Penapisan Fitokimia HASIL DAN PEMBAHASAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta komponen-komponen aktif yang terkandung pada suatu sampel sehingga dapat menurunkan aktivitas biologi ekstrak selama penyimpanan Saifuddin, Rahayu, dan Teruna 2011. Parameter non-spesifik berikutnya adalah penentuan kadar abu. Uji kadar abu dilakukan untuk mengetahui kadar zat anorganik dan mineral yang ada dalam ekstrak. Pada uji kadar abu, ekstrak dipanaskan pada suhu tinggi hingga senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap hingga tersisa unsur mineral dan unsur anorganik saja Anam dkk, 2013. Hasil kadar abu yang diperoleh sebesar 1,54. Nilai tersebut dimungkinkan karenamasih cukup banyak mineral yang terkandung di dalam ekstrak tersebut. Akan tetapi, kadar tersebut masih memenuhi persyaratan dimana kadar abu maksimal dalam Materia Medika Indonesia adalah 9. Setelah itu dilakukan pengujian kelarutan ekstrak dalam akuades. Uji ini dilakukan untuk melihat sifat kelarutan ekstrak dalam akuades sehingga dapat ditentukan tipe mikroemulsi yang akan dibuat. Berdasarkan hasil di atas menunjukan bahwa 1 bagian ekstrak dapat larut dalam 20 bagian akuades sehingga ekstrak umbi talas jepang dapat dikatakan larut dalam air dan bersifat hidrofil. Oleh sebab itu, tipe mikroemulsi yang akan dibuat dalam formulasi ini adalah tipe air dalam minyak am.

4.3 Penapisan Fitokimia

Mutu ekstrak berkaitan dengan kandungan metabolit sekunder dalam tanaman.Metabolit sekunder adalah senyawa kimia hasil biogenesis dari metabolit primer yang bukan merupakan senyawa penentu kelangsungan hidup secara langsung tetapi lebih sebagai hasil dari mekanisme pertahanan diri organisme yang umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi. Jenis dan kadar metabolit sekunder memegang peran penting karena perbedaan senyawa secara teoritis akan memberikan aktivitas farmakologi berbeda untuk tiap ekstrak sehingga perlu dilakukan penapisan fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang ada pada ekstrak. Penapisan fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.Pada penelitian ini dilakukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penapisan fitokimia terhadap senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, triterpenoid, dan tannin.Hasil penapisan fitokimia pada ekstrak umbi talas jepang dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Penapisan FitokimiaEkstrak Umbi Talas Jepang Golongan Hasil Keterangan Alkaloid + Endapan putih dengan pereaksi Mayer Endapan merah bata dengan perekasi Drangendorff Flavonoid + Terbentuk warna merah Saponin + Terbentuk busa yang stabil Steroid - Tidak terjadi perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau Triterpeoid + Adanya warna merah kecokelatan Tannin + Terbentuk warna cokelat kehijauan Keterangan: + = ada - = tidak ada Pada pengujian alkaloid dilakukan penambahan asam kuat sebelum ditambahkan pereaksi karena alkaloid bersifat basa sehingga diekstraksi dengan pelarut yang mengandung asam Harbone, 1996. Pada pengujian alkaloid akan terjadi reaksi penegndapan karena adanya penggantian ligan. Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada alkaloid akan mengganti ion iod dalam pereaksi Dragendroffdan pereaksi Mayersehingga mengakibatkan terbentuknya endapan jingga pada penambahan pereaksi Dragendorffdan endapan putih pada penambahan pereaksi MayerMarliana dkk, 2005 dan Sangi dkk, 2008. Pengujian steroid dan tritepenoid didasarkan pada kemampuan senyawa untuk membentuk warna dengan asam sulfat pekat dalam pelarut asam asetat anhidrat Sangi dkk, 2008. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pengujian tannin dilakukan dengan menambahkan FeCl 3 . Perubahan warna yang terjadi dikarenakan salah satu gugus hidroksil yang ada akan bereaksi dengan reagen FeCl 3 sehingga dapat terbentuk warna cokelat kehijauan. Pada pengujian saponin terbentuk buih dengan pengocokan.Hal ini disebabkan saponin memiliki gugus hidrofil dan hidrofob. Pada saat dikocok, gugus hidrofil akan berikatan dengan air sedangkan gugus hidrofob akan berikatan dengan udara sehingga membentuk buih Kumalasari dan Sulistyani, 2011. Berdasarkan uji penapisan fitokimia yang telah dilakukan, memberikanhasil positif pada alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan tannin serta memberikan hasil yang negatif pada steroid.Hasil ini berbeda dengan literatur Wang, 1983yang menunjukan bahwa terdapat kandungan steroid di dalamnya.Hal tersebut dimungkinkan karena kadar steroid yang kecil sehingga tidak dapat terdeteksi secara kualitatif. Beberapa golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak, dapat memberikan manfaat untuk kulit, yakni sebagai anti-aging. Senyawa golongan flavonoid, saponin, dan terpenoid dapat mempercepat proses re-epitalisasi jaringan epidermis sehingga jaringan yang rusak akan segera tergantikan dengan jaringan yang baru Wijaya, Citraningtyas, dan Franly, 2014. Flavonoid, terpenoid, dan tannin memiliki efek antioksidan untuk menetralkan radikal bebas yang terbentuk akibat paparan sinar UV sehingga sel-sel kulit terhidar dari kerusakan Elsner dan Howard, 2000.Flavonoid dan tannin juga memiliki aktivitas anti melanogenik sehingga dapat mencegah terjadinya hiperpigmentasi yang dapat menyebabkan noda hitam pada wajah dengan berperan dalam menghambat pembentukan melanin dan mencegah terjadinya tanda-tanda penuaan Lintner dan Sederma, 2015; Sharma dan Arvind Sharma, 2012. Akan tetapi, pada penelitian ini tidak dilakukan pengujian dari aktivitas golongan tersebut sehingga diperlukan pengujian aktivitas untuk ke depannya.

