Deskripsi Teoritis DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

sikap dan perilakunya sebagai manusia, baik secara perorangan maupun bersama-sama dalam suatu masyarakat.”. 8 Oleh karena itu, dalam proses pendidikan nilai value clarification menjadi tanggung jawab pendidik untuk : 1 Melihat implikasi nilai etis dalam setiap proses perubahan yang terjadi 2 Membantu untuk berkembangnya nilai-nilai dalam diri seseorang 3 Membantu agar anak didik dapat mengambil sikap dan keputusan, dalam merencanakan kehidupan secara berarti 9 Pendidikan nilai tersebut menurut Enstein dalam Yudianto mencakup nilai-nilai value dalam kehidupan yaitu : nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial politik ekonomi, nilai pendidikan dan nilai religius. 10 1 Nilai praktis Nilai praktis merupakan nilai kemanfaatan dari suatu bahan ajar yang dikaitkan dengan segi-segi praktis bagi kehidupan manusia. Nilai praktis sains adalah kandungan nilai yang berhubungan dengan aspek- aspek manfaat sains dalam kehidupan. Sains dapat berkembang pesat karena memiliki nilai praktis, seperti sumber pangan, sandang, perumahan dan pengobatankesehatan. 2 Nilai intelektual Nilai intelektual suatu bahan ajar adalah mengajarkan kecerdasan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan tidak mempercayai tahayul atau kebenaran mitos, tetapi agar lebih kritis, analitis dan kreatif terhadap pemecahan suatu masalah yang lebih efektif dan efisien. Selain itu nilai intelektual berarti nilai kecerdasan pada manusia untuk mengambil sikap dan perilaku yang 8 Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2004, hal 108 9 Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, Jakarta : PT. Grasindo, 1993, hal 3 10Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam : Sumber Pendidikan Nilai ,Bandung : Mughni Sejahtera, 2005, hal 47 tepat, tidak percaya pada mistis ataupun hal-hal yang bersifat provokatif. Dengan demikian segala permasalahan dipertimbangkan dengan akal sehat dan diselesaikan melalui proses berpikir kritis. 3 Nilai sosial politik ekonomi Nilai sosial politik ekonomi berorientasi kepada berbagai bentuk hubungan sosial, sikap bertanggung jawab terhadap kelompok, kasih sayang, sikap loyal dan bersedia berkorban dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Salah satu nilai sosio politik dapat ditunjukkan bahwa persatuan merupakan wujud kesatuan bangsa. 4 Nilai pendidikan Nilai pendidikan suatu bahan ajar merupakan kandungan nilai dari bahan ajar yang dapat memberi inspirasi atau ide-ide atau gagasan untuk dimunculkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan, keinginan, dan hasratnya bagi kesejahteraan hidupnya, baik untuk pribadi maupun kepentingan bangsanya. 4 Nilai religius. Nilai religius menurut Enstein dalam Yudianto merupakan kandungan nilai yang dapat membangkitkan kesadaran akan keberadaan Tuhan Tuhan di alam sebagai Sang Maha Pencipta dan sifat-sifat Tuhan lainnya. Dalam kurikulum Pendidikan Budi Pekerti ditegaskan ada lima pendekatan yang dapat digunakan pada pembelajaran Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan Pkn untuk memasukkan nilai-nilai yang terdapat dalam Pendidikan Budi Pekerti itu dapat dilaksanakan. Kelima pendekatan itu dapat dilaksanakan secara mandiri maupun saling melengkapi atau saling dikaitkan antara pendekatan yang satu dengan yang lain sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan para siswa yang menjadi peserta didiknya. Kelima pendekatan tersebut telah diringkas menjadi : 11 11 Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak : Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006, hal 33 1 Pendekatan penanaman nilai inculcation approach Pendekatan penanaman nilai inculcation approach adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai social pada diri siswa. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, diterimanya nilai-nilai social tertentu oleh siswa; kedua, berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan. 2 Pendekatan perkembangan kognitif cognitive moral development approach Pendekatan perkembangan kognitif cognitive moral development approach adalah pendekatan yang member penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan nilai yang lebih tinggi; kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. 