Kosmetik Antioksidan TINJAUAN PUSTAKA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3 Kosmetik

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 44MenkesPermenkes1998 kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar, gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit Tranggono dan Latifah, 2007. Kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit dibagi menjadi kosmetik perawatan kulit skin-care cosmetics, kosmetik untuk mulut oral cosmetics, dan wangi-wangian fragrances Mitsui, 1993. Kosmetik perawatan kulit disebut juga kosmetik wajah dan terutama digunakan pada wajah Mitsui, 1993.Kosmetik wajah terdiri dari kosmetik untuk membersihkan kulit atau cleanser sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan freshener, Kosmetik untuk melembabkan kulit atau moisturizer moisturizing cream, night cream, anti wrinkle cream, kosmetik untuk menipiskan kulit atau peeling scrub cream.Kosmetik anti penuaan atau anti-aging merupakan salah satu kosmetik perawatan kulit Wasitaatmadja, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007. Kosmetik riasan diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik. Contoh dari kosmetik riasan ini adalah foundation, eye make up, lipstick, dan rouges Wasitaatmadja, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007. Kosmetik perawatan rambut diantaranya adalah shampoo, preparat perawatan dan gaya rambut hair styling. Produk yang termasuk didalamnya yaitu promoter penumbuh rambut dan perawatan kulit kepala dan rambut Mitsui, 1993. Kosmetik perawatan mulut diantaranya, yaitu pasta gigi dan produk penyegar mulut Mitsui, 1993. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4 Penuaan

Proses penuaan merupakan proses fisiologis yang akan terjadi pada semua makhluk hidup yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit Cunningham, 1998.

2.4.1 Teori Proses Penuaan

Bermacam-macam teori proses penuaan telah dikemukakan para ahli namun sampai saat ini mekanisme yang pasti belum diketahui. Ada berbagai teori penuaan, antara lain Soepardiman, 2003 dan Wasiaatmadja, 1997: 1. Teori Replikasi DNA Teori ini mengemukakan bahwa terjadinya proses penuaan disebabkan kematian sel secara perlahanlahan antara lain akibat pengaruh sinar ultraviolet sinar matahari yang merusak sel DNA sehingga mempengaruhi masa hidup sel Cunningham, 1998; Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997. 2. Teori Kelainan Alat Proses penuaan terjadi kibat kerusakan DNA yang menyebabkan terbentuknya molekul-molekul yang tidak sempurna sehingga terjadi kelainan enzim-enzim intraselular yang mengakibatkan kerusakan atau kematian sel Cunningham, 1998; Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997. 3. Teori Ikatan Silang Proses penuaan merupakan akibat dari pembentuan ikatan silang yang progresif dari protein-protein intraseluler dan interseluler serabut kolagen yang menyebabkan kolagen kurang lentur dan tidak tegang Cunningham, 1998; Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997. 4. Teori Neuro-Endokrin Proses menjadi tua diatur oleh organ-organ penghasil hormon seperti timus, hipotalamus, hipofisis, tiroid yang secara berkaitan mengatur keseimbangan hormonal dan regenerasi sel-sel tubuh manusia Cunningham, 1998; Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997. 5. Teori Radikal Bebas Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan dipercaya sebagai mekanisme proses penuaan. Radikal bebas adalah sekelompok elemen dalam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tubuh yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil dan sangat reaktif. Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan terus menerus menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya termasuk menyerang sel-sel tubuh yang normal. Akibatnya sel-sel akan rusak dan menua serta mempercepat timbulnya kanker Cunningham, 1998; Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997.

2.4.2 Proses Penuaan pada Kulit

Proses penuaan kulit mempunyai dua fenomena yang saling berkaitan, yaitu: 1. Proses Kronologis Penuaan Intrinsik Merupakan proses penuaan fisiologis yang berlangsung secara alamiah, disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri seperti genetik, hormonal, dan rasial. Fenomena ini tidak dapat dicegah atau dihindari dan mengakibatkan perubahan kulit yang menyeluruh sesuai dengan pertambahan usia Cunningham, 1998; Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997. 2. Proses penuaan ekstrinsik Proses ini terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh. faktor lingkungan seperti sinar matahari, kelembaban udara, suhu, dan berbagai faktor eksternal lainnya dapat mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi penuaan dini. Perubahan pada kulit terutama terjadi di daerah terpajan seperti kulit wajah sehingga wajah terlihat lebih tua, tidak sesuai dengan usia yang sebenarnya Cunningham, 1998; Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997. Secara garis besar gejala penuaan intrinsik dan penuaan ekstrinsik photoaging dapat dibedakan sebagai berikut Soepardiman, 2003 dan Wasiatmadja, 1997: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 2.1 Perbedaan Antara Penuaan Intrinsik dan Ekstrinsik Penuaan Intrinsik Penuaan Ekstrinsik  Kulit tipis dan halus  Kulit kering  Kerut halus, garis ekspresi lebih dalam  Kulit kendur  Dapat timbul tumor jinak  Kulit menebal dan kasar  Kulit kering  Kerut lebih dalam dan nyata  Bercak pigmentasi tidak teratur  Pelebaran pembuluh darah  Dapat timbul tumor jinak, pra kanker maupun kanker kulit

