UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.2 Dermis
Dermis merupakan jaringan ikat fibroelastis.Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermisAnwar, 2012.Dermis terutama terdiri dari bahan dasar
serabut kolagen dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida.Serabut kolagen dapat mencapai
72 persen dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak. Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit, seperti folikel rambut, papilla rambut, kelenjar
keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan
lemak bawah kulit Tranggono dan Latifah, 2007.
2.2.3 Subkutis
Lapisan ini ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan sel-sel lemak yang membentuk jaringan lemak.Lapisan lemak ini disebutpanikulus adipose
yang berfungsi sebagai cadangan makanan dan bantalan.Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening Anwar, 2012.
2.2.4 Fisiologi Kulit
Fungsi kulit sangat kompleks dan berkaitan satu dengan yang lainnya di dalam tubuh manusia, dengan berbagai fungsi antara lain Anwar, 2012:
a. Fungsi proteksi
Kulit dapat melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik. Gangguan fisik misalnya tekanan mekanik, gesekan,
tarikan, panas, dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, dan gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus sedangkan gangguan kimiawi, seperti zat-zat
kimia iritan. Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi
sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan kimia ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjarpalit kulit yang
mempunyai pH 4,5-6,5 Anwar, 2012.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan maupun benda padat.Tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin mudah diserap kulit,
begitu pula zat yang larut dalam minyak.Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan udara, metabolisme, dan jenis
pembawa zat yang menempel di kulit.Absorpsi dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau kelenjar rambut Anwar, 2012.
c. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh, misalnya NaCl, urea, asam urat, amonia, dan
sedikit lemak Anwar, 2012. d.
Fungsi pengindra sensori Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis.Badan Ruffini yang terletak di dermis, menerima rangsangan dingin dan rangsangan panas diperankan oleh badan Krause.Badan taktil Meissner yang
terletak di papil dermis menerima rangsang rabaan, demikian pula badan Merkel- Renvier yang terletak di epidermis Anwar, 2012.
e. Fungsi termoregulasi pengaturan suhu tubuh
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit Anwar, 2012.
f. Fungsi pembentukan pigmen melanogenesis
Sel pembentuk pigmen kulit melanosit terletak di lapisan basal epidermis.Jumlah melanosit dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan
warna kulit Anwar, 2012. g.
Fungsi keratinisasi Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah
bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat ke atas menjadi lebih gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas
lebih gepeng dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mongering
menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduk. Proses ini berlangsung
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar dapat melaksanakan fungsinya secara baik Anwar, 2012.
h. Fungsi produksi vitamin D
Kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7- dihidroksikolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun, produksi ini masih
lebih rendah dari kebutuhan tubuh Anwar, 2012.
2.2.5 Penetrasi Obat Melalui Kulit