3 Pendekatan analisis nilai values analysis approach Pendekatan analisis nilai values analysis approach adalah pendekatan yang memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, membantu siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial, yang berhubungan dengan nilai moral tertentu; kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses brpikir rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka. 4 Pendekatan klarifikasi nilai values clarification approach Pendekatan klarifikasi nilai values clarification approach adalah pendekatan yang memberikan penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; kedua, membantu siswa supaya mereka mempu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, untuk memahami perasaan, nilai-nilai dan pola tingkah laku mereka sendiri. 5 Pendekatan pembelajaran berbuat action learning approach Pendekatan klarifikasi nilai values clarification approach adalah pendekatan yang memberikan penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai merka sendiri; kedua, mendorong siswa untuk untuk melihat diri mereka sebagai mahluk individu dan makhluk sosial dalam pergaulan dengan sesame, yang tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebgai warga dari suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam proses demokrasi. c. Pedagogi pendidikan nilai 12 1 Menghargai dan menerima setiap murid dan setiap orang. Bila murid diharapkan menghormati sesamanya, maka guru harus memberi contoh dengan menghargai murid sebagai pribadi yang utuh. Kecenderungan guru untuk unjuk kekuasaan : selalu benar, paling tahu, memberi perintah harus diminimalisir. Diharapkan akan menciptakan suasana persaudaraan, saling tanggap diantara murid. Penghargaan yang diberikan kepada murid sama dengan penghargaan yang diminta dari mereka, agar dapat ditunjukkan kepada orang tua, guru dan teman. 12 Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, Jakarta : PT. Grasindo, 1993, hal 117 2 Menerima perbedaan-perbedaan yang ada di pihak lain Perbedaan yang terdapat pada masing-masing orang mempunyai nilai dan merupakan sumber untuk memperkaya diri. Kebhinekaan merupakan sumber kemajuan. Menerima perbedaan pada pihak lain dapat dipelajari lewat pergaulan sehari-hari, permainan bersama, menyanyi bersama dan lain-lain.Melalui pendidikan cara konvergen, yang berusaha menemukan sebanyak mungkin pemecahan atas suatu persoalan dan kemudian memilih pemecahan yang paling menarik menurut ukuran beberapa orang, murid dilatih bersikap toleran. Cara berpikir divergen dapat diterapkan dengan memberikan kesempatan kepada para murid untuk menciptakan sesuatu dengan memilih kegiatan yang cocok, murid dilatih mengemukakan pendapat sendiri. 3 Mendahulukan kepentingan bersama Kehidupan bersama tidak mungkin terwujud apabila tidak ada kesediaan menyangkal diri masing-masing. Cara paling baik adalah dengan menjelaskan dan bersama mereka menemukan bahwa mewujudkan kepentingan bersama diperlukan sikap tertentu dari masing-masing murid, misal tertib di kelas. 4 Meningkatkan dialog Murid perlu dilatih untuk mendengarkan pandangan orang lain, memberi kesempatan orang lain berbicara, mengakui secara jujur apa yang benar dari pendapat orang lain. Perlu juga melatih mereka dapat mengemukakan pendapat dengan jelas, tepat dan moderat. Agar bersedia, bila perlu mengadakan modifikasi atas pendapatnya sesudah mendengar pendapat orang lain. Pada kesempatan pertemuan kelas, misalnya kecenderungan untuk memonopoli seluruh pembicaraan harus dicegah; kepada setiap anak harus diberikan kesempatan untuk mengetengahkan pendapatnya, walaupun dengan susunan kalimat atau bahasa yang tidak sempurna. Selain pertemuan kelas, baik juga diadakan pertemuan antar kelas dimana masing-masing kelas melatih murid belajar berdemokrasi 5 Bekerja dan bermain dalam tim Sumbangan atau andil tiap-tiap andil adalah mutlak perlu. Jangan ada murid yang bermalas-malasan. Masing-masing anggota sekolah menentukan keberhasilan usaha sekolah. Contoh terbaik dan paling tepat untuk mendorong murid-murid bekerja dalam tim adalah apabila para guru sendiri bekerja dalam tim. 6 Bertindak adil dalam hubungan dengan murid Perilaku dan sikap guru di lingkungan sekolah memainkan peranan penting sekali. Salah satu kesalahan melanggar keadilan paling besar dan paling sering terjadi pada guru adalah pilih kasih : memilih sek elompok murid yang pandai, menyenangkan, ”baik” diantara murid- murid lainnya. Sesuatu yang istimewa jika memberikan kehangatan dan perhatian kepada murid-murid yang tidak menarik. Di lain pihak, supaya betul-betul adil dan jujur, harus berhati-hati dalam mempertimbangkan pemberian hukuman dan peghargaan, pujian dan celaan. Jangan memberikan hukuman secara kolektif. Jangan pula mencaci maki di depan umum untuk kesalahan yang dibuat oleh seorang murid. Akhirnya, sementara dicontohkan sikap adil dan jujur, murid-murid pun dapat memberi timbal balik dengan tidak melakukan penipuan dalam pekerjaan rumah, ulangan atau ujian ; agar mereka menjauhkan diri dari nilai pilih kasih terhadap sesamanya. 