Campur tangan Kekuasaan sewenang-

4. Campur tangan

- Ibu Lili dominan dalam campur tangannya pada kehidupan I. Terutama terkait keputasan- keputusan terhadap I, rencana kehidupan I dan relasi I. Hal ini cukup beralasan mengingat kondisi I yang mengalami gangguan dan I sendiri masih sangat sulit mengatur kehidupannya. Oleh sebab itu, mulai dari kegiatan I sehari-hari, pemilihan terapi I dan lain sebagainya masih ditentukan oleh ibu Lili sebagai orang tua. - Campur tangan ibu Lili sebagai orang tua sudah mulai terlihat dari saat usia I 1,8 saat pertama kali didiagnosa Autis. Ibu Lili dan suami merasa I masih terlalu kecil untuk diterapi dan masih berharap seiring perkembangan usianya I akan berubah lebih baik. Hingga akhirnya I genap berusia 2 tahun dan perkembangan I tetap mengalami keterlambatan ibu Lili memerikasakan kembali kondisi I ke Psikolog. Kemudian diputuskan I melakukan terapi di Pelita Kasih. - Selain campur tangan penuh ibu Lili terkait tempat terapi I. Ibu Lili juga sudah merencanakan pendidikan I kedepannya. Ibu Lili menargetkan I dapat segera masuk sekolah formal, dan berhenti terapi. Berencana menyekolahkan I sampai sarjana, dan keinginan ibu Lili adalah I bisa menjadi dokter kandungan. Ibu Lili juga berencana akan menyekolahkan I sekolah musik jika memang berbakat dan minat pada bidang musik. - Kegiatan sehari-hari I juga didominasi oleh instruksi-instruksi dari ibu Lili. Ibu Lili membuat daftar kegiatan I sehari-hari yang menjadi tugasnya dan harus I laksanakan. Universitas Sumatera Utara

5. Kekuasaan sewenang-

wenang - Kekuasaan ibu Lili sebagai orang tua cukup terlihat dalam pengasuhannya. Terlihat dalam beberapa kondisi, seperti kondisi dimana ibu Lili menggunakan kekuasaannya sebagai orang tua saat mengajak I tidur, bila I sulit diajak tidur, maka meski I merengek ibu Lili membawa I ke kamar, membawanya ke tempat tidur dan mematikan lampu. - Kondisi lain saat I bermain di sekitar rumah dan merengek meminta mainan yang ternyata bukan miliknya, ibu Lili dengan kekuasaannya sebagai orang tua akan membawa I pulang ke rumah meski I menangis dan merengek. - Dalam mendisiplinkan I untuk makan ibu Lili juga menggunakan kekuasaanya, mulai dai mencampurkan cabai ke makanan I, mengancam I dengan suara atau hanger, dan mencubit I. Meski tidak dilakukan dengan sewenang- wenang tapi faktor kekuasaan ibu Lili sebagai orang tua yang memegang control terlihat. - Meski pada dasarnya tindakan- tindakan tersebut dilakukan tidak sewenang-wenang, bukan bertujuan menyakiti I karena ibu Lili pada dasarnya sangat menyayangi putranya tersebut. Ibu Lili juga memahami I, bila I marah atau menangis ibu Lili akan meresponnya dengan membujuk I dan memberi penjelasan mengenai kesalahan I. -GAMBARAN UMUM POLA ASUH R2, MEMILIKI DIMENSI ACCEPTANCERESPONSIVENESS YANG TINGGI DAN DIMENSI DEMANDINGNESSCONTROL YANG TINGGI SEHINGGA KECENDERUNGAN GAMBARAN POLA ASUHNYA ADALAH “AUTORITATIVE Universitas Sumatera Utara PARENTING”- Universitas Sumatera Utara

C. Responden 3 Ibu Ela Ginting-samaran