Pesan Akidah Isi Pesan Dakwah dalam Lirik Lagu Abatasa

84 kebenaran agama Islam dan keyakinan Muslim terhadap agama Islam harus didasarkan pada keyakinan yang sebenar-benarnya haqqul yaqin. Bait ini memuat pesan agar seorang Muslim meyakini bahwa satu-satunya agama yang benar adalah Islam dan karenanya ia memilih untuk memeluknya, bukan memeluk agama-agama lain. Dalam hal ini, Allah berfirman: “Sesungguhnya agama yang diridlai Allah hanyalah agama Islam ” QS. Ali Imran3: 19. Ayat ini menegaskan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang haq yang diridlai oleh Allah bagi hamba-hamba- Nya. Oleh karena itu, seorang Muslim harus meyakini Islam sebagai agama yang benar secara haqq al-yaqin. Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab II, haqqul yaqin adalah tingkatan keyakinan tertinggi, di mana keimanan seseorang didasarkan kepada pengetahuan dan penglihatan rohani. Orang yang telah memiliki akidah pada tingkat ini tidak akan tergoyahkan dari sisi manapun, ia akan berani berbeda dengan orang lain sekalipun hanya seorang diri, ia akan berani mati untuk membela akidah itu sekalipun tidak seorangpun yang mendukung atau menemaninya. Dengan demikian, bait-bait yang terdapat dalam bagian Reff dan Song II lagu Abatasa memuat dimensi akidah yang sangat kuat. Bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari lagu Abatasa adalah memperkenalkan gagasan tauhid dan memperkuat pemahaman akidah umat Islam, khususnya kepada anak-anak yang menjadi target utama lagu tersebut. Hubungan antara keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketaqwaan, haqqul yaqin dan syurga dapat dianggap sebagai jalinan 85 wacana keakidahan yang cukup koheren. Lebih dari itu, pengarang mengingatkan bahwa keimanan seorang Muslim kepada Allah tidak cukup dengan hanya didasarkan pada faktor keturunan dan taqlid, tetapi harus didasarkan pada pencarian yang sejati sehingga ia mencapai pada tingkatan haqqul yaqin.