7 Menghargai janji Menepati janji sama dengan memenuhi tanggung jawab. Dengan memilih sekolah, baik guru maupun murid berarti telah memberikan kesanggupan. Karena itu hendaklah mereka masing-masing melaksanakan tugas dan kewajiban yang merupakan kesanggupaannya. Kita hanya dapat menghargai diri kita maupun orang lain, kalau kita menepati kesanggupan yang telah dijanjikan. 8 Melaksanakan tugas panggilan Setiap orang wajib melaksanakan panggilan yang dipercayakan kepadanya. Tugas panggilan setiap orang adalah unik dan personal. Untuk mewajibkan panggilan itu dia harus malaksanakan tugasnya dengan cermat sesuai dengan kemampuannya. Hendaknya kita mendorong anak-anak mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, eapi dan secermat mungkin. Dalam hal ini, contoh kesadaran guru terhadap tugasnya merupan pelajaran yang lestari dan efektif. Sebaliknya, setiap kelalaian dari pihak guru akan menghasilkan kebalikannya. 9 Menyadari kewajiban dan kebebasan Kita perlu memahami dan menghargai hak-hak orang lain. Kita juga perlu menyadari kebebasan kita, merasa bangga atas kebebasan kita dan bersedia untuk mempertahankannya. Pemahaman anak mengenai hak-hak tersebut perlu diimbangi dengan pemahaman mengenai kewajiban-kewajiban, karena diantaranya terdapat jalinan yang sangat erat. Anak pun harus dibantu menghayati hak-haknya secara nyata, antara lain diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, hak berbeda dari yang lain, hak untuk dihargai sebagai pribadi, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk berusaha sendiri dan lain-lain. 10 Menghargai kekuasaan yang benar Kekuasaan yang benar adalah kekuasaan yang melayani kepentingan umum, yang membuat kepentingan umum semakin bertambah baik dan dihargai. Di kelas dan di sekolah dijumpai hubungan guru-murid sebagai hubungan dan taklukan. Hubungan macam ini tidak dapat menciptakan suasana persaudaraan, sebaliknya malah membentuk anak menjadi pemberontak atau senang melakukan tipu daya. 11 Menghargai dan mengusahakan perbaikan lingkungan Kita ajak anak menghargai alam, lingkungan ciptaan manusia dan hasil-hasil karya manusia. Untuk itu, kita dapat mulai dengan mengajak anak-anak menjaga kebersihan dan kerapihan kelas, halaman, peralatan sekolah misalkan dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman bunga, lukisan dan sebagainya. Mereka pun harus menjaga kebersihan dan kerapihan jalan, tempat-tempat umum, serta menjauhkan diri dari pengotoran ataupun pengrusakan. 12 Melibatkan diri dalam lingkungan : partisipasi Dalam kelompok : keluarga, kelas, sekolah dan lain-lain semua anggota harus merasa saling terlihat satu sama lain. Semua anggota harus membentuk kelompok, mengembangkan semangat kelompok yang benar, membuat kelompoknya bersinar keluar, memahami dan menerima saling ketergantungan dan saling melengkap, serta solidaritas antar kelompok-kelompok. Murid dilibatkan dalam kelompok kecil, yaitu kelas. Tanggung jawab atas kelas dan sekolah diserahkan kepda murid-murid yang lebih tua. Tanggung jawab meliputi tanggung jawab mengenai, keterlibatan, kebersihan lingkungan sekolah, tanggung jawab terhadap bimbingan murid-murid muda dalam beberapa keterampilan atau ketangkasan, seperti olahraga, keamanan lalu lintas dan sebagainya. Kita dorong mereka untuk mengadakan kontak dengan pejabat setempat, seperti lurah, pejabat keamanan dan sebagainya. Dengan mengajak murid menghayati dan melibatkan diri dalam kehidupan suatu kelompok, kita memberi mereka pendidikan sosial dan kewarganegaraan secara efektif. Dalam kehidupan-kehidupan suatu kelompok, anak harus menaati peraturan dan melaksanakan suatu peraturan. Dengan menaati peraturan, mereka belajar memahami bahwa peraturan yang disetujui bersama, bukan yang dipaksakan oleh yang berkuasa, merupakan prasyarat agar ,masyarakat dapat berfungsi secara serasi harmonis. Dengan melaksanakan peranan masing-masing −betapa pun kecilnya− dalam melayani kepentingan seluruh kelompok, mereka saling mendorong untuk membuang jauh egoisme; mereka belajar memahami dan merasakan kegembiraan karena memberikan dengan sukarela, diri dan harga dirinya, karena bermanfaat bagi orang lain. Dengan membagi tanggung jawab, guru dapat memusatkan perhatian dan usahanya kepada masalah-masalah pendidikan yang sebenarnya. 