perkembangan kognitif.
46
Dengan memahami potensi dan keberagaman peserta didik, guru dapat mendesain strategi pelayanan
belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik.
47
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru
harus mampu memahami berbagai karakteristik peserta didik yang meliputi kemampuan berfikir, aspek fisik, minat serta latar belakang
lingkungannya. Apabila guru dapat memahami peserta didiknya maka guru akan mudah untuk menentukan strategi pengajaran yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. b Menguasai perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
Kemampuan merencanakan program belajar mengajar bagi profesi guru sama dengan kemampuan mendesain bangunan bagi
seorang arsitek.
48
Menurut Hunt, untuk membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal,
setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan yang baik, antara lain;
“Mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi dan skenario yang relevan digunakan untuk
mencapai tujuan, dan kriteria evaluasi. ”
49
Selain itu untuk menciptakan pembelajaran yang baik dibutuhkan rancangan pembelajaran efektif dengan memperhatikan
unsur teknik,
pendekatan dan
metode-metode penyampaian
pembelajaran yang dapat mempengaruhi peserta didik lebih untuk termotivasi pada kegiatan pembelajaran dikelas yang dilaksanakan
46
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009 Cet IV, h.79
47
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenanga Kependidikan, Bandung; Alfabeta, 2013 h. 32
48
Ali Mudlofir, Pendidik Pofesional, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012 Cet. I, h.78
49
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Cet, V, h.94
oleh pendidik atau guru.
50
bukan hanya memahami metode pembelajaran yang baik, guru juga harus memahami tiga prinsip
pembelajaran yaitu “hubungan, pengulangan dan penguatan”.
Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus mampu
membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai metode-metode yang telah ditentukan dan melakukan evaluasi
sebagai feedback untuk melihat hasil dari apa yang telah ia ajarkan dalam proses belajar mengajar. hal ini harus dilakukan oleh guru agar
tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan. c Mampu mengembangkan potensi siswa untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki. Belajar merupakan proses dimana pengetahuan, konsep,
keterampilan dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan dan dikembangkan. Menurut Musfah,
“ Guru harus bisa menjadi motivator bagi para muridnya, sehingga potensi mereka berkembang
maksima l”.
51
Mulyasa mengatakan, pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain melalui
kegiatan ekstrakulikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan dan konseling.
52
Ketiga cara pengembangan peserta didik tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
Pertama, melalui kegiatan ekstrakulikuler. Menurut Mulyasa, “Kegiatan ekstra kurikuler yang sering disebut juga ekskul merupakan
kegiatan tambahan disuatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan diluar kegiatan kurikuler
.”
53
50
Iskandar Agung, dkk, Mengembangkan Profesionalitas Guru Upaya Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Kinerja Guru, Jakarta: Bee Media Pustaka, 2014 Cet I, h.40
51
Musfah, Op.Cit,. h.42
52
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009 Cet IV, h.111
53
Ibid, h. 111
Kedua, melalui pengayaan atau remedial. Remedial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang
komprehensif menyeluruh, yang dimaksudkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami peserta didik dalam belajar
sehingga dapat mengoptimalkan prestasi belajar. dengan kata lain, kegiatan perbaikan yang dilakukan merupakan segala usaha yang
dilaksanakan untuk mengidentifikasikan jenis-jenis dan sifat-sifat kesulitan belajar, menemukan faktor-faktor penyebabnya, dan
kemudian mengupayakan alternatif-alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar, baik dengan cara pencegahan maupun
penyembuhan, berdasarkan data dan informasi yang lengkap dan objektif.
54
Ketiga, melalui bimbingan dan konseling. Menurut Jones, “Guidance is the help given by one person to another in making
choice and adjustments and in solving proble ms”.
55
Ini senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman Natawidjaja
yang dikutip oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi: Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut
dapat memahami
dirinyasehingga ia
sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan
tuntutan dan keadaan keluarga dan masyarakat.
56
Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Soetjipto, konseling adalah:
Suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang konselor membantu yang lain konseli supaya
dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya
54
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010 Cet. VI, h.237
55
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009 h.61
56
Ibid, h.62
dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
57
3. Prinsip-Prinsip Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran. Hamzah B. Uno dalam buku Perencanaan Pembelajaran, menjelaskan
prinsip-prinsip yang dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. b Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat
praktis. c Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. d Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan
dalam mengajar. e Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. f mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.
58
Pandangan lain dikemukakan Wina Sanjaya, menurutnya prinsip- prisip mengajar yakni:
1. Berorientasi pada tujuan 2. Aktifitas
3. Individualitas 4. Integritas
5. Interaktif 6. Inspiratif
7. Menyenangkan 8. Menantang
9. Motivasi.
59
Dari urian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penting bagi guru untuk memperhatikan prinsip-prinsip mengajar. hal ini dilakukan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu guru wajib memperhatikan bagaimana siswa mendapatkan persepsi yang benar
terhadap proses pembelajaran yang akan, sedang maupun yang telah dilakukan.
57
Ibid, h. 63
58
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, Bumi Aksara, 2012 h. 7
59
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2011 h.224-228
4. Bentuk Pengawasan dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik
Pengawasan dalam bidang pendidikan menunjukan karakteristik khas mengandung konsep supervisi yang kental dengan adanya tugas pembinaan.