4.4 Penetapan Kadar Total Polifenol

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol Umbi Talas Jepang (Colocasia esculenta (L.) Schott var. antiquorum) Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

4 21 107

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Umbi Talas Jepang (Colocasia esculenta (L.) Schott var. antiquorum) terhadap Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

0 35 120

Karakteristik Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) dan Pemanfaatannya dalam Pembuatan Cake

6 36 156

KAJIAN KARAKTERISTIK TEPUNG UMBI TALAS (Colocasia esculenta L. Schott) VARIETAS BENTUL DAN SUTERA.

0 0 3

PEMANFAATAN TALAS BERDAGING UMBI KUNING (Colocasia esculenta (L.) Schott) DALAM PEMBUATAN COOKIES Utilization of Yellow Corm Taro (Colocasia esculenta (L.) Schott) in Producing Cookies

0 0 10

FORMULASI TABLET EFFERVECENT DARI EKSTRAK ETANOL DAUN TALAS (Colocasia esculenta L.) SEBAGAI ANTISEPTIK TOPIKAL

0 0 5

PEMBUATAN BIOETANOL DARI KELADI LIAR (Colocasia esculenta L schott var.antiquorum) MELALUI HIDROLISIS DENGAN KATALIS ASAM KLORIDA DAN FERMENTASI

0 0 7

PENGARUH THIDIAZURON DAN HIDROLISAT KASEIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS SATOIMO (Colocasia esculenta (L.) Schott var antiquorum) SECARA IN VITRO

0 0 8

Mutu Fisik Dan Kimia Tiwul Instan Umbi Bentul (Colocasia Esculenta (L.) Schott) Sebagai Produk Pangan Fungsional

0 0 113

UJI INDEKS GLIKEMIK UMBI TALAS UNGU (Colocasia esculenta L) DAN UMBI TALAS JEPANG (Colocasia esculenta Var Antiquorum) PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus)

0 2 91