13 Menaruh perhatian dan berperan serta dalam masalah-masalah dunia Masalah-masalah dunia sangat tepat diperkenalkan kepada anak- anak usia antara 6 dan 12 tahun. Misal, perang antar bangsa, pengungsi kelaparan, kemiskinan dan lain-lain. Diperkenalkan pula badan-badan dunia yang mengurusi masalah tersebut seperti PBB, UNICEF,UNESCO dan sebagainya. Selain itu, dalam memperkenalkan masalah-masalah tersebut , kita ajak mereka untuk berbuat sesuatu. 14 Berdoa bersama. Kita berdoa bersama dengan murid-murid dengan doa-doa hafalan dan juga dengan doa yang keluar dari isi hati mereka. Kita ajak berdoa untuk mereka sendiri, untuk keluarga mereka, untuk para guru, pimpinan negara, pemerintah dan bangsan. Puncak doa kita adalah ekaristi menjalin persaudaraan dengan semua orang. d. Nilai dalam ilmu sains Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat menjadi penting karena 1 mata pelajaran itu berfaedah bagi kehidupan atau pekerjaan di kemudian hari, 2 mata pelajaran itu melatih anak berpikir kritis, 3 mata pelajaran itu merupakan bagian kebudayaan bangsa, dan 4 mata pelajaran itu mempunyai nilai-nilai pendidikan, yaitu mempunyai potensi kemampuan dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan 13 Pada dasarnya tujuan sains di sekolah sebagai institusi sosial yang diadaptasi dari Pusat Nasional Pengembangan Pendidikan Sains adalah : 14 1 Menambah keingintahuan curiousity, dengan cara : a Mendorong siswa untuk menyelidiki alam dengan teknologi 13 Khaeruddin dan Eko Hadi Sujiono, Pembelajaran Sains IPA : Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Makasar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar, 2005, hal 24 14 Khaeruddin dan Eko Hadi Sujiono, Pembelajaran Sains IPA : Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Makasar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar, 2005, hal 11 b mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang alam semesta c mengembangkan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi masalah pengadaptasian manusia 2 Mengembangkan keterampilan investigasi skill for investigation, yang akan dapat: a Memperkaya pemahaman siswa dan kemampuan menggunakan proses sains b Awal pemahaman siswa dan kemampuan memecahkan masalah dan strategi membuat keputusan 3 Sains, teknologi dan masyarakat nature of science, technology and society, yang akan dapat : a Menjadikan siswa mengakui dan mengaplikasikan ilmu, sikap dan kebiasaan berpikir b Meningkatkan pemahaman siswa terhadap sains dan teknologi c Membantu siswa menjadi lebih sadar terhadap interaksi sains dan teknologi dengan masyarakat d Membantu siswa dalam penggunaan pengetahuan sains dan teknologi, sikap dan keterampilan membuat keputusan Pendidikan nilai moral melalui pengajaran sains, misalnya dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam, seperti fisika, kimia atau biologi dapat dilakukan sebagai berikut. Dalam suatu kerja kelompok untuk melakukan percobaan atau penelitian, peserta didik dapat dilatih menghayati nilai kerjasama. Di dalamnya, peserta didik juga perlu disadarkan, penguasaan sains dan teknologi sebenarnya tidak mungkin dilakukan tanpa menghayati nilai-nilai seperti ketelitian, kesabaran, tanggung jawab, kejujuran dan kebenaran. Nilai-nilai itu juga penting untuk hidup bersama yang sehat dalam masyarakat .15 Pendidikan sains harus mampu menanamkan nilai-nilai agama dan 15 Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2004, hal 117 nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagaimana dikemukakan oleh Enstein tentang kandungan nilai-nilai dalam sains mencakup nilai praktis, intelektual, pendidikan, sosial-politik dan nilai religius Pembelajaran bernuansa IMTAQ membuat suasana proses pembelajarannya diarahkan kepada peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui pengembangan berpikir logis untuk menimbulkan kesadaran adanya sistem nilai dan moral pada setiap bahan ajarnya. Nilai pendidikan sains dapat berupa pendidikan teknik arsitektur, seni motif batik, kepemimpinan, sistem pemerintahan, sistem pembanguna ekonomi, pertahanan negara, sistem lalu lintas jalan raya, atau pendidikan mental atau moral bagi manusia. 16 Menurut Ali Nugraha, sains dapat dipandang baik sebagai suatu proses, maupun hasil atau produk, serta sebagai sikap. Gambaran tentang batasan sains sebagai proses, sebagai produk dan sebagai sikap dapat dijelaskan sebagai berikut. 