam mengajar atau kurang terjalinnya komunikasi dan interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran atau adanya faktor lain di luar kompetensi guru, seperti daya serap siswa yang rendah terhadap materi pelajaran. Tentunya keadaan ini sangat mengkhawatirkan, karena setiap guru khususnya guru al-Qur’an Hadits dituntut untuk memiliki kompetensi sebagai tenaga profesional. Seperti dalam dasar bidang kemampuan yang harus dimiliki seorang guru dalam PBM. Di antaranya, kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian. Selain itu juga guru harus memiliki kompetensi sosial yang mantap karena merupakan modal dasar yang sangat penting bagi guru dalam menjalankan tugas dan keguruannnya secara profesional. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru, karena seorang guru dituntut untuk dapat memenuhi persyaratan tertentu serta memiliki kompetensi dasar di bidangnya. Selanjutnya guru al-Qur’an Hadits tidak sekedar hanya mengejar target prestasi belajar al-Qur’an Hadits siswa semata saja, tetapi yang lebih penting dari itu adalah proses dalam mengajarkan al-Qur’an Hadits. Jika proses guru dalam mengajarkan al-Qur’an Hadits baik maka prestasi siswa dalam belajar al-Qur’an Hadits akan meningkat. Oleh karena itu, sekali lagi kompetensi dari guru al-Qur’an Hadits sangat ditekankan sekali dalam hal tersebut. Dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa, kompetensi guru berperan penting. Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal. 7 Selain faktor guru yang mempengaruhi prestasi belajar, ada faktor- faktor lainnya yang turut mempengaruhinya antara lain dari si siswa itu sendiri, keluarga, lingkungan, media atau metode pembelajaran dan lain-lain sebagainya. Sebenarnya skripsi yang membahas tentang kompetensi guru ini sudah banyak yang menulis sebelumnya. Contohnya 2 skripsi yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Bidang Studi PAI” dan “Pengaruh Kompetensi Guru Fiqih terhadap Hasil Belajar Murid pada Mata Pelajaran Fiqih” yang masing-masing ditulis oleh Siti Nasifah pada tahun 2008 dan Sayyidina Umar pada tahun 2006. Keduanya menyimpulkan bahwa ada korelasi positif antara kompetensi guru terhadap prestasihasil belajar siswa. Namun keduanya dalam penelitian tersebut membahas pengaruh kompetensi guru terhadap prestasihasil belajar siswa hanya ditinjau dari kompetensi profesional saja. Padahal yang dinamakan guru profesional adalah guru yang mempunyai keempat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kalau kedua penulis sebelumnya hanya meneliti 7 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara,2006, Cet Ke-4, h. 36 kompetensi profesional yang dapat mempengaruhi prestasihasil belajar siswa maka dalam skripsi ini saya meneliti apakah keempat kompetensi guru tersebut berhubungan dengan prestasi belajar siswa? Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “HUBUNGAN KOMPETENSI GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI AL-QUR’AN HADITS” .Studi Kasus di MTs. Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan.

B. Identifikasi Masalah