Pesan Syariah Isi Pesan Dakwah dalam Lirik Lagu Abatasa

88 puasa, zakat, haji dzikir dan membaca al- Qur’an. Pemahaman ini tentu saja mereduksi secara besar-besaran makna ibadah dalam pengertiannya yang genuine. Ketika Allah menyatakan bahwa “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku ” QS. al-Dzariat 51: 56-58, maka makna ibadah tersebut tidak mungkin hanya berarti shalat, puasa, zakat, haji, berzikir, membaca al Qur-an dan sejenisnya. Ini karena kehidupan tidak mungkin hanya untuk berurusan dengan hal-hal tersebut, melainkan untuk hal-hal yang menyeluruh, mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan manusia seperti berdagang, bertani dan bekerja, mencari ilmu dan sebagainya guna mempertahankan dan mengembangkan kehidupan itu sendiri. 1 Jamal al-Banna menyimpulkan bahwa ibadah adalah seluruh tindakan amal yang dicintai Tuhan. 2 Dengan demikian, menuntut ilmu dapat dikategorikan sebagai ibadah kepada Allah SWT. Kegiatan belajar atau menuntut ilmu yang dimaksud dalam lagu Abatasa adalah mempelajari ilmu- ilmu keislaman ilmu syar’i, yaitu ilmu yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini, Nabi bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya maka Allah akan pahamkan dia dalam agama” HR. Al-Bukhari. Ilmu semacam ini dapat diperoleh dengan cara belajar kepada seorang ulama yang dianggap menguasai ajaran-ajaran Islam. Dalam hal ini, Nabi bersabda: “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya 1 Lihat Husein Muhammad, “Dari Ibadah Individual Menuju Ibadah Kemanusiaan”, dalam https:www.kontras.orgkegiatandataIBADAH20SOSIAL.pdf , diakses 10 Mei 2014. 2 Jamal al Banna, Nahwa Fiqh Jadid, Kairo: Dar al Fikr al Islami, 1996, Vol. I, h. 64. 89 para nabi tidak mewariskan dinar tidak pula dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya, dia telah memperoleh bagian yang melimpah” HR. Abu Dawud. Dalam lagu Abatasa, representasi ulama tercermin dalam sosok Ustadz Mahmudin yang mengajarkan ilmu-ilmu dasar keislaman kepada anak-anak di mushola. Pengajian di mushola yang dibimbing oleh ulama- ulama lokal seperti Ustadz Mahmudin ini merupakan panorama umum yang seringkali kita lihat dalam tradisi Islam Indonesia pada masa lalu. Saat ini, tradisi semacam itu nampaknya mulai memudar akibat modernisasi, urbanisasi dan perkembangan gaya hidup, sehingga kebanyakan anak-anak Muslim lebih sering menghabiskan waktu di mall, play station dan tempat-tempat hiburan lainnya. Dengan demikian, lagu Abatasa hendak mengingatkan kembali kepada orang tua dan anak-anak akan pentingnya menuntut ilmu-ilmu keislaman kepada seorang ustadz di mushola dalam rangka memperkuat keimanan dan keislaman generasi anak-anak Muslim modern. Selain aspek ibadah, dalam Song I lagu Abatasa juga terdapat aspek muamalah. Hal ini dapat dilihat dalam baik kedua yang berbunyi: “Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku.” Ungkapan dalam bait ini menunjukkan bahwa kegiatan pengajian di mushola, selain berdimensi ibadah, juga memiliki dimensi muamalah berupa pergaulan antara sesama Muslim. Mengikuti pengajian di mushola merupakan salah satu pengamalan dari perintah Allah agar setiap muslim salang tolong- 90 menolong dalam kebajikan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. al-Maidah 5: 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya .” Di samping ayat di atas, banyak Hadis Nabi yang menyuruh seorang Muslim untuk bergaul dengan sesama agar tercipta tali silaturahmi yang kuat di antara umat Islam. Hadis-hadis dimaksud antara lain: “Anda akan melihat kaum mukminin dalam kasih sayang dan cinta-mencintai, pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu anggotanya sakit, maka menjalarlah kepada lain-lain anggota lainnya sehingga badannya terasa panas dan tidak dapat tidur ” HR. Bukhari. “Seorang Muslim yang berinteraksi dengan masyarakat dan ia bersabar atas keburukan masyarakatnya adalah lebih baik daripada seorang Muslim yang tidak bergaul dengan masyarakatnya serta tidak sabar atas keburukan mereka” HR Muslim. “Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjagkan umurnya, hendaklah menyambung h ubungan famili” HR. al-Bukhari. Aspek muamalah dalam lirik lagu Abatasa hanya diartikulasikan dalam bait kedua Song I. Dalam bait-bait lainnya tidak terdapat dimensi muamalah. Dimensi muamalah dimaksud berkaitan dengan kegiatan 91 sosialisasi, pergaulan, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia sebagai makhluk sosial. Dengan demikian, dimensi muamalah ini perlu dipahami dalam pengetian luas.