17 Pertama, sains sebagai suatu proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan. Sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang sebagai suatu disiplin keilmuan yang ketat, obyektif dan bebas nilai. Kedua, sains sebagai suatu produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori. Ketiga, sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap dimaksud dapat diklarifikasikan ke dalam dua kelompok besar; yaitu 1 seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah, seperti kesadaran akan perlunya bukti ketika mengemukakan suatu pernyataan, 16 Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam : Sumber Pendidikan Nilai ,Bandung : Mughni Sejahtera, 2005, hal 12 17 Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, Jakarta : JILSI kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi atau pandangan lain, kemauan melakukan eksperimen atau kegiatan lainnya secara berhati-hati serta menyadari adanya keterbatasan dalam penemuan keilmuan 2 seperangkat sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi perkembangan karier di masa depan, seperti rasa ingin tahu terhadap dunia fisik dan biologis serta cara kerjanya, pengakuan bahwa sains dapat membantu memecahkan masalah-masalah individual dan global, memiliki rasa antusiasme untuk menguasai pengetahuan dan metode sains, pengakuan pentingnya pemahaman keilmuan dalam dunia masa kini, pengakuan bahwa sains merupakan aktifitas manusia serta pemahaman hubungan antara sains dan bentuk aktivitas manusia lainnya. Dalam pengajaran sains yang menghasilkan nilai, seorang guru harus : 1 Merasamenimbang nilai apa yang muncul dan relevan dalam suatu topik 2 Guru sains harus menggunakan teknik yang tepat untuk menanamkan nilai, baik secra implisit ataupun eksplisit 3 Guru harus menilai apa yang diperoleh siswa atau bagaimana sikap siswa dalam pembelajaran kimia Banyak nilai yang terdapat dalam pelajaran sains antara lain taqwa kepada Tuhan, nilai etika, nilai moral humaniora, sikap mencintai kebenaran jujur, objektif, sikap tidak berburuk sangka, sikap rendah hati dan tidak sombong, sikap toleran atau menghargai orang lain, sikap teliti dan hati-hati serta sikap tidak mudah putus asa. Salah satu cara memunculkan nilai yang terdapat dalam sains yang dapat dilakukan adalah menstimulasikan nilai kepada siswa dan membantu siswa menyadari nilai yang terdapat dalam sains. Foundation, 2008, hal 5 2. Pendidikan Nilai dalam Sains Kimia a. Konsep larutan elektrolit dan non elektrolit 1 Pengertian larutan Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang larut dalam zat pelarut. Zat terlarut mempunyai jumlah yang sedikit dalam campuran. Zat pelarut adalah zat yang melarutkan komponen zat terlarut. Zat pelarut adalah zat yang melarutkan komponen zat terlarut. 2 Sifat hantar listrik larutan Daya hantar listrik larutan adalah kemampuan larutan untuk menghantarkan arus listrik. 3 Larutan elektrolit dan non elektrolit a Larutan elektrolit Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. Jadi, senyawa elektrolit adalah senyawa yang dapat mengalami ionisasi jika dilarutkan dalam air. Umumnya senyawa elektrolit berupa garam, asam atau basa yang terdiri dari ion positif dan negatif saat pembentukannya. Contohnya pada pembentukan garam NaCl. Reaksinya sebagai berikut. Na  Na+ + e Cl 2 + e  2Cl− + Na+ + Cl−  NaCl Contoh senyawa elektrolit lainnya lainnya ialah KCl, NaBr, CaCl 2 dan Na 2 SO 4 b Larutan non elektrolit Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Jadi, senyawa non elektrolit adalah senyawa yang tidak dapat terionisasi jika dilarutkan dalam air. Umumnya senyawa non elektrolit berupa senyawa karbon yang berikatan kovalen atau senyawa organik, misalnya gula, urea, glukosa dan minyak. Jika senyawa dilarutkan dalam air, senyawa utuh dalam bentuk molekulnya dan tidak bermuatan. Contohnya seperti urea. CONH 2 2s + H 2 O l  CONH 2 2aq 4 Elektrolit kuat dan elektrolit lemah Larutan NaCl dapat menghantarkan arus listrik. Senyawa NaCl merupakan senyawa ionik, yaitu senyawa yang terbentuk dari ion Na+ bergabung dengan ion Cl−. Molekul NaCl terdiri atas ion-ion yang bermuatan dan bergabung untuk membentuk kristal. Oleh karena itu, senyawa ionik dalam bentuk lelehannya dapat menghantarkan arus listrik. Struktur kristal NaCl terdiri atas ion-ion yang rapat. Jika dilarutkan dalam air, molekul-molekul air akan merenggangkan ion-ion tersebut sehingga ion akan tersebar dalam medium air. Reaksi pelarutan NaCl dalam air sebagai berikut. NaCl s + H 2 O l  Na+ aq + Cl− aq Muatan dari ion-ion dalam larutan dapat menghantarkan arus listrik. Jika kedua elektroda dicelupkan dalam larutan, arus listrik dapat