Gambar 3.21
3.5 Waktu Pelaksanaan Manghirap Tondi
Dalam melakukan manghirap tondi ini dilaksanakan pada saat sore hari menjelang malam tepatnya pada pukul 06.30 – 07.00. Dilakukan setiap harinya
selama 7 Tujuh hari 7 malam. Keadaan cuaca tidak terlalu berpengaruh terhadap proses manghirap tondi yang akan dilaksanakan. Proses mangirap tondi ini juga
tidak harus menggunakan baju khusus atau peralatan khusus. Pelaksanaan manghirap tondi ini dilakukan oleh ibu Rotua sendiri di
rumahnya sendiri. Pada saat memanggil orang yang di perlukan untuk pulang kembali ke kampung halamannya Ibu Rotua sudah mendapatkan informasi
terlebih dahulu dari orang yang berkepentingan sehingga dalam memanggilnya Ibu Rotua sudah mengetahui untuk menyebutkannya dalam doa dan lagunya.
3.6 Alat Musik Yang Digunakan Dalam Ritual Manghirap Tondi
Dalam melaksanakan ritual manghirap tondi alat musik yang digunakan adalah alat musik tradisional batak toba yaitu Sordam Batak Toba seperti pada
gambar berikut:
Gambar 3.22
Banyak masyarakat suku toba, yang mempercayai bahwa alat musik tersebut itu lebih cenderung bersifat sakral magic yang bisa memanggil arwah
nenek moyang leluhur, sehingga masyarakat tersebut meninggalkan kebudayaan ini. Hal ini yang membuat terjadinya perubahan kebudayaan, padahal kebudayaan
itu sangatlah penting, yang seharusnya alat musik ini harus dilestarikan. Dan banyak juga masyarakat Batak Toba yang tidak mau tahu tentang kebudayaannya
sendiri termasuk alat musik Sordam. Perubahan ini tidak hanya terjadi bagi masyarakat Batak Toba melainkan masyarakat suku lainnya.
Menurut hasil informasi yang penulis dapatkan, Bapak Amasohutihon Situmorang adalah seorang pemain alat musik Sordam. Menurut beliau, Sordam
sangat berperan penting dalam upacara ritualadat. Pada saat dulu, alat musik ini digunakan juga sebagai alat komunikasi antara manusia dan roh. Namun seiring
dengan berkembangnya zaman, alat musik ini tidak lagi digunakan dalam upacara adat dikarenakan upacara yang biasa dilakukan, kini tidak lagi dilakukan dan
perlahan pula alat musik ini semakin punah. Ini membuat suatu kecurigaan penulis terhadap sordam, yang semakin tidak dikenal masyarakat khususnya
masyarakat Batak Toba. Sordam long flute adalah sejenis instrument tiup bambu Batak Toba yang lain dengan spesifikasi end blown flute dimana lobang tiupan
ada pada ujung badan instrumen yang memiliki 4 empat buah lobang nada dengan meletakkan bibir pada ujung bambu secara diagonal. Dalam klasifikasi
alat musik oleh Curt Sachs dan Hornbostel, instrumen ini tergolong kepada jenis aerophone. Ditinjau dari aspek penggunaannya, awalnya Sordam hanya tergolong
kepada sejenis solo instrumen atau instrumen tunggal yang biasa dipakai oleh seseorang sebagai media hiburan untuk mengungkapkan perasaan kesedihannya
mengandung. Dalam penelitian ini penulis menganalisis alat musik yang digunakan
dalam pelaksanaan ritual manghirap tondi oleh Bapak Amasohutihon Situmorang
yaitu sordam Batak Toba. Adapun nada-nada yang digunakan yaitu sesuai dengan nada dari lagu atau andung-andung manghirap tondi tersebut. Berikut adalah
penjelasan dari sordam yang digunakan, yaitu sordam memiliki 4 empat lobang dibagian depan dan 1 satu lobang dibagian belakang serti terlihat pada gambar
berikut: a.
Sordam bagian depan
Gambar 3.23 Dokumentasi Dany Pardede b.
Sordam bagian belakang
Gambar 3.24 Dokumentasi Dany Pardede
Adapun tehnik memainkan sordam yang dilakukan oleh Bapak Amasohutihon Situmorang dan Josua Siagian adalah seperti pada gambar di
bawah ini:
Gambar 3.25 Gambar: Tehnik Tiupan Bpk. Amasohutihon Situmorang
Gambar 3.26: Tehnik Penjarian Josua Siagia
BAB IV KAJIAN TEKSTUAL DAN MUSIKAL MANGHIRAP TONDI
4.1 Kajian Tekstual Manghirap Tondi