3. Pesan Akhlak

Pesan akhlak dalam lagu Abatasa pada dasarnya tidak diekspresikan secara eksplisit. Namun jika merujuk pada tiga kategori akhlak sebagaimana telah disebutkan dalam bab II, yakni akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak terhadap lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa lagu Abatasa mengandung pesan-pesan akhlak. Pesan akhlak yang paling menonjol dalam lagu Abatasa dapat dilihat dalam frase “mak minta izin” dan “mak tolong izinin” dalam Song I. Frase ini mencerminkan perilaku, budi pekerti atau tata krama seorang anak terhadap orang tua sebagaimana diajarkan Islam. Meskipun sang anak dalam lagu Abatasa bermaksud melakukan kegiatan positif yang diajarkan agama, yakni mengaji ke mushalla, namun sang anak tersebut tidak melupakan adab dan sopan santunnya terhadap orang tua, yakni meminta izin untuk pergi mengaji ke mushalla. Perilaku tersebut mencerminkan bakti seorang anak terhadap orang tua. Islam mengajarkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua merupakan suatu kewajiban yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia: 92 “Shalat tepat pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang tua … jihad di jalan Allah” HR. Bukhari dan Muslim. Hadits di atas menunjukkan betapa kedudukan orang tua sangat agung dalam Islam, sampai-sampai Rasulullah SAW menempatkannya sebagai salah satu amalan yang paling utama. Berbakti kepada kedua orang tua adalah berbuat baik kepada keduanya dengan harta, bantuan fisik, kedudukan, perilaku dan perkataan. Dalam surat al- Isra’ ayat 23-24, Allah berfirman: “Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia ” QS. Al- Isra ’17:23. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku,kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil ” QS. Al-Isra ’17:24. Manifestasi akhlak anak terhadap orang tua tercermin dalam beberapa sikap sebagai berikut: 1 Mencintai mereka melebihi kerabat lainnya; 2 Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih 93 sayang; 3 Berkomunikasi kepadanya dengan khidmat dan mempergunakan kata-kata yang lembut; 4 Mematuhi perintah dan nasihatnya yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam; 5 Tidak menyinggung perasaannya dan menyakiti hatinya; dan 6 Mendoakan keselamatan dan pengampunan bagi mereka baik di dunia maupun di akhirat. Dalam lagu Abatasa, sosok orang tua direpresentasikan oleh ibu — lagu tersebut menggunakan istilah “mak”. Penghormatan terhadap ibu merupakan kewajiban utama yang diajarkan Islam. dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda: “Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Rasulullah berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Maka beliau menjawab, “Ayahmu.” HR. Bukhari dan Muslim. Bedasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa frasa “mak minta izin” dan “mak tolong izinin” dalam lagu Abatasa merefleksikan pesan dakwah yang berdimensi akhlak. 94

B. Pesan Dakwah Yang Paling Dominan dalam Lirik Lagu Abatasa

Berdasarkan analisis penulis terhadap lagu Abatasa sebagaimana dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa dimensi akidah merupakan pesan yang paling dominan dalam lagu Abatasa dibandingkan dengan dimensi syariah dan akhlak. Dimensi syariah hanya terdapat dalam Song I yang terdiri dari empat bait. Diemensi akhlak hanya direpresentasikan dalam frasa “mak minta izin” dan “mak tolong izin dalam Song I. Sedangkan dimensi akidah terdapat dalam bagian Reff yang terdiri dari dua bait dan Song II yang terdiri dari empat bait. Dengan kata lain, dimensi akidah menempati peringkat dan nilai tertinggi, dimensi syariah berada di peringkat kedua, dan dimensi akhlak memiliki nilai yang paling kecil. Pesan akidah yang paling dominan dalam lagu Abatasa ini juga diakui secara eksplisit oleh Apoy sebagai pencipta lagu. Apoy menyatakan: “Pesan utama yang mau disampaikan dalam lagu Abatasa, jujur saja ini sangat berbicara tentang akidah, tentang pengakuan kita terhadap Allah, mengajak kita untuk ke mushalla, sosialisasi di situ untuk menghormati guru, dan akhirnya juga memiliki aspek aqidah, ibadah, muamalah. Rangkaian ini akan berujung pada “haqqul yaqin”. Haqqul yaqin ini adalah inti utama daripada lagu Abatasa. Jadi benar-benar yakin seyakin-yakinnya, yakin yang sangat haq terhadap Allah, terhadap Islam, terhadap keputusan menjadi seorang mu’min, terhadap keputusan menjadi seorang muslim. Haqqul yaqin ini juga menjadi kata didik kepada anak-anak, kan seru ketika anak kecil sudah mengucapkan kata-kata haqqul yaqin. Dan ini memicu saya untuk mencoba membiasakan kata haqqul yaqin, mendidik kata haqqul yaqin dari usia dini. Jadi haqqul yaqin tidak hanya dimiliki oleh seorang ustadz atau mereka-mereka yang memiliki umur dewasa, tetapi anak TK pun akan lebih keren ketika mereka lebih tinggi memaknai haqqul yaqin seperti “ana haqqul yaqin sama ente.” 3 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek akidah merupakan pesan yang paling dominan dalam lagu Abatasa. Pesan utama lagu 3 Wawancara dengan Apoy pada tanggal 5 Mei 2014 di Tangerang Selatan.