dihantarkan dari satu elektroda lainnya dan lampu menyala. Air murni sangat sedikit mengalami ionisasi sehingga molekul- molekul air tetap utuh dan tidak bermuatan. Akibatnya, air sukar menghantarkan arus listrik. Molekul gula tidak dapat ,menghantarkan arus listrik jika kedua elektroda dicelupkan dan lampu pun tidakn menyala. Proses terbentuknya ion-ion dalam larutan disebut ionisasi. HCl dapat terionisasi sempurna menghasilkan ion H+ dan Cl− sehingga dapat membuat lampu menyala terang. Reaksi ionisasinya sebagai berikut. HCl aq + H 2 O l  H+ aq + Cl− aq Contoh senyawa yang merupakan elektrolit kuat adalah NaCl, KCl, HCl, HNO 3 , Na 2 SO 4 , CaOH 2 , dan KOH. Contoh senyawa elektrolit lemah adalah CH 3 COOH, HF, H 2 CO 3 , NH 4 OH, AlOH 3 dan H 3 PO 4 . Kuat lemahnya larutan elektrolit dapat ditentukan dengan derajat ionisasi. Derajat ionisasi adalah perbandingan jumlah mol zat yang terionisasi dengan mol zat mula-mula. Persamaannya sebagai berikut. Keterangan : α = 0, zat tidak terionisasi α 1, zat terionisasi sebagian α = 1, zat terionisasi sempurna Semakin besar derajat ionisasi, semakin kuat sifat elektrolitnya. Reaksi elektrolit kuat ditulis sebagai berikut. NaCl aq  Na+ aq + Cl− aq HCl aq  H+ aq + Cl− aq Jika zat terionisasi sebagian, reaksinya dituliskan sebagai berikut. CH 3 COOH aq  CH 3 COO− aq + H+ aq NH 4 OH aq  NH 4 + aq + OH− aq 5 Senyawa elektrolit Senyawa elektrolit terbentuk dari senyawa ionik yang jika dilarutkan dalam air mengalami ionisasi. Senyawa ionik adalah senyawa yang terdiri atas ion-ion yang bermuatan. Dalam keadaan padat, senyawa ionik tidak dapat menghantarkan arus listrik karena ion- ionnya tidak bergerak bebas. Namun, dalam bentuk lelehan atau larutannya, ion-ion tersebut dapat menghantarkan arus listrik. Senyawa kovalen yang dapat menghantarkan arus listrik adalah senyawa kovalen polar karena senyawa tersebut memiliki keelektronegatifan besar. Contoh senyawa kovalen polar adalah HF, HCl, HBr, HNO 3 dan H 2 SO 4 . b. Pendidikan Nilai dalam Konsep Elektrolit dan Non Elektrolit Dalam kehidupan sehari-hari, nilai praktis dari konsep larutan elektrolit dan non elektrolit antara lain penggunaan larutan elektrolit sebagai minuman isotonik. Saat olahraga, manusia mengeluarkan cairan elektrolit berupa keringat dari dalam tubuh. Cairan tubuh ini perlu digantikan dengan minuman isotonik yang mengandung larutan elektrolit agar tidak terjadi dehidrasi. Nilai intelektual dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya memancing ikan menggunakan listrik. Arus listrik yang dimasukkan ke dalam air dapat membahayakan pemancing dan orang lain serta merusak ekosistem laut. Oleh karena itu, cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan. Nilai ekonomi dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya minuman isotonik yang dapat diperjualbelikan. Penjual dapat meraih untung dari penjualannya. Nilai pendidikan dari larutan elektrolit dan non elektrolit adalah larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik sehingga dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit. Sedangkan larutan non elektolit tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga tidak dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit. Nilai religius dari larutan elektrolit dan non elektrolit menuntun kita untuk berpikir dan merenungkan air sebagai rahmat Allah SWT agar bertambah keyakinan terhadap-Nya dan dapat digunakan semaksimal mungkin untuk manfaat yang sebesar-besarnya seperti dalam Ar-Rahman 55 : 33.                   “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati keringnya dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan”. 3. Konsep Belajar, Pembelajaran dan Hasil Belajar a. Belajar Para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan tentang belajar sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Setiap rumusan tersebut mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. 18 Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. 19 Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap permanent dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini tampak immediate behavior. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. 