2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penuaan Kulit

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses penuaan pada kulit dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Faktor intrinsik Merupakan faktor-faktor dari dalam tubuh yang berpengaruh pada proses penuaan kulit, diantaranya Cunningham, 1998 dan Soepardiman, 2003: a. Keturunan genetik b. Rasial c. Hormonal 2. Faktor ekstrinsik Berbagai faktor dari luar tubuh yang dapat menyebabkan proses penuaan dini, antara lain: a. Faktor lingkungan 1. Sinar matahari Sinar matahari merupakan faktor utama penyebab terjadinya proses penuaan kulit. Penuaan dini yang terjadi akibat paparan sinar matahari disebut sebagai photo aging dermatoheliosis Wasiatmadja, 1997 dan Pellerano dan Bemstein, 1996. Kulit yang terpapar oleh sinar matahari akan menyerap radiasi sinar UV dan menghasilkan komponen yang berbahaya yaitu Reactive Oxygen Species ROS yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada komponen seluler seperti dinding sel, membran lipid, mitokondria, dan DNA. Pembentukan ROS tersebut akan menginduksi aktivator protein AP-1 yang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan faktor transkripsi yang menghambat produksi kolagen dan meningkatkan penghancuran kolagen dengan memperbanyak enzim yang disebut matriks metalloproteinase MMPs Helfrich, Sachs, and Voorhees, 2008. Radiasi UV juga menyebabkan penurunan pembentukan transforming growth factor TGF-beta yang merangsang pembentukan kolagen sehingga pembentukan kolagen menurun Helfrich, Sachs, and Voorhees, 2008. Selain itu, radikal bebas juga dapat dihasilkan polusi udara, asap rokok, paparan dari bahan kimia, dan bahan tambahan pada makanan seperti pengawet, pewarna, dan pelezat Cunningham, 1998 dan Wasiatmadja, 1997. 2. Kelembaban udara Kelembaban udara yang rendah di daerah pengunungan atau dataran tinggi, ruangan AC, paparan angin, dan suhu dingin akan menyebabkan kulit menjadi kering sehingga mempercepat proses penuaan kulit Wasiatmadja, 1997 dan Pellerano dan Bemstein, 1996. 3. Keadaan gizi yang buruk 4. Stress psikologis 5. Pemakaian otot-otot muka yang berulang-ulang dan berlagsung lama 6. Penyakit menahun 7. Kehilangan struktur penunjang kulit yang berlebihan Cunningham, 1998; Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997. Berbagai masalah dan kelainan kulit dapat timbul pada kulit yang menua, yakni: 1. Kulit kering dan kasar Pindha IGAS, 2000. 2. Kulit kendur, timbul kerutan, dan lipatan kulit yang nyata Pindha IGAS, 2000. 3. Bercak pigmentasi Cunningham, 1998; Pellerano dan Bemstein, 1996; dan Pindha IGAS, 2000. 4. Tumor kulit Cunningham, 1998; Pellerano dan Bemstein, 1996; dan Pindha IGAS, 2000. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyi struktur molekul yang dapat memberikan elektron dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas Kumalaningsih, 2006. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu antioksidan larut air seperti natrium metabisulfit dan vitamin C dan antioksidan larut lemak seperti BHT dan BHA Angela, 2012. Ada berbagai metode dalam menguji aktivitas antioksidan, beberapa diantaranya adalah dengan meenggunakan metode aktivitas penghambatan radikal superoksida, metode Reducing Power, metode uji kapasitas serapan radikal oksigen, metode tiosianat, dan metode peredaman dengan DPPH 2,2 Diphenyl-1- picrylhidrazyl, dan metode penimbangan Angela, 2012. Metode peredaman dengan DPPH merupaka uji aktivitas antioksidan yang paling sering digunakan.Metode ini merupakan metode yang mudah, cepat dan murah serta memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil.DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan warna violet gelap.Penangkapan radikal bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil Sunarni, 2005. Menurut Bois 1958, uji dengan metode peredaman DPPH akan menunjukkan kekuatan aktivitas antioksidan yang ditentukan berdasarkan IC 50 . Aktivitas antioksidan dikatakan sangat kuat bila nilai IC 50 lebih kecil dari 50 μgml, kuat bila nilai IC 50 antara 50- 100 μgml, sedang bila nilai IC 50 antara 100- 150 μgml, dan dikatakan lemah bila IC 50 antara 151- 200 μgml Angela, 2012.

2.6 Mikroemulsi

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol Umbi Talas Jepang (Colocasia esculenta (L.) Schott var. antiquorum) Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

4 21 107

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Umbi Talas Jepang (Colocasia esculenta (L.) Schott var. antiquorum) terhadap Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

0 35 120

Karakteristik Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) dan Pemanfaatannya dalam Pembuatan Cake

6 36 156

KAJIAN KARAKTERISTIK TEPUNG UMBI TALAS (Colocasia esculenta L. Schott) VARIETAS BENTUL DAN SUTERA.

0 0 3

PEMANFAATAN TALAS BERDAGING UMBI KUNING (Colocasia esculenta (L.) Schott) DALAM PEMBUATAN COOKIES Utilization of Yellow Corm Taro (Colocasia esculenta (L.) Schott) in Producing Cookies

0 0 10

FORMULASI TABLET EFFERVECENT DARI EKSTRAK ETANOL DAUN TALAS (Colocasia esculenta L.) SEBAGAI ANTISEPTIK TOPIKAL

0 0 5

PEMBUATAN BIOETANOL DARI KELADI LIAR (Colocasia esculenta L schott var.antiquorum) MELALUI HIDROLISIS DENGAN KATALIS ASAM KLORIDA DAN FERMENTASI

0 0 7

PENGARUH THIDIAZURON DAN HIDROLISAT KASEIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS SATOIMO (Colocasia esculenta (L.) Schott var antiquorum) SECARA IN VITRO

0 0 8

Mutu Fisik Dan Kimia Tiwul Instan Umbi Bentul (Colocasia Esculenta (L.) Schott) Sebagai Produk Pangan Fungsional

0 0 113

UJI INDEKS GLIKEMIK UMBI TALAS UNGU (Colocasia esculenta L) DAN UMBI TALAS JEPANG (Colocasia esculenta Var Antiquorum) PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus)

0 2 91