2. Pesan Syariah

Dalam bab II telah dikemukakan bahwa syariah merupakan ketentuan atau norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama makhluk. Dengan demikian, syariah secara garis besar terdiri dari dua aspek, yakni ibadah dan muamalah. Ibadah adalah hubungan manusia dengan Allah sebagai Sang Khaliq berupa kepatuhan terhadap perintah-Nya, yang tercermin dalam ritual-ritual keagamaan yang telah ditetapkan secara qath’i. Sedangkan muamalah adalah hubungan manusia dengan manusia, yang memuat aturan tentang hubungan sosial kemanusian dalam kehidupan sehari-hari agar tercipta harmoni dan kerukunan dalam bermasyarakat. Pesan syariah dalam lagu Abatasa dapat diidentifikasi dalam bait- bait Song I, yang memuat aspek ibadah dan muamalah. Namun demikian, dimensi ibadah dan muamalah ini dapat dikatakan bersifat umum, dalam artian tidak mengacu secara langsung pada praktik-praktik ritual peribadatan dan praktik-praktik muamalah sebagaimana diajarkan dalam kitab-kitab fiqh. Dengan kata lain, dimensi ibadah dan muamalah tersebut 86 lebih mengacu pada ibadah dan muamalah dalam pengertian luas. Berikut ini bait-bait yang terdapat dalam Song I: Mak minta izin tuk pergi ku mushola itu Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin Aspek ibadah dalam lagu Abatasa direpresentasikan oleh beberapa idiom-idiom atau simbol- simbol keislaman seperti “mushola”, “pengajian” dan “belajar”. Bait pertama dalam Song I berbunyi: “mak minta ijin untuk pergi ke mushola itu”. Sebagaimana diketahui, mushala adalah tempat atau rumah kecil menyerupai mesjid yang digunakan sebagai tempat mengaji dan shalat bagi umat Islam. Dalam tradisi Islam Indonesia, musola juga sering disebut dengan istilah “surau” Sumatera atau “langgar” Jawa. Definisi musola sebagai langgar atau surau adalah definisi yang sesuai dengan ‘urf kebiasaan masyarakat Indonesia, di mana arti langgar adalah masjid kecil tempat mengaji atau bersalat, tetapi tidak digunakan untuk salat Jum’at. Dengan demikian, mushalla mempunya arti dan fungsi yang sama seperti mesjid secara kebahasaan. Namun, penggunaan kata masjid dalam hukum fiqh mempunyai kekhususan yang tidak terdapat dalam mushola sebagai tempat shalat secara umum. Kendati demikian, istilah mushola yang digunakan dalam lagu Abatasa dapat pula diartikan masjid. Pemilihan kata “mushola” nampaknya lebih didasarkan pada konteks lagu Abatasa yang memotret masyarakat Muslim Indonesia di daerah perkampungan yang lebih akrab dengan istilah mushalla. Bagi masyarakat Indonesia, mushalla merupakan 87 tempat belajar pengetahuan dasar tentang keislaman, selain fungsi utamanya sebagai tempat shalat. Ini konsisten dengan bait ketiga lagu Abatasa yang berbunyi: “Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali” dan bait keempat yang berbunyi: “Mak tolong izinin belajar sama ustad Mahmudin.” Dengan demikian, aspek yang ditekankan oleh pengarang adalah mushala sebagai tempat pendidikan Islam, yang dalam tradisi Islam Indonesia lebih dikenal dengan istilah “pengajian”. Hubungan antara “mushola” dengan “pengajian” dalam lirik lagu Abatasa di atas berhubungan erat dengan kewajiban menuntut ilmu dalam Islam. Hubungan tersebut tercermin dalam bait ketiga yang berbunyi “Mak tolong izinin belajar sama ustad Mahmudin.” Kata “belajar” dalam bait tersebut mencerminkan kesadaran pengarang bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap Muslim, sebagaimana disebutkan dalam Hadis Nabi sebagai berikut: “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” HR. Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik. Menuntut ilmu merupakan salah satu kegiatan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT. Ibadah dalam konteks ini memiliki pengertian yang lebih luas daripada sekedar ibadah mahdhah. Ibadah dalam pengertian yang mudah ditangkap oleh masyarakat muslim seringkali mengambil pengertian yang lebih khusus yakni pengabdian kepada Tuhan dalam bentuknya yang paling pribadi berupa ritual-ritual keagamaan. Ketika disebut ibadah, maka yang tergambar adalah shalat, 88 puasa, zakat, haji dzikir dan membaca al- Qur’an. Pemahaman ini tentu saja mereduksi secara besar-besaran makna ibadah dalam pengertiannya yang genuine. Ketika Allah menyatakan bahwa “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku ” QS. al-Dzariat 51: 56-58, maka makna ibadah tersebut tidak mungkin hanya berarti shalat, puasa, zakat, haji, berzikir, membaca al Qur-an dan sejenisnya. Ini karena kehidupan tidak mungkin hanya untuk berurusan dengan hal-hal tersebut, melainkan untuk hal-hal yang menyeluruh, mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan manusia seperti berdagang, bertani dan bekerja, mencari ilmu dan sebagainya guna mempertahankan dan mengembangkan kehidupan itu sendiri. 1 Jamal al-Banna menyimpulkan bahwa ibadah adalah seluruh tindakan amal yang dicintai Tuhan. 2 Dengan demikian, menuntut ilmu dapat dikategorikan sebagai ibadah kepada Allah SWT. Kegiatan belajar atau menuntut ilmu yang dimaksud dalam lagu Abatasa adalah mempelajari ilmu- ilmu keislaman ilmu syar’i, yaitu ilmu yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini, Nabi bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya maka Allah akan pahamkan dia dalam agama” HR. Al-Bukhari. Ilmu semacam ini dapat diperoleh dengan cara belajar kepada seorang ulama yang dianggap menguasai ajaran-ajaran Islam. Dalam hal ini, Nabi bersabda: “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya 1 Lihat Husein Muhammad, “Dari Ibadah Individual Menuju Ibadah Kemanusiaan”, dalam https:www.kontras.orgkegiatandataIBADAH20SOSIAL.pdf , diakses 10 Mei 2014. 2 Jamal al Banna, Nahwa Fiqh Jadid, Kairo: Dar al Fikr al Islami, 1996, Vol. I, h. 64.