20 Belajar juga merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan. 21 Sesuai dengan pengertian di atas , dimensi perubahan yang terjadi saat belajar, yaitu : 22 1 Kepribadian, yaitu dengan memiliki pola respon atau tingkah laku baru 18 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : PT Gramedia, 2008, hal 23 19 Zikri Neni Iska, Psikologi : Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, Jakarta : Penerbit Kizi Brothers, 2008, hal 82 20 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002, hal 13 21 Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2005, hal. 5 22Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, Jakarta : JILSI Foundation, 2008, hal 57 2 Perilaku aktual maupun potensial, yaitu kemampuan melakukan kegiatan nyata maupun yang bersifat tidak nyata biasanya perilaku internal 3 Kecakapan keterampilan dalam bertindak, yaitu kemampuan yang terkait dengan penggunaan motorik kasar maupun halus 4 Sikap dan kebiasaan, yaitu penerapan nilai-nilai kehidupan dalam perilaku keseharian 5 Pengetahuan dan pemahaman, yaitu berupa penguasaan konsep, prinsip maupun teori b. Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. 23 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. 24 Pembelajaran juga merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 25 Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu : 26 1 Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran 2 Kesalingtergantungan interdepence, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan 3 Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan agar siswa belajar Dengan demikian, pembelajaran berarti proses belajar mengajar yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang diharapkan terjadinya transformasi pada diri siswa yang mencakup seluruh aspek baik aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif ke arah yang lebih baik sesuai 23 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : PT Gramedia, 2008, hal 23 24 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, PT. Bumi Aksara:Jakarta,2009, hal 57 25Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, www.inherent-dikti.netfilessisdiknas.pdf., hal 2, diakses pada 26 Agustus 2008 dengan tujuan pembelajaran. c. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. 27 Hasil belajar siswa merupakan keberhasilan belajar berupa perubahan tingkah laku siswa setelah siswa menyelesaikan pembelajaran. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. 28 Hasil belajar yang utama adalah tingkah laku yang bulat. 29 Menurut taksonomi Benyamin S. Bloom perubahan tingkah laku kemampuan yang diharapkan dapat terjadi pada diri siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga domain kawasanranah yaitu : a Domain kognitif pengetahuan, merupakan sekelompok perubahan tingkah laku kemampuan yang dipengaruhi oleh kemampuan berpikirkemampuan intelektual. b Domain psikomotor keterampilan fisikotot atau motorik yang dipengaruhi oleh kemampuan keterampilan fisikotot. c Domain afektif sikapnilai, merupakan sekelompok perubahan tingkah laku kemempuan yang dipengaruhi oleh perasaan, sikap dan nilai. Selanjutnya setiap domain tersebut dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa jenjang atau kemampuan sebagai berikut : 30 a Domain kognitif 1 Kemampuan pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan 2 Kemampuan pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari 26 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, PT. Bumi Aksara:Jakarta,2009, hal 66 27 Dimyati, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2006, hal 26 28 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT. Bumi Aksara:Jakarta, 2003, hal 27 29 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT. Bumi Aksara:Jakarta, 2003, hal 28 3 Kemampuan penerapan, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari 4 Kemampuan analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik 5 Kemampuan evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu b Domain afektif kawasan sikap 1 Penerimaan, mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut 2 Partisipasi, mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan 3 Penilaian dan penentuan sikap, mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap 4 Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup 5 Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi c Domain psikomotor kawasan keterampilan fisikotot 1 Persepsi, mencakup kemampuan memilah-milahkan mendeskriminasikan hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut 2 Kesiapan, mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan 3 Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan 4 Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh 5 Gerakan kompleks, mencakup kmmpuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien 30 Dimyati, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2006, hal. 