Menjadi keliru dan menyalahi aturan, apabila mekanisme kerja pengawas hanya memantau, memeriksa dan melaporkan saja karena esensi
pengawasan dibidang pendidikan terletak pada unsur pembinaan.
60
Dalam praktik pengawasan pendidikan, pengawas fungsional memiliki tugas
membina dan mengembangkan karier para guru dan staf lainnya serta membantu memecahkan masalah profesi yang dihadapi oleh mereka secara
professional.
61
Pengawas sekolah memiliki banyak kegiatan dalam rangka menjalankan tugas profesinya sebagai pengawas. Kegiatan pengawas
sekolah diantaranya terdiri atas pengembangan profesionalitas, pengawasan akademik dan manajerial, pengembangan profesi dan pelaksanaan kegiatan
penunjang pengawas sekolah.
62
Pembinaan yang diberikan pengawas sekolah kepada guru binaannya harus berdasarkan penelitian atau
pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam. Dasar pengawas melakukan pembinaan adalah silabus dan
perencanaan program pembelajaran RPP yang telah dibuat sendiri oleh guru. Dalam praktiknya pengawas mampu mereview silabus dan RPP yang
disusun oleh guru. Pengawas mampu menempatkan model dan strategi mengajar yang tepat untuk mencapai kompetensi yng tertuang dalam RPP
guru. Kemudian pengawas mampu membantu guru memperhatikan keragaman potensi peserta didiknya.
63
Ada beberapa teknik pengawasan yang dilakukan pada saat melakukan pembinaan kompetensi pedagogik,
yaitu :
60
Engkoswara, Op.Cit., h.225.
61
Ibid, hlm.228
62
Aedi, Op.Cit., h.133
63
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012 Cet II, h.157
Pertama, melakukan kunjungan kelas. Menurut Yahya, kunjungan kelas adalah:
Suatu kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam suatu kelas pada saat guru sedang mengajar, dengan tujuan untuk membantu guru yang
bersangkutan mengatasi masalahkesulitan dalam mengadakan kegiatan pembelajaran. kunjungan kelas dilakukan dalam upaya
supervisor memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan keterampilan guru tersebut mengajar.
64
Selanjutnya Sagala menjelaskan, teknik kunjungan kelas bertujuan “untuk membantu guru yang belum berpengalaman mengatasi kesulitan
dalam mengajar. kemudian membantu guru yang berpengalaman untuk mengetahui kekeliruan yang dibuatnya dalam mengajar
”.
65
Kedua, melakukan Pertemuan Pribadi. Individual conference atau percakapan pribadi adalah percakapan antara seorang supervisor dengan
seorang guru.
66
Secara lebih luas, Sagala menjelaskan “percakapan pribadi
adalah suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru dengan mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru.
” Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru membicarakan masalah-masalah
khusus yang dihadapi guru.
67
Menurut Engkoswara, setelah melakukan observasi kelas, supervisor melakukan pertemuan pribadi berupa percakapan, dialog atau tukar pikiran
tentang temuan-temuan observasi.
68
Ketiga, Melakukan rapat antara supervisor dan para guru di sekolah. Saat supervisor menemukan beberapa permasalahan yang sama dihadapi
hampir seluruh guru, maka sangat tidak efektif bila dilakukan pembicaraan
64
Yahya, Supervisi Pendidikan Metamorfosis Kepemimpinan to Help to Change, Padang: UNP Press Padang, 2011 h.72
65
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012 h.187
66
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000 Cet. I, h.73
67
Sagala, Op.Cit,. h. 190
68
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012 h.230
individual, oleh karena itu akan dibahas dalam rapat guru.
69
Rapat antara supervisor dan para guru biasanya untuk membicarakan masalah-masalah
umum yang menyangkut perbaikan dan atau peningkatan mutu pendidikan.
70
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengawasan dalam pembinaan kompetensi pedagogik mengarah pada
kegiatan pengajaran yang dilakukan guru. Proses pembinaan ini meliputi bimbingan kepada guru dalam memahami berbagai macam karakteristik
peserta didik serta dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Selain itu, proses pembinaan ini juga mengarah kepada proses
pembuatan RPP dan pelaksanaan pengajaran yang dilaksanakan dikelas. Untuk memulai pembinaan, pengawas sekolah dapat mengumpulkan data
tersebut dengan melakukan teknik pengawasan yaitu melakukan kunjungan kelas, pertemuan pribadi dan rapat guru. Apabila pembinaan ini dilakukan
secara baik maka dapat dipastikan kompetensi pedagogik guru pun akan menunjukan kualitasnya.
C. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis terhadap penelitian terdahulu, maka didapat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang
penulis lakukan, referensi tersebut antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Latif Rusdi yang berkaitang dengan
pengawas sekolah yang berjudul “Peran Pengawas Madrasah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN 5 Cilincing Jakarta Uta ra.”
Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini ini
telah menunjukan perbedaan denga penelitian penulis, perbedaanya terletak pada fokus penelitiannya. Pada penelitian Latifa Rusdi, ia membahas
69
Ibid, h.230
70
TIM DOSEN Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010 h.317