Teknik Bercerita Anak Usia Dini

26 pada usia emasnya. Kegiatan bercerita yang dilakukan oleh anak tidak terlalu berbeda dengan bercerita orang dewasa, anak tidak dituntut untuk menuturkan susunan kata atau kalimat dengan sempurna sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Anak hanya diajarkan untuk dapat berani dan bebas menyampaikan ide, gagasan, serta perasaan dengan cara mereka yang menyenangkan dan tidak menjadikannya suatu beban. Selain itu, keterampilan bercerita ini juga menjadikan anak mulai belajar tepat dalam menuturkan idenya, sehingga dapat menjadi kebiasaan yang baik dan dapat terus diaplikasikan anak hingga dewasa.

6. Pengertian Ekspresif

Menurut Kamus Bahasa Indonesia ekspresi adalah pengungkapan gagasan atau perasaan, perubahan raut wajah karena pengaruh suasana pikiran atau hati. Sedangkan ekspresif merupakan kemampuan memberikan gambaran, keinginan, gagasan, dsb Ahmad Muda, 2006: 198. Ekspresi juga bisa dijelaskan sebagai suatu cara untuk mengekspresikan kemampuan bahasa yang dimiliki anak melalui pengungkapan pikiran dan perasaan secara tepat. Selain itu, menurut Bachtiar 2005: 118 Ekspresi dijelaskan sebagai ungkapan pikiran dan perasaaan yang mencakup semua suasana untuk menyampaikan ide dan tema dari cerita. Ekspresi yang ditampakkan dimulai dari gerakan-gerakan, serta kata hingga kalimat yang mengandung makna yang ingin disampaikannya. Perasaan ini berhubungan dengan emosi yang dialami anak, seperti perasaan takut, marah, cemburu, bahkan kesedihan yang nyata. Ekspresi yang biasa dilakukan dalam berkomunikasi sehari-hari adalah ekspresi wajah, karena ekspresi wajahlah yang dapat dihasilkan oleh seseorang, 27 termasuk anak. Ekspresi wajah digunakan untuk mengekspresikan tingkat emosi, dan dalam praktiknya sangat sedikit sekali ekspresi wajah bisa diketahui maknanya Gordon, 2006: 43. Selanjutnya, Gordon juga mengungkapkan bahwa ekspresi-ekspresi wajah juga dapat digunakan untuk memperkuat pengaruh terhadap pesan verbal yang disampaikan 2006: 50. Dalam kehidupan sehari- hari, anak-anak bukan makhluk yang tanpa ekspresi, mereka dapat menyampaikan berbagai ekspresi. Anak yang berusia 5 tahun sudah mampu menduga aktivitas mental, sehingga dalam hal ini anak dapat mengaitkan dirinya dengan hal-hal yang dialami tokoh saat anak mendengarkan sebuah cerita, seperti sedih, kesepian, atau bahagia Tadkiroatun, 2005: 68. Ekspresi wajah berperan sangat besar pada pembangunan citra seseorang. Dari ekspresi wajah dapat ditangkap beberapa pesan non verbal yang menggambarkan perasaan dan suasana hati pemiliknya. Namun, lebih penting menampilkan ekspresi wajah yang natural, dan tidak dibuat-buat Bachtiar, 2005: 134 Dalam bercerita, pengekspresian diperlukan sebagai “bahasa” dalam pengungkapan maksud yang ingin disampaikan. Hal ini diperlukan, karena masih banyaknya ide dan gagasan yang tidak dapat disampaikan melalui bahasa verbal, yaitu suara yang menjadi alat utama bercerita. Sehingga ekspresi menjadi jalan untuk menyampaikan ide dan gagasan yang disampaikan Bachtiar, 2005: 118. Hurlock menjelaskan bahwa perkembangan tingkat ekspresi emosi anak berpengaruh pula pada tingkat usia mereka. Semakin tinggi usia anak, maka emosional anak juga semakin matang. Begitupula dengan reaksi kata atau bahasa, ekspresi emosional yang ditunjukkan juga semakin matang 1978: 212. 28 Emosi sebagai bentuk ekspresi yang ditunjukkan anak juga berpengaruh dalam penyesuaian pribadi anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi yang dapat diketahui melalui mimik wajah dan fisik saat seseorang mengungkapkan perasaan mereka pada orang lain. Ekspresi emosi yang diwujudkan pada ekspresi wajah berpengaruh pada menarik atau tidaknya seseorang. Ekspresi emosi yang menyenangkan pada wajah seseorang akan membuatnya lebih menarik dibandingkan dengan orang tang tidak dapat memainkan ekspresi emosi pada wajah. Ekspresi emosi yang umum terjadi pada anak menurut Hurlock 1978: 215 adalah sebagai berikut: a. Takut Takut merupakan suatu bentuk ekspresi emosi berupa kekuatan yang khas sering dijumpai pada anak usia tertentu. Pada usia 2-6 tahun merupakan masa puncak bagi rasa takut yang khas di dalam pola perkembangan yang normal. Alasannya karena anak kecil lebih mampu mengenal bahaya dibandingkan bayi, tetapi kurang pengalaman dalam mengenal apakah suatu bahaya merupakan ancaman bagi dirinya atau tidak. Pada kalangan anak-anak yang lebih tua, rasa takut terpusat pada bahaya yang fantastis, supernatural, dan samar-samar. Mereka juga memiliki berbagai ketakutan yang berhubungan dengan diri atau status. Terdapat beberapa ekspresi emosi yang berhubungan dengan rasa takut yaitu malu, canggung, khawatir, dan cemas.