3 dan tepat 6 Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Penerapan Pendidikan Nilai Sebagai Usaha Pendidikan Dalam Upaya Membentuk Kepribadian Siswa oleh Aziz Lukman Praja. Kesimpulan penelitian tersebut adalah pendidikan nilai sebagai usaha pendidikan merupakan pendidikan bagi semua, yang berpusat pada hati dalam arti qolbu, yang sudah difitrahkan oleh Allah SWT bersifat mono dualistik 31 seperti yang tersurat dalam As Syamsi 91 : 8     “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya. Melalui pendidikan nilai ini selalu diingatkan pada keduanya sehingga akal dengan bantuan nurani memilih ketaqwaan dari kejahatan. Pendidikan umum sebagai pendidikan nilai akan selalu mengingatkan nilai-nilai baik, kejujuran dan kebenaran yang melekat dalam segala bidang. 2. Metoda Dan Teknik Pendidikan Nilai oleh Lamijan. Kesimpulan penelitian tersebut adalah pendidikan nilai memiliki metoda dan teknik yang karakteristik, karena lebih menekankan pada ranah afektif. Sejumlah metode yang dapat digunakan untuk pendidikan nilai antara lain metode dokmatif, deduktif, induktif dan reflektif. Metode dokmatif dianggap kurang baik untuk diterapkan pada pendidikan nilai, karena tidak memberikan keleluasaan antuk mengembangkan pemikiran dan mental peserta didik. Beberapa teknik pendidikan nilai yang dapat ditawarkan antara lain : indoktrinasi, klarifikasi nilai, moral reasoning, meramalkan konsekwensi, menganalisis nilai dan 31Aziz Lukman Praja, Penerapan Pendidikan Nilai Sebagai Usaha Pendidikan Dalam Upaya Membentuk Kepribadian Siswa, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Akutansi Volume 2 Nomor 3, Bandung : FKIP UNPAS, 2008, hal 15 internalisasi nilai. Teknik indoktrinasi dianggap kurang tepat untuk diterapkan dalam pendidikan nilai karena kurang mengembangkan kreativitas dan potensi mental peserta didik. 32 3. Integrasi Nilai Agama Dalam Pendidikan Budi Pekerti oleh Ernawati. Kesimpulan penelitian tersebut yaitu pengintegrasian nilai moral agama dalam pendidikan budi pekerti ditujukan dengan perpaduan nilai-nilai moral agama dengan pendidikan budi pekerti yakni tentang akhlak. Terdapat korelasi antara persepsi pengetahuan siswa dan afeksi siswa. Persepsi pengetahuan siswa tentang pendidikan akhlak adalah cukup baik. Sikap siswa juga cukup baik dengan menunjukkan akhlak yang baik. 33 4. Pengaruh pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa oleh Astri Rama Yulia. Kesimpulan penelitian tersebut yaitu terdapat pengaruh pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa serta terdapat peningkatan hasil belajar siswa tentang Kesetimbangan Kimia melalui pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual.34

C. Kerangka Pikir

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia adalah ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan induktif, namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori deduktif. Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas 32Lamijan, Metode dan Teknik Pendidikan Nilai, dalam Jurnal Inkoma : Kajian Teori dan Praktek Pembangunan, Nomor 1 Tahun 13, Undaris : Universitas Darul Ulum, 2002, hal. 34 33Ernawati, Integrasi Nilai Agama Dalam Pendidikan Budi Pekerti, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2007, hal 84 34 Astri Rama Yulia, Pengaruh pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Seiring dengan kemajuan zaman, ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab menggunakan ilmu kimia untuk kepentingan pribadi. Mereka tidak menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupan. Bidang ilmu yang ditekuni tidak lagi dilandasi dan dijiwai, bahkan mungkin tak tersentuh sama sekali oleh nilai- nilai moral universal. Salah satu faktornya yaitu tidak adanya pendidikan nilai dalam pembelajaran kimia dimana seharusnya pendidikan memegang peranan penting sebagai pembinaan nilai dan moral. Dengan memasukkan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran kimia khususnya pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit di kelas X, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sekaligus menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep tersebut . kontekstual terhadap hasil belajar siswa, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2009, hal 78 Ilmu Kimia Dampak Negatif Ilmu Kimia Tidak Disertai Pendidikan Nilai Pemberian Tindakan Pendidikan Nilai  Proses Pendidikan Nilai  Mengaitkan Nilai- Nilai dalam Pembelajaran Kimia  Interaksi Antar Siswa Serta Interaksi Siswa Dan Guru Meningkatkan Hasil Belajar Siswa