oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat yang penulis maksud adalah masyarakat Batak Toba yang berada di desa Lintong Nihuta, kecamatan
Tampahan, Toba Samosir. Daerah ini merupakan daerah yang menjadi tempat penulis meneliti Manghirap Tondi.
1.4.2 Teori
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpegang pada beberapa teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dan dianggap relevan, yaitu
bahwa pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen serta pengalaman ilmiah kita sendiri merupakan landasan dari pemikiran untuk
memperoleh pengertian tentang suatu teori-teori yang bersangkutan. Dengan demikian teori adalah pendapat yang dijadikan acuan dalam tulisan ini. Teori juga
merupakan landasan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia , Balai Pustaka, 1991 : 1041.
Dalam tulisan ini unsur yang menjadi pokok permasalahan yang dibahas adalah studi tekstual dan musikal manghirap tondi. Dalam konteks penelitian,
teori digunakan sebagai acuan sementara, agar penelitian tidak melebar ke mana- mana. Teori adalah bangunan yang mapan, ada pendapat peneliti, ada simpulan
awal. Itulah sebabnya teori harus dibangun berstruktur, sejalan dengan apa saja yag mungkin akan digunakan Suwardi, 2006: 107.
Dalam mengkaji strukstur dan makna tekstual manghirap tondi, penulis menggunakan teori semiotika. Dimana teori ini digunakan untuk memahami
bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui sistem simbol yang
membangun sebuah peristiwa seni. Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan
tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Semiotika dan teori komunikasi adalah dua hal yang sangat
mirip sehingga sering disebut sebagai semiotika komunikasi. Komunikasi terjadi dengan perantaraan tanda-tanda dengan mengemukakan sesuatu representamen
berdasarkan makna denotatum, designatum atau makna yang ditunjuknya. Dalam melakukan analisis semiotika, pembahasannya antara lain mencakup pada hal-hal
yang berkaitan dengan: semiotika binatang zoosemiotics; paralinguistik paralinguistics; bahasa alam natural language; komunikasi visual visual
communication; kode-kode musik musical codes; kode rahasia; sistim objek; dan lain-lain.
Menurut Koentjaraningrat pengertian upacara ritual atau ceremony adalah: sistem aktifitas atau rangakaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang
berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan. Koentjaraningrat,
1990-190. Untuk melihat apa-apa saja komponen upacara, maka penulis menggunakan teori upacara yang di kemukakan oleh Koentjaraningrat 1958:243
yang menyatakan aspek-aspek dalam upacara ada empat, yaitu : 1 tempat upacara, 2 waktu upacara, 3 benda-benda dan alat-alat upacara, 4 yang
melaksanakan upacara dan pemimpin upacara. Dalam meneliti upacara manghirap tondi penulis akan mendeskripsikan
bagaimana uraian mengenai andung-andung, teks yang diucapkan, benda-benda
yang digunakan saat upacara, dan juga sesajen yang digukan saat upacara ritual berlangsung. Untuk mengkaji studi teks dalam manghirap tondi penulis
berpedoman kepada teori semiotik. Istilah kata semiotik berasal dari bahasa Yunani, semeioni. Teori semiotik adalah sebuah teori mengenai lambang yang
dikomunikasikan. Dalam menganalisa struktur teks dalam manghirap tondi penulis juga menggunakan teori William P. Malm dalam buku terjemahan Music
Culture of The pasific, The Near, East, and Asia, ia mengatakan dalam musik vokal, hal yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan
teksnya. Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, serta membantu
reaksi musikal bagi sebuah kata yang di anggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi Malm dalam terjemahan Takari 1995:17. Sementara itu untuk
mengkaji musik iringan dalam manghirap tondi penulis akan menggunakan teori Bruno Nelt 1964 : 131 mengatakan bahwa untuk mendapatkan seluruh benda
musikal dilakukan analisis: perbendaharaan nada, modus, ritem, nada dasar, bentuk dan tempo.
Untuk menganalisis struktur melodi manghirap tondi penulis mengunakan teori weighted scale bobot tangga nada yang dikemukakan oleh William P.
Malm. Hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi yaitu: 1 tangga nada, 2 nada dasar pitch center, 3 wilayah nada, 4 jumlah nada-
nada, 5 jumlah interval, 6 pola-pola kadensa, 7 formula-formula melodik, dan 8 kontur Malm dalam terjemahan Takari 1995:15
Untuk mendukung analisis struktur melodi manghirap tondi, penulis mengunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi
yang didengar dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi penulis menggunakan pada notasi musik yang dinyatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif.
Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif
adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan menggunakan notasi deskriptif. Karena, penulis akan menyampaikan atau memberikan informasi
tentang manghirap tondi dengan detail agar jelas tujuan dari komposisi manghirap tondi.
1.5 Metode Penelitian