dari studi perpustakaan atau internet untuk membantu penulis dalam menjawab serta menulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti dapat
dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik. Terjemahan Ary 2007 dari situs : www.infoplease.comhomeworkwsbiography.html.
6
Dalam hidupnya Ibu Rotua sudah ahli dalam mengurut, beliau sudah mengurut sejak SD sampai saat ini. Ibu Rotua mengurut sejak SD sampai tahun
2.8 Biografi Singkat Ibu Rotua Pardede
Rotua Pardede adalah seorang mantan Guru Kepala Sekolah yang memiliki kepedulian terhadap seni, budaya dan sejarah Batak Toba.
Penguasaannya terhadap sejarah seni dan kebudayaan Batak Toba khusunya perlu dihargai dan tetap dilestarikan. Adapun hasil wawancara penulis dengan informan
tentang biografi atau rowayat hidup informan yaitu, Ibu Rotua Pardede lahir pada tanggal 5 Agustus 1937 di Janjimaria, Balige. Dalam perkawinannya, Rotua
Pardede menikah pada tahun 1960 dengan Bapak M. Simanjuntak. Ibu Rotua memiliki 10 orang anak diantaranya 4 laki-laki dan 6 wanita. Serta sudah
memiliki cucu sebanyak 43 orang. Pada tahun 1958 Ibu Rotua Pardede Lulus dari Sekolah SPG Soposurung
sambil mengajar di SD Balige 2. Dan menjabat sebagai Kepala Sekolah selama 10 tahun di SDN 173528 Tampahan sejak tahun 1989 sampai tahun 1998. Pensiun
pada tanggal 29 November 1998. Dan tahun 1975 sampai tahun 1976 Ibu Rotua mengambil sekolah lagi di KPG dengn jurusan Matematika.
6
www.infoplease.comhomeworkwsbiography.html.
1998 tanpa menerima bayaran dengan uang. Ibu Rotua dikenal memiliki kelebihan yaitu memiliki indera ke-6 enam.
Gambar 2.1 Foto Ibu Rotua Pardede Dalam hidupnya Ibu Rotua sudah ahli dalam mengurut, beliau sudah
mengurut sejak SD sampai saat ini. Ibu Rotua mengurut sejak SD sampai tahun 1998 tanpa menerima bayaran dengan uang. Ibu Rotua dikenal memiliki kelebihan
yaitu memiliki indera ke-6 enam. Ibu Rotua sering dikenal orang dengan kebaikannya, keramahannya, dan
kerajinannya dalam pekerjaan apapun. Ibu Rotua mampu mengobati berbagai penyakit akan tetapi Ibu Rotua bukan seorang dukun datu melainkan ilmunya
datang dari mimpi-mimpinya dan menjadi kenyataan. Saat ini Ibu Rotua sudah berusia 77 tahun dan tinggal dengan suminya di Lintong Nihuta Bagasan, Balige.
7
7
Wawancara Bersama Ibu Rotua Pardede
BAB III PROSES PENYAJIAN MANGHIRAP TONDI
3.1 Manghirap Tondi Dalam Masyarakat Batak Toba
Manghirap tondi adalah suatu upacara pemanggilan roh seseorang yang telah lama tak pernah pulang-pulang ke kampung halamannya dan tidak tau
keberadaaannya sama sekali. Dalam masyarakat Batak Toba khususnya di Desa Lintong Nihuta Bagasan tradisi atau ritual manghirap tondi hanya bisa dilakukan
atau dipraktekkan oleh Ibu Rotua Pardede, mulai dari pembuatan sesajen dan proses melakukan manghirap tondi tersebut. Berdasarkan wawancara yang
penulis lakukan bahwa manghirap tondi ini dapat dilakukan dan diketahui oleh ibu Rotua berdasarkan mimpi yang datang ke beliau. Dan hal ini jadi kenyataan
sebab segala sesuatu yang dilakukan oleh ibu Rotua berasal dari mimpinya. Misalnya saja membuat ramuan minyak urutnya didapat lewat mimpinya.
Ibu Rotua merupakan orang biasa yang memiliki kelebihan tersendiri, beliau bukan seorang dukun datusibaso hal ini dibuktikan bahwa dalam
melakukan hal-hal yang dianggap mistis ibu Rotua tidak menggunakan cawan, tikar khusus, atau tempat-tempat khusus kamar khusus, sesajen- sesajen seperti
halnya dilakukan oleh seorang dukun. Ibu Rotua mampu melakukan kegiatan yang diangap mistis itu lewat mimpi-mimpinya dan keahlian atau kelebihan dari
diri ibu Rotua tersebut. Ibu Rotua pardede sudah lama melaksanakan ritual manghirap tondi ini
dan salah satunya dilakukan untuk memanggil anaknya sendiri yang sudah lama
tidak pulang dari perantauan di Kalimantan. Dengan melakukan ritual manghirap tondi ini anak ibu Rotua akhirnya pulang dari Kalimantan yaitu Putranya yang
kedua bernama Ganyong Simanjuntak dan sekarang sudah menikah dan memiliki 2 anak. Adapun orang lain yang sudah pernah di hirap oleh ibu Rotua adalah Alon
Simanjuntak dan saat ini tinggal di Desa Lintong Nihuta Balige dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu- persatu.
Bagi masyarakat yang tinggal di Desa Lintong Nihuta, keberadaan manghirap tondi ini dianggap penting. Manghirap Tondi dulunya sangat penting
yang dimanfaatkan sebagai alat untuk memanggil kembali orang-orang yang sudah lama tidak pulang - pulang ke kampung halamannya. Namun, saat ini
eksistensi manghirap tondi di masyarakat Batak Toba sudah berkurang dengan adanya perkembangan zaman dan teknologi yang sangat pesat, sehingga untuk
mencari dan menghubungi orang-orang yang lama tidak pulang ke kampung halaman sudah lebih mudah.
Di masyarakat Batak Toba khususya di Desa Lintong Nihuta Balige manghirap tondi tidak setenar dahulu, dimana ibu Rotua yang sudah semakin tua
dan sudah sangat jarang melaksanakan ritual ini. Berdasarkan sepengetahuan ibu Rotua bahwa yang melakukan manghirap tondi sejauh ini hanya beliau yang bisa
melakukannya lain hal di kampung lain atau di wilayah lainnya beliau tidak mengetahui siapa- siapa saja yang bisa melakukan ritual manghirap tondi ini.
Namun di Kampung halamannya beliaulah yang bisa melakukan ritual tersebut. Pandangan agama sekitar Desa Lintong Nihuta terhadap manghirap tondi
ini yaitu bahwa dalam agama mereka mempercayai bahwasanya adanya kuasa
Tuhan yang diberikan melalui hal-hal seperti ini yang diberikan kepada orang- orang tertentu namun bukan berarti menjadi lebih mempercayai hal seperti itu,
karena semuanya kembali lagi kepada Tuhan sebab Tuhanlah yang lebih berkuasa. Namun agama juga tidak bisa menyangkal dengan adanya ritual seperti
manghirap tondi ini. Manghirap tondi ini tidak terlalu bertentangan dengan agama karena manghirap tondi juga dilakukan dengan doa-doa yang disampaikan
kepada Tuhan hanya saja cara dan prosesnya berbeda dengan berdoa yang biasanya.
Ibu Rotua juga seorang yang taat akan agamanya, karena dalam melakukan setiap kegiatannya dimulainya dengan doa. Agar segala sesuatunya
dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan.
3.2 Pemilihan Bahan-Bahan Pembuatan Sesajen